Wagub Lampung: Pemimpin harus punya pola pikir digital

id wagub nunik, kaum milenial, universitas saburai, yudisium

Wagub Lampung: Pemimpin harus punya pola pikir digital

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia (Nunik) pada kuliah Umum Program Pascasarjana Magister Manajemen, di Gedung Saburai Convention Center, Universitas Saburai, Bandarlampung, Sabtu , (2/7/2019) (Antara Lampung/HO)

Bandarlampung (ANTARA) - Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim mengatakan bahwa pemimpin harus dituntut memiliki pola pikir digital atau digital mindset agar mampu mengikut arus perkembangan zaman milenial.

"Untuk menjadi pemimpin para kaum milenial, tentu harus mendekati karakter yang dipimpinnnya. Pemimpin era sekarang harus bisa memahami karakter yang dipimpinnya hari ini. Semua pemimpin disemua level, semua tempat, dituntut harus dekat dengan dunia digital," ujar Wagub Nunik, panggilan akrabnya pada kuliah Umum Program Pascasarjana Magister Manajemen di Gedung Saburai Convention Center, Universitas Saburai, Bandarlampung, Sabtu.

Kuliah umum mengusung tema "Kepemimpinan Di Era Milenial" itu Wagub Lampung menuturkan bahwa dalam memimpin kaum milenial yang lahir kisaran tahun 80-an sampai 2000-an perlu cara pandang yang berdeda dan menjadi tantangan bagi seorang pemimpin.

Apalagi lanjut dia, bahwa masyarakat pada zaman sekarang juga begitu akrab terhadap perubahan gelombang informasi. Dimana arus informasi dapat sangat cepat dan begitu mudahnya diakses dengan genggaman tangan.

Bahkan untuk melakukan akses penyampaian informasi serta kritik dan juga saran terhadap para pemimpin, masyarakat sekarang juga dengan mudahnya melakukan penyampaian melalui media sosial.

"Era hari ini harus dituntut digital mindset, bahkan rakyat bisa bersentuhan langsung oleh pemimpin melalui sosial media. Sosial media menjadi alat agar pemimpin bisa lebih dekat dengan rakyatnya," katanya.

Menurut Nunik, tantangan menjadi pemimpin dalam menghadapi masyarakat yang didominasi oleh para kaum milenial pada saat ini, para pemimpin juga harus berani dalam berinovasi.

Selain itu, pemimpin juga harus dituntut cerdas, terbuka dan membuka ruang seluas mungkin untuk menyatu dengan yang dipimpinnya.

"Pemimpin harus dituntut cara berfikir yang harus berani menembus yang disebut batas dan berfikir berbeda, tidak menunggu untuk keliru dan menunggu salah untuk melahirkan inovasi," katanya.

Inovasi itu juga dilakukan, sambung Nunik, untuk menyesuaikan anak milenial zaman sekarang yang cenderung lebih memiliki keberanian untuk melakukan inovasi serta lebih menyukai kemandirian.

Oleh karena itu, Nunik mengatakan bahwa pemimpin harus membuka ruang atau working space agar para kaum milenial memiliki tempat untuk melakukan kreativitas.

"Semua pemimpin harus memfasilitasi kreativitas anak-anak milenial. Karena pemimpin sejatinya adalah seorang pelayan, dedikasi untuk melayani orang lain, jadi harus benar-benar siap, total untuk waktu dan tenaga untuk yang dipimpinnya yaitu warga masyarakat," ujarnya.

Nunik menyebutkan inovasi dan kreativitas itu juga sangat diperlukan para kaum milenial terutama dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.

"Jadi jangan mempunyai keinginan untuk menjadi seorang karyawan saja, tetapi kaum milenial harus bisa melahirkan inovasi dan kreativitas untuk membangun lapangan pekerjaan," tambahnya.