Sail Nias 2019 melibatkan empat kabupaten satu kota

id Sail nias, sail nias 2019, wisata bahari

Sail Nias 2019 melibatkan empat kabupaten satu kota

Para wisatawan mancanegara berselancar di Pantai Sorake, Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Jumat (8/3/2019). Pantai Sorake yang terkenal dengan ombaknya yang tinggi itu merupakan salah satu tempat wisata berselancar terbaik di dunia bagi pencinta olahraga selancar. ANTARA FOTO/Septianda Perdana (ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA)

Jakarta (ANTARA) - Penyelenggaraan Sail Nias 2019 diklaim berbeda dengan kegiatan sail serupa yang telah digelar sebelumnya karena melibatkan seluruh wilayah, yakni empat kabupaten dan satu kota di Pulau Nias.

"Yang membedakan Sail Nias dengan sail lainnya adalah karena Sail Nias ini melibatkan empat kabupaten dan satu kota. Sail lain titik kegiatannya tidak menyebar," kata Perwakilan Panitia Pelaksana Sail Nias 2019 Taufik Madjid dalam diskusi Explore Sail Nias 2019, di Jakarta, Kamis.

Taufik yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) itu menjelaskan Sail Nias 2019 merupakan acara layar ke 11 yang digelar pemerintah Indonesia sejak 2009 silam.

Meski telah dikenal dunia sebagai titik selancar nomor dua setelah Hawaii, Taufik berharap Nias akan lebih banyak dikenal dan dikunjungi wisatawan setelah perhelatan tersebut.

"Harapan kami tidak hanya acara puncaknya yang meriah, tapi setelah penyelenggaraan Nias akan lebih banyak dikunjungi orang," imbuhnya.

Selain acara puncak pada 14 September 2019, rangkaian kegiatan Sail Nias telah dimulai Mei lalu dengan "yacht rally". Selain itu, akan ada festival lompat batu sekepulauan Nias, parade kapal nelayan tradisional, gebyar kopi, hingga lomba voli pantai.

Asisten Deputi Seni Budaya dan Olahraga Bahari Kemenko Maritim Kosmas Harefa mengatakan awalnya kegiatan sail digelar khususnya untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah tertinggal selain mempromosikan potensi wisata bahari.

"Lalu, mulai Sail Sabang (2017), tujuannya berubah untuk mengangkat wisata bahari," katanya.

Rangkaian Sail Indonesia pertama kali yang menggunakan nama tujuan akhir adalah Sail Bunaken pada tahun 2009, diikuti Sail Banda (2010), Sail Wakatobi-Belitong (2011), Sail Morotai (2012), Sail Komodo (2013), Sail Rajampat (2014), Sail Tomini (2015), Sail Selat Karimata (2016), dan Sail Sabang (2017), Sail Moyo Tambora (2018) dan Sail Nias (2019).

"Bedanya Sail Nias ini karena disandingkan dengan kejuaraan 'surfing', bukan 'yachter' seperti sail lainnya. Dengan kegiatan ini kami harap Nias akan bangkit wisatanya," pungkas Kosmas.