Seorang anak bacok ibu kandung dan abangnya perlu diperiksakan

id berita sumut, berita sumut hari ini, berita sumut terkini, berita medan hari ini,psikolog seorang anak bacok ibu kandun

Seorang anak bacok ibu kandung dan abangnya perlu diperiksakan

Direktur Minauli Consulting Medan Dra Irna Minauli,MSi di Medan, Kamis (4/7). (Antara Sumut/Istimewa)

Medan (ANTARA) - Direktur Minauli Consulting Medan Dra Irna Minauli,MSi mengatakan seorang anak lelaki bernama Arsul (20) warga Desa Huta Tinggi, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara membacok ibu kandungnya Sannah (50) dan abangnya Ervin (25) perlu diperiksakan ke psikiater.

"Peristiwa pembacokan yang dialami seorang ibu itu, dinilai cukup sadis dan pelaku pembacokan tersebut perlu mendapatkan penanganan secara khusus," kata Minauli, di Medan, Kamis.


Jika Arsul, menurut dia, diduga tergolong mengalami "skizofrenia" (gangguan jiwa cukup berat) dan perlu dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa karena dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.

"Pada beberapa kasus pembacokan yang dilakukan mereka mengalami gangguan jiwa berat, dan pelaku biasanya tidak sadarkan diri dengan apa yang diperbuat," ujar Minauli.

Ia mengatakan, mereka melakukan hal ini, karena adanya halusinasi dan delusi.

Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi auditori, dimana mereka seolah-olah mendengar bisikan untuk melakukan pembacokan.

Selain itu, banyak juga yang mengalami halusinasi visual, dimana mereka melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain, misalnya melihat manusia seolah seperti binatang sehingga harus dibacok.

Ia menyebutkan, karena ketidakwarasan (insanity) yang mereka alami membuat pasien tidak mampu membedakan mana khayalan dan mana realita.

Dalam kasus seperti itu, biasanya pelaku dianggap tidak bersalah karena mengalami sakit mental (Not Guilty by Reason of Insanity).

"Namun untuk menentukan apakah seseorang mengalami gangguan jiwa seperti skizofrenia, maka perlu dilakukan pemeriksaan mendalam oleh psikiater atau psikolog klinis," ucap dia.

Minauli juga menjelaskan, perlu dilakukan anamnesa dengan melihat latar belakang sebelumnya karena gangguan jiwa biasanya sudah ditelusuri sejak awal.

"Tidak ada gangguan jiwa yang terjadi secara tiba-tiba atau tanpa ada faktor predisposisi (kecenderungan kepribadian pasien) serta faktor pencetus (trigger factor)," katanya.

Sebelumnya, seorang lelaki bernama Arsul (20 tahun) warga Desa Huta Tinggi Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal membacok ibu kandungnya Sannah (50 tahun) dan abangnya Ervin (25 tahun).

Tersangka yang diduga mengalami gangguan jiwa ini membacok ibu dan abang kandungnya itu di dapur rumah korban saat lepas dari pasungan.

Sori Madingin yang merupakan ayah kandung tersangka mengatakan peristiwa itu terjadi pada Selasa (2/7) malam sekira pukul 21.30 WIB di saat tersangka lepas dari pasungannya dan kemudian mengambil sebilah parang dan langsung membacok kedua korban di bagian kepala.

"Mendengar jeritan ibunya, abang korban Ervin kemudian menuju dapur dan di saat itulah tersangka juga membacok abangnya," ujarnya.

Setelah melakukan aksinya, tersangka kemudian melarikan diri ke hutan dengan membawa parang yang digunakannya membacok kedua korban.

Kapolres Mandailing Natal melalui Kapolsek Panyabungan, AKP Andi Gustawi saat dihubungi ANTARA, Rabu (3/7), membenarkan kejadian tersebut.

"Saat ini kedua korban sudah berada di RSUD Panyabungan dan mendapat perawatan medis, sedangkan untuk pembuatan LP, pihak keluarga masih berembuk dikarenakan tersangka merupakan keluarga dan diduga menderita gangguan jiwa," ujarnya.