Indonesia ingin ganti posisi China dalam perdagangan dengan AS

id sofjan wanandi,Ekspor,Impor,Perdagangan,Perang dagang

Indonesia ingin ganti posisi China dalam perdagangan dengan AS

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi saat ditemui di halaman Istana Negara, Jakarta pada Kamis (15/8/2019). ANTARA/Bayu Prasetyo/am. (ANTARA/Bayu Prasetyo)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengatakan bahwa pemerintah Indonesia berencana menggantikan posisi China dalam perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) dengan melakukan pendekatan kepada para pelaku usaha di negara adidaya tersebut.

Sofjan menuturkan dalam melakukan pendekatan tersebut maka Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mempertemukan para bankir dan perwakilan kamar dagang AS atau US Chamber untuk membahas tentang adanya peluang perdagangan terutama terkait barang-barang antara Indonesia dan AS.

“Kita gantikan peranan China sebagian. Itu besar sekali. Kita mau ganti, jadi beli ke kita ke perusahaan kita,” katanya saat ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Jumat.

Sofjan melanjutkan kerja sama ini bersifat bilateral sehingga akan mempertimbangkan secara matang tentang keperluan dan kepentingan dari masing-masing kedua negara tersebut.

“Kerja sama dengan AS harus bilateral. Kerja samanya masih kita bicarakan apa yang mereka perlukan dan apa yang kita perlukan,” ujarnya.

Menurutnya, selama ini Indonesia dan AS saling bergantung dalam memenuhi barang kebutuhan seperti Indonesia yang masih impor kapas dari AS. Sementara AS mengimpor produk tekstil dan garmen dari Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan barang AS tersebut karena memiliki banyak pasokan sehingga akan lebih berpeluang untuk memasok dalam jumlah lebih besar.

“Bila kedua pihak saling memaksimalkan maka bisa menguntungkan,” katanya.

Sofjan juga menjelaskan terkait skema generalized system of preferences (GSP) yang saat ini masih dibahas oleh AS. Ia menuturkan ada kemungkinan yang cukup besar bahwa AS akan memperpanjang fasilitas kemudahan ekspor bagi Indonesia.

“Saya pikir kita bisa dapet GSP dan diperpanjang, tapi kita masih ada PR satu dua yang belum selesai seperti OJK dan sebagainya. Sekarang sedang diselesaikan,” katanya.