Nelayan Gunung Kidul tetap bergantung pada tengkulak

id Tengkulak,Nelayan Sadeng,Gunung Kidul,Lampung.antaranews.com

Nelayan Gunung Kidul tetap bergantung pada tengkulak

Rumah pendinginan di Pantai Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul, diharapkan bisa mencegah permainan harga tengkulak dan menstabilkan harga ikan. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Nelayan di Pelabuhan Sadeng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sulit melepaskan diri dari ketergantungan modal pada tengkulak ikan sehingga harga jual hasil tangkapan sangat murah.

Salah seorang nelayan Pantai Sadeng Sunardi di Gunung Kidul, Sabtu, mengatakan nelayan kecil tidak memiliki banyak modal sehingga seringkali berutang kepada tengkulak untuk melaut.

"Hal inilah yang membuat nelayan sulit lepas dari tengkulak karena ada perjanjian bahwa ikan yang didapatkan akan dijual ke pemberi modal," kata Sunardi.

Ia mengatakan nelayan tidak bisa berkutik dengan harga jual ikan karena nominal sangat bergantung dengan tengkulak. Salah satunya disebabkan kebutuhan untuk melaut berutang kepada tengkulak sehingga mau tidak mau ikan dijual ke pemberi modal.

"Konsekuensi dari utang ini, nelayan tidak bisa menentukan harga ikan secara mandiri karena semua tergantung dari tengkulak. Sebagai contoh, di pasaran harga ikan cakalang mencapai Rp25.000 per kilogram. Sedangkan saat turun dari kapal, tengkulak hanya membeli dengan harga Rp11.000 per kilogram," katanya.

Menurut dia, harga ini bisa turun apabila ikan dalam kondisi rusak. Misalnya cakalang yang mengalami pecah perut hanya dihargai Rp6.000 per kilogram. Kalau seperti ini yang untung tengkulak.

"Nelayan tidak bisa menentukan harga sendiri karena semuanya ditentukan oleh tengkulak yang memberikan modal untuk melaut,” katanya.

Nelayan Pantai Sadeng lainnya Sutoyo mengatakan ketergantungan terhadap tengkulak tidak lepas dari besarnya operasional untuk melaut. Ia mencontohkan kapal ukuran 10 grosston untuk sekali melaut membutuhkan 12 jeriken bahan bakar minyak.

"Nelayan sendiri sulit memenuhi karena jarak untuk menangkap bisa mencapai 150 mil karena di sekitar Sadeng ikannya sudah habis,” katanya.

Untuk menyiasati rendahnya harga jual, lanjut Sutoyo, nelayan harus bekerja ekstra dengan mendapatkan tangkapan sebanyak mungkin. Harga ikan sudah ditentukan tengkulak. Bahkan harga yang dipatok cenderung turun, beberapa tahun lalu cakalang kualitas bagus dibeli Rp13.000, tapi sekarang hanya Rp11.000 per kilogram.

"Selain jarak tangkapan yang semakin jauh, sekali melaut bisa sampai sepuluh hari karena kalau hanya mendapat hasil tangkapan ikan satu ton, nelayan tidak mendapatkan apa-apa,” katanya.