Pasukan komando Prancis bebaskan sandera di Burkina Faso, dua prajurit tewas

id Pasukan komando Prancis,bebaskan sandera,Burkina Faso

Pasukan komando Prancis bebaskan sandera di Burkina Faso, dua prajurit tewas

Sandera yang dibebaskan Jocelyn Elliott (kiri), yang diculik bersama suaminya di Burkina Faso oleh kelompok yang berkaitan dengan al Qaeda, duduk bersama Menteri Luar Negeri Burkina Faso Alpha Barry setelah dibebaskan dan setibanya di Ouagadougou, Burkina Faso, Senin (8/2). (REUTERS/Nabila El Hadad )

Paris (ANTARA) - Pasukan komando Prancis menyelamatkan empat sandera asing termasuk dua warga negara Prancis dari satu kelompok militan di Burkina Faso, kata militer Prancis pada Jumat, dengan menambahkan bahwa dua anggota pasukan elit itu gugur dalam operasi pada malam hari.

Pasukan khusus Prancis melancarkan operasi pada Kamis malam hingga Jumat, dengan dukungan pasukan operasi Barkhane Prancis yang ditempatkan di kawasan Sahel dan intelijen Amerika Serikat untuk melawan para militan.

Seluruh empat sandera selamat, kata kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron, menambahkan bahwa seorang perempuan AS dan seorang perempuan Korea Selatan juga dibebaskan dalam operasi tersebut.

"Tindakan-tindakan terukur yang dilakukan tentara Prancis memungkinkan kami menyelamatkan para sandera itu dan juga melindungi para sandera agar selamat," kata Kepala Angkatan Darat Prancis Francois Lecointre dalam jumpa pers, dengan melukiskan kelompok militan itu sebagai "teroris".

Menurut dia, empat penculik tewas dan dua meloloskan diri.

"Siapapun yang menyerang Prancis dan warga negaranya tahu kami tak tinggal diam dan terus melacak mereka dan melumpuhkannya. Kami tak pernah meninggalkan warga negara kami," kataMenteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly kepada wartawan.

Pasukan Prancis tak menyadari keberadaan sandera warga negara AS dan Korsel menjelang operasi itu dan mereka telah disekap selama 28 hari, kata Lecointre.

"Kami menyadari keberadaan mereka... Warga Amerika itu akan dipulangkan secara terpisah," kata Parly. "Kontak-kontak (dengan negara-negara itu) menunjukkan bahwa negara-negara ini tidak menyadari keberadaan warga negara mereka."

Sumber: Reuters