Kopi asli Maringgai wajib tersedia setiap acara adat

id Kopi,Maringgai,Lampung Timur,Adat

Kopi asli Maringgai wajib tersedia setiap acara adat

Sejumlah tamu dan tetua adat tengah menikmati kopi asli Maringgai di pesta adat, Desa Maringgai, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Sabtu (03/08/2019). ANTARA/Ruth Intan.

Lampung Timur (ANTARA) - Stok kopi asli Maringgai selalu tersedia, sebab masyarakat adat Lampung di Desa Maringgai wajib menyediakan kopi setiap acara adat berlangsung, Sabtu(3/8).

"Kopi menjadi minuman wajib bagi masyarakat Desa Maringgai bila acara adat berlangsung, sehingga setiap keluarga selalu menyimpan biji kopi kering meski dalam jumlah sedikit", kata Nur salah seorang pemilik pohon kopi.

Menurut Nur, dirinya rela tidak menjual biji kopi hasil panen karena kebutuhan atas kopi bagi keperluan acara adat sangatlah besar.

"Anak saya tahun depan segera menikah, sehingga saya menyimpan hasil panen 1 hingga 2 kilogram setiap tahun dan sekarang terkumpul 20 kilogram untuk persiapan acara adat pernikahan anak sulung saya", katanya.

Setiap acara adat yang dilaksanakan di desa Maringgai, selalu menyuguhkan kopi sebagai salah satu minuman untuk menyambut kedatangan tamu sehingga kopi menjadi salah satu komoditas utama bagi warga desa

"Setiap acara yang ada di desa selalu menggunakan adat, sebagai contohnya ketika seorang warga ingin menikahkan anaknya maka saat prosesi melamar, keluarga wajib menyediakan kopi bagi seluruh tamu yang datang sebagai bentuk penghormatan", katanya.

Kopi hasil panen warga mampu disajikan sepanjang acara adat berlangsung hingga usai, dan ketersediaan biji kopi asli Maringgai tetap ada meskipun tidak banyak dan biasanya diperjualbelikan antar warga.

"Kopi kita sajikan terus menerus bila tamu datang, terkadang 20 kilogram lebih habis untuk acara pernikahan, ataupun khitanan", ujar Sum salah seorang warga.

Menurutnya, rasa kopi asli Maringgai memiliki ciri khas. Rasanya pahit, tidak asam dan tidak berbau menyengat, bila tidak menyukai rasa kopi asli warga biasanya mencampurkan gilingan beras sebagai penyeimbang rasa.

"Kita hajatan biasanya dari pagi hingga malam hari, dan kopi pasti tersaji untuk penabuh rebana, tamu, dan tua-tua adat. Kopi pasti tersaji terus menerus hingga tidak ada tamu yang datang lagi. Bila stok biji kopi habis biasanya kita membeli dari tetangga yang memiliki persediaan biji kopi", katanya.

Menurutnya, kehidupan keseharian masyarakat yang selalu mengkonsumsi kopi merupakan ciri khas asli adat Melinting, sehingga kebanyakan warga memiliki simpanan biji kopi untuk persediaan di rumah dan keperluan acara adat. Meskipun ketersediaan atas biji kopi selalu tersedia, biji kopi asli Maringgai tidak diperjualbelikan secara luas di pasaran dan hanya diperjualbelikan antar warga desa guna memenuhi persediaan acara adat.