Enam warga Ngawi meninggal akibat demam berdarah Januari-Mei

id Demam berdarah,DBD,demam berdarah ngawi,Dinkes Ngawi,Pemberantasan sarang nyamuk,pengasapan,fogging,jentik nyamuk,virus

Enam warga Ngawi meninggal akibat demam berdarah Januari-Mei

Petugas Dinkes Ngawi sedang melakukan pengasapan (fogging) di daerah Kabupaten Ngawi yang terdapat warga terserang penyakit demam berdarah. (Antaranews Jatim/Louis Rika)

Ngawi (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mencatat enam orang warga daerah setempat meninggal dunia akibat terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) selama bulan Januari hingga Mei di tahun 2019.

Kepala Bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) Dinkes Ngawi Endah Pratiwi mengatakan, enam korban tersebut seluruhnya meninggal di rumah sakit. Rinciannya tiga meninggal pada bulan Januari dan masing-masing satu pada Maret, April, dan Mei.

"Kasus ini menjadi atensi. Apa ada yang salah dengan pelayanannya. Ini masih kami telusuri," ujar Endah Pratiwi kepada wartawan, Rabu.

Menurut dia, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jatim. Hal itu dilakukan karena setiap kali ada pasien DBD yang meninggal, pihak rumah sakit selalu menyatakan bahwa kematian tersebut akibat terlambat dirujuk ke rumah sakit. Terlebih, tiap puskesmas di Ngawi saat ini sudah memiliki alat untuk mendeteksi kasus DBD.

Sisi lain, pihaknya tidak menampik jika ada faktor kelalaian masyarakat tentang minimnya kepedulian menjaga kebersihan lingkungan, terlebih dalam hal melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Sebab hal itu berbanding lurus dengan jumlah kasus demam berdarah yang membludak di Ngawi dalam lima bulan terakhir, yakni mencapai 1.000 kasus lebih.

Sesua data, bulan Januari ditemukan terdapat laporan sebanyak 483 kasus demam berdarah, bulan Februari sebanyak 252 kasus, Maret sebanyak 189 kasus, dan April sebanyak 80 kasus, sedangkan Mei masih dalam proses pendataan.

Ia menyatakan hal yang paling efektif untuk memberantas demam berdarah adalah kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Diapun meminta masyarakat lebih peduli terhadap lingkungannya masing-masing.

"Saya yakin tidak akan ada demam berdarah jika pemberantasan sarang nyamuk benar-benar dilakukan. Tidak hanya sekali dua kali saja, harus serentak dan berkala," kata dia.

Iia menilai selama ini anggapan masyarakat demam berdarah dibasmi dengan pengasapan atau "fogging". Padahal itu tidak sepenuhnya benar.

"Kalau fogging itu cuma untuk membasmi nyamuk dewasa, tidak ke jentik-jentiknya. Untuk memutus siklus pertumbuhan jentik menjadi nyamuk pembawa virus dengue, harus dengan PSN," katanya.

Dengan berkala melakukan pemberantasan sarang nyamuk di kalangan warga Ngawi, diharapkan kasus demam berdarah di wilayah setempat dapat ditekan.