Presiden: Iran menderita akibat tekanan AS

id Presiden Rouhani,Iran,Sanksi AS

Presiden: Iran menderita akibat tekanan AS

Presiden Iran Hassan Rouhani. (IRNA)

Teheran, Iran (ANTARA) - Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran menderita akibat tekanan Amerika Serikat yang tak pernah terjadi sebelumnya dibandingkan dengan sanksi yang diberlakukan musuh atas Iran selama delapan tahun perang dengan Irak.

"Berdasarkan situasi saat ini, semua kekuatan revolusioner mesti bergandeng tangan dan menguatkan persatuan untuk meninggalkan situasi sulit saat ini," kata Presiden Rouhani dalam satu pertemuan yang diadakan di Teheran dengan sekelompok pegiat dan politikus pada Sabtu malam (11/5).

Presiden Rouhani, yang membandingkan sanksi saat ini dengan yang pernah terjadi selama perang melawan Iran 1980-1988, mengatakan sanksi era perang hanya mengenai pembelian senjata buat Iran dan tak ada pembatasan hubungan perbankan atau ekspor-impor minyak mentah.

Presiden Rouhani, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Iran, IRNA --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad siang, mengatakan sanksi atas hubungan perbankan telah merenggut korban tambahan pada transaksi keuangan Iran.

Masalah itu juga akan mempengaruhi industri baja, pertanian, minyak dan petrokimia, tambah Presiden Rouhani.

Di bagian lain pernyataannya, presiden Iran tersebut memuji peran mencolok rakyat di negeri itu, dan mengatakan, "Kemenangan kita terjadi karena sumbangan rakyat bagi tujuan Republik Islam."

"Hari ini, Iran menghadapi situasi sulit. Namun, kita tak boleh putus-asa," kata presiden Iran tersebut. "Saya sangat berharap bagi masa depan."

Ia juga meyakinkan bahwa negara itu akan melewati kesulitannya.

Tanggal 8 Mei 2019 adalah peringatan pertama penarikan sepihak AS dari Kesepakatan Nuklir Iran, yang secara resmi dikenal dengan nama Rencana Aksi Gabungan Menyeluruh (JCPOA).

Melalui pidato yang disampaikan pada hari yang sama, Presiden Rouhani mengatakan bahwa kesepakatan nuklir itu baik buat perdamaian regional, sehingga, setiap orang mesti membayar untuk itu.

Presiden AS Donald Trump pada Juli 2015 keluar dari kesepakatan nuklir tersebut dan mengatakan ia akan memberlakukan sanksi ekonomi "tingkat paling tinggi" terhadap Iran. Keputusannya diambil meskipun dunia mengecam tindakan anti-Iran Washington.

Trump kembali menjatuhkan sanksi anti-Iran pada 5 November 2018.



Sumber: IRNA -Iran