Wilayah barat Provinsi Sumsel terdeteksi alami hari tanpa hujan sangat panjang

id Bmkg kenten, bmkg, marhutla, kebakaran lahan, hari tanpa hujan, hari tanpa hujan sumsel, prediksi cuaca kebakaran hutan

Wilayah barat Provinsi Sumsel terdeteksi alami hari tanpa hujan sangat panjang

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo, Selasa (6/8) (Antara News Sumsel/Aziz Munajar/19)

Palembang (ANTARA) - Wilayah barat Provinsi Sumatera Selatan terdeteksi mengalami kondisi hari tanpa hujan dengan jangka waktu menengah hingga sangat panjang sehingga terancam mengalami kekeringan.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo di Palembang, Selasa, mengatakan berdasarkan akumulasi 10 hari terakhir Juli 2019, hari tanpa hujan (HTH) di Sumsel berada dalam kisaran 5-33 hari.

"Di Kota Pagaralam terdeteksi 11-20 HTH (menengah), lalu di Lubuklinggau, Lahat dan OKU Timur terdeteksi 21-31 HTH (panjang) dan Kabupaten Empat Lawang terdeteksi 31-60 HTH (sangat panjang) yang artinya satu bulan penuh tidak terjadi hujan di Empat Lawang," kata Nuga.

Menurut dia, HTH diakumulasikan dari hasil pengamatan 106 pos pantau hujan di 17 kabupaten/kota yang rutin mengirimkan hasil pantauan per sepuluh hari (dasarian)

HTH memang cenderung panjang di bagian barat Sumsel karena berada di dekat pegunungan Bukit Barisan yang terdapat aktivitas konversi cuaca, namun HTH cenderung pendek (6-10 hari) di wilayah timur yang banyak terdapat lahan gambut karena uap air masih cukup banyak.

Selain itu, jika dilihat dari rata-rata sifat curah hujan 30 tahun terakhir, kondisi meteorologi di Sumsel 2019 terlihat lebih kering dari 2018 dengan curah hujan di bawah 85 mm, tetapi kekeringanya tidak separah seperti pada 2015.

"Tahun 2015 Sumsel terdampak El Nino berat, sedangkan tahun 2019 kategori El Nino netral cenderung normal," jelasnya.

Ia menambahkan pada Dasarian I Agustus 2019, kekeringan meteorologis di wilayah HTH lebih dari 21 hari berpeluang di bawah 70 persen mengalami curah hujan, namun kurang dari 20 mm yang menyebabkan lahan gambut akan tetap kering serta mudah terbakar.

Peluang 70 persen tersebut terjadi di wilayah Kabupaten Musi Rawas, Lahat dan OKU Timur, hal tersebut juga perlu diwaspadai.

Panjangnya kondisi HTH dapat memicu kebakaran lahan, kebun dan hutan karena kelembaban air di atmosfer cenderung berkurang, terutama di lahan gambut yang ketinggian airnya juga cenderung berkurang saat puncak kemarau, sementara kemarau baru akan mencapai puncaknya di Sumsel pada Agustus sampai awal September 2019

Ia meminta semua pihak tetap waspada terhadap kekeringan di beberapa wilayah terutama di Kabupaten Ogan Ilir, sebab hembusan angin saat ini menyasar dari arah timur ke selatan yang berpeluang membawa asap kebakaran dari OI masuk ke Kota Palembang meskipun peluangnya kecil.

"Beruntungnya Sumsel sudah menetapkan status darurat karhutla sejak Maret 2019 di mana antisipasi seperti pembasahan dan pengairan kanal-kanal telah disiapkan, sehingga ketika ada kebakaran lahan maka jangkauan airnya lebih dekat dan api lebih cepat padam," kata Nuga.

Kecepatan padamnya api sangat penting karena kabut asap akan tercipta dan sampai ke Kota Palembang jika kebakaran api tidak terputus atau terus bersambung dari banyak titik, seperti pada 2015 di mana terdapat 20.000 titik lebih kebakaran hutan dan lahan terjadi dalam kurun waktu berdekatan.

Terdapat tiga kategori daerah berdasar jumlah HTH-nya. Jika mengalami keadaan 21 hari tanpa hujan, statusnya waspada, 31 hari tanpa hujan masuk status siaga, dan 61 hari tanpa hujan, statusnya awas.