Pendukung pendeta garis keras di Myanmar protes surat penangkapan

id Wirathu,Surat perintah penangkapan,Myanmar

Pendukung pendeta garis keras di  Myanmar protes surat penangkapan

Seorang pendukung Budha garis keras pendeta Wirathu berdoa di Shwedagon Pagoda di Yangon, menyusul surat perintah penangkapan untuk penghasutan di Yangon, Myanmar, Kamis (30/5/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Ann Wang/aww/cfo

Yangon (ANTARA) - Ratusan pendukung pendeta nasionalis Myanmar, Wirathu,  Kamis, memprotes surat perintah penangkapan atas pendeta tersebut untuk dakwaan menghasut.

Aksi protes itu digelar di pagoda paling suci umat Buddha di negeri itu. 

Wirathu telah lama dikenal karena retorika kerasnya terhadap masyarakat minoritas Muslim Myanmar, tapi surat perintah penangkapan terhadap dia dikeluarkan setelah ia mengeluarkan komentar yang mengeritik pemerintah sipil Aung San Suu Kyi.

Sedikitnya 300 pendukung Wirathu berkumpul di luar Pagoda Shwedagon di kota terbesar di Myanmar, Yangon, kata Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis malam.

"Ia mengeritik pemerintah secara terbuka sebagai warga negara," kata pegiat Win Ko Ko Lat kepada wartawan. "Penggunaan tindakan menghasut terhadap dia sama sekali tidak adil."

Surat perintah penangkapan buat Wirathu dikeluarkan oleh satu pengadilan Yangon pada Selasa. Polisi belum menetapkan dasar pasti bagi penangkapan dia berdasarkan hukum yang melarang "menyebarkan kebencian atau penghinaan" atau menyulut rasa tidak suka terhadap pemerintah.

Dalam pertemuan terbuka belum lama ini, Wirathu telah menuduh pemerintah korupsi dan mengecamnya karena berusaha mengubah undang-undang dasar yang akan mengurangi kekuasaan militer.

Militer memerintah Myanmar selama beberapa dasawarsa sampai awal peralihan kekuasaan sipil pada 2011. Wirathu adalah pendeta nasionalis paling menonjol yang muncul sebagai kekuatan politik sejak itu.

Ia telah membantah tuduhan menghasut kekerasan.

Sumber: Reuters