Petani Lebak kembangkan manggis kurangi kemiskinan di pedesaan

id lebak

Petani Lebak kembangkan manggis kurangi kemiskinan di pedesaan

"Semua warga di sini mengembangkan pertanian manggis," kata H Acep (50) seorang warga Desa Luhur Jaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak. (ANTARA)

Produksi manggis jika memasuki musim panen ditampung oleh perusahaan eksportir dari Jakarta dan tengkulak.
Lebak (ANTARA) - Sejumlah petani Kabupaten Lebak, Banten mengembangkan pertanian manggis (Garcinia mangostana) untuk mendorong pendapatan ekonomi pedesaan sehingga mampu mengurangi kemiskinan dan pengangguran di daerah itu.

"Semua warga di sini mengembangkan pertanian manggis," kata H Acep (50) seorang warga Desa Luhur Jaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak, Rabu.

Populasi tanaman manggis di wilayahnya mencapai satu juta pohon dan setiap panen bisa menghasilkan produksi sekitar 120 ribu ton.

Mereka (masyarakat pedesaan) mengembangkan tanaman manggis secara besar-besar tahun 1980-an atau sejak harga cengkih anjlok.

Dia menambahkan masyrakat mengembangkan tanaman manggis itu di antaranya, selain secara mandiri juga melalui bantuan program Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah.

Produksi manggis jika memasuki musim panen ditampung oleh perusahaan eksportir dari Jakarta dan tengkulak.

"Kami setiap musim panen bisa menghasilkan Rp40 juta dari 130 pohon," katanya menjelaskan.

Hamid (55) seorang petani warga Desa Lebak Keusik Kecamatan Lebak Gedong Kabupaten Lebak mengaku bahwa tanaman manggis di daerahnya sudah mulai berbunga dan diperkirakan panen November mendatang.

Apabila, memasuki musim panen dapat menghidupi petani juga masyarakat bisa bekerja mulai buruh pemetik di atas pohon juga buruh panggul.

"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga jika panen bisa menghasilkan uang Rp50 juta dari 200 pohon," katanya.

Ia menyebutkan, selama ini buah manggis dari wilayahnya itu dipasok ke pasar mancanegara melalui perusahaan eksportir dari Jakarta.

Kelebihan manggis Kabupaten Lebak itu organik karena dikembangkan di perbukitan dan pegunungan.

Petani mengembangkan tanaman manggis di atas 500 m permukaan laut dengan suhu lembab sehingga tumbuh subur.

"Kami menanam pertanian manggis dirawat dengan memberikan pupuk organik dari kotoran ternak agar memiliki kualitas," katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan selama ini komoditas manggis menjadikan andalan pendapatan ekonomi masyarakat.

Produksi manggis Kabupaten Lebak menembus pasar mancanegara, di antaranya negara Jepang, Korea Selatan, Belanda, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris.

"Buah manggis ekspor itu didistribusikan dalam bentuk utuh, lengkap dengan cangkangnya," katanya menjelaskan.

Ia menyebutkan, manggis yang diekpor itu dimanfaatkan cangkangnya sebagai bahan baku kosmetik dan vitamin serta bahan pewarna makanan.

Bahkan, bahan dasar pewarna pada makanan yang menggunakan kulit manggis hingga kini tidak mengandung racun, seperti halnya yang biasa ditimbulkan bahan pewarna sintetis.

Selama ini, sentra manggis di Kabupaten Lebak tersebar di Kecamatan Cipanas, Lebak Gedong, Sobang, Muncang, Sajira, Cimarga dan Leuwidamar.

Tanaman manggis dikembangkan di lahan darat atau ladang dan bisa dipanen pada usia tiga tahun.

"Kami mendorong petani terus mengembangkan tanaman manggis agar ke depan menjadikan andalan pendapatan ekonomi petani," katanya menjelaskan.