Lampung Timur (ANTARA) - Petani jengkol Desa Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, mengaku mendapat berkah dari musim kemarau karena dengan tidak turunnya hujan, maka bunga jengkol tidak banyak yang rontok dan panen berikutnya bakal melimpah.
"Saat ini memasuki masa panen jengkol ketiga dan hasilnya lumayan, bagi kami musim kemarau malah membawa berkah," ujar Hamidi salah seorang petani jengkol, di Lampung Timur, Senin
Ia mengatakan musim kemarau membantu bunga jengkol tumbuh dengan lebat dibandingkan dengan musim hujan yang akan merontokkan bunga jengkol dan menyebabkan gagal panen.
Hamidi memperkirakan panen jengkol akan berlimpah karena tidak ada hujan yang menyebabkan bunga jengkol yang baru tumbuh rontok. Oleh karena itu, menurut dia, pada panen berikutnya nanti kemungkinan harga jengkol akan stabil. Kenaikan harga jengkol seperti saat ini terjadi karena panen yang tidak bersamaan.
"Untuk harga jengkol panen ke tiga ini naik Rp3.000 per kilogram dari sebelumnya yang hanya berkisar Rp 15.000 per kilogram. Biasanya harga naik itu karena panen beda-beda" katanya.
Hal senada dikatakan oleh Dayat salah seorang penerima hasil bumi. Menurut dia, panen kali ini harga jengkol bersih dari petani fluktuatif bukan karena musim kemarau akan tetapi akibat musim panen yang berbeda-beda.
"Sekarang harga sempat naik turun. Panen pertama sempat Rp25.000 per kilogram dari petani, panen kedua turun Rp15.000 per kilogram dan panen ke tiga naik sedikit Rp18.000 per kilogram. Biasanya kalau kita jual langsung ke pulau Jawa harga jadi lebih mahal," ujar Dayat.
Petani jengkol Maringgai dapat berkah dari musim kemarau
Saat ini memasuki masa panen jengkol ketiga dan hasilnya lumayan, bagi kami musim kemarau malah membawa berkah