Konstruksi sarang laba-laba diperkenalkan dalam temu ilmiah Best 2019 Untirta

id sarang laba-laba,karya anak bangsa,fondasi tahan gempa,Konstruksi sarang laba-laba,Konstruksi sarang laba-laba diperkena

Konstruksi sarang laba-laba diperkenalkan dalam temu ilmiah Best 2019 Untirta

Wakil Direktur Utama PT Katama, Charmeida Tjokrosuwarno (kiri) dan Profesor Jean Louis Batoz dari UTC Perancis (dua dari kanan) dalam ajang Best 2019 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Foto dokumentasi Katama)

Jakarta (ANTARA) - Konstruksi sarang laba-laba diperkenalkan dalam ajang temu ilmiah Broad Exposure To Science and Technology (Best) 2019 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang dihadiri perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

"Kami memperkenalkan konstruksi sarang laba-laba sebagai konstruksi tahan gempa yang sudah teruji baik di Aceh, Padang, Lombok, serta terakhir di Palu," kata Wakil Direktur Utama PT Katama, Charmeida Tjokrosuwarno di Jakarta, Kamis.

Charmeida juga mengatakan konstruksi ini juga sudah digunakan di Provinsi Banten di antaranya untuk membangun kampus baru di Sindangsari Kabupaten Serang serta Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan.

Ia juga mengungkapkan geografis Indonesia yang dilewati sesar aktif membuat sejumlah daerah rawan terhadap gempa untuk itu dibutuhkan teknologi bangunan yang tahan terhadap gempa.

"Memanfaatkan bangunan tahan gempa tidak hanya melindungi aset dari kerusakan namun juga melindungi manusia yang menghuni di dalamnya," katanya.

Charmeida juga mengungkapkan apabila konstruksi sarang laba-laba ini juga sudah dikembangkan untuk konstruksi jalan dan juga bandar udara.

"Kami kerja sama dengan PT Waskita Beton Precast untuk penyediaan beton pra cetak agar saat membangun jalan pelaksanaannya bisa cepat," ujarnya.

Charmeida yang juga didampingi Manajer Teknik Hamboro mengatakan hadirnya fondasi ramah gempa dapat memperkecil terjadinya kerusakan akibat terjadinya gerak horisontal maupun vertikal saat terjadi gempa.

Dijelaskan juga bahwa Katama merupakan pemegang paten untuk konsruksi sarang laba-laba sampai dengan tahun 2024.

Konstruksi sarang laba-laba kini juga menjadi objek riset untuk program PhD Sularso selaku pengajar di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Untirta ke Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Prancis.

Hadir juga dalam ajang tersebut Profesor Jean Louis Batoz selaku pembimbing Sularso selama mengikuti studi di UTC Prancis.

Batoz yang ahli di bidang mekanik struktur dalam kesempatan tersebut menyatakan dukungannya terhadap riset konstruksi sarang laba-laba serta meminta Sularso untuk segera menyelesaikan melalui uji laboratorium di UTC.

Wakil Dekan Fakultas Teknik Bidang Akademik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Alfirano, ST., MT., Ph.D. menyatakan ajang Best 2019 di Sanur Bali ditujukan untuk merangsang dosen di Fakultas Teknik memproduksi lebih banyak jurnal ilmiah.

"Kenyataannya yang publikasi jurnal ilmiah hanya dosen yang itu-itu saja. Untuk itu kami menggelar ajang ini yang dihadiri perguruan tinggi dalam dan luar negeri untuk menyampaikan publikasi ilmiahnya," kata Alfirano.

Menurut dia, kegiatan yang diselenggarakan di Sanur Bali ini diharapkan dapat meningkatkan indeks scopus atau indeks internasional mengenai publikasi jurnal ilmiah sesuai target Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Menurut Afriano dibanding fakultas lain di Untirta, jurnal ilmiah yang diterbitkan fakultas teknik lebih produktif, setidaknya dalam tahun 2018 sudah mencapai 80 judul, serta akan ditingkatkan lagi di 2019.

"Salah satu yang kami hadirkan dalam ajang Fast 2019 dari Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis untuk turut menyumbang jurnal ilmiahnya," kata Afriano.

Menurut Afriano Fakultas Teknik Untirta telah menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri khususnya untuk program PhD dengan memanfaatkan program beasiswa.

"Kami mendapat beasiswa dari Islamic Development Bank (IDB) untuk studi lanjut bagi 11 orang dosen ke berbagai negara. Diantaranya dua orang untuk bidang teknik sipil dan mesin di UTC Perancis," kata Afriano.

Afriano mengatakan program beasiswa baik di dalam maupun luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kualitas dosen dari Untirta.

"Hasilnya dapat dilihat dari lulusannya Fakultas Teknik Untirta yang tidak butuh waktu lama untuk mencari pekerjaan. Bahkan untuk teknik sipil hanya butuh kurang dari sebulan," ujar dia.