Toyota genjot penjualan jelang Lebaran

id Toyota,toyota astra motor,penjualan mobil ,Lebaran 2019

Toyota genjot penjualan jelang Lebaran

Toyota New Avanza (Foto: ANTARA/Risbiani Fardaniah)

Jakarta (ANTARA) - Toyota melalui agen pemegang merek PT Toyota Astra Motor (TAM) bakal menggenjot penjualan terutama untuk mobil-mobil unggulannya yaitu Avanza, Rush, dan Innova, menjelang Lebaran tahun ini.

“Permintaan juga biasanya meningkat menjelang Lebaran,” kata Eksekutif GM PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Surjopranoto, di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan permintaan biasanya tidak hanya datang dari perorangan tapi juga fleet seperti perusahaan rental mobil, yang biasanya mengalami lonjakan sewa ketika musim mudik Lebaran.

“Permintaan fleet terutama perusahaan rental mobil biasanya naik untuk memenuhi permintaan sewa yang mau Lebaran,” kata Soerjo, sapaan Soerjopranoto.

Demikian pula dengan perorangan, kata dia, biasanya membeli mobil baru untuk Lebaran.

Beruntung, lanjut Soerjo, dari sisi produksi PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang memproduksi Avanza dan Rush mendukung peningkatan produksi, sehingga pembelian kedua jenis kendaraan laris itu tidak memerlukan masa tunggu (indent) yang lama.

“Kami berharap dengan peningkatan produksi dari ADM, maka setidaknya bisa mengantisipasi permintaan Avanza yang naik. Kami inginnya dipasok hingga 8.000 unit untuk antisipasi permintaan, ADM jamin 7.000 unit,” katanya.

Komitmen ADM itu, lanjut Soejo, terlihat sudah terlihat dari hasil penjualan Avanza bulan April yang berhasil tembus 9.100 unit secara wholesales dan Rush yang mencapai 5.400 unit.

Sementara pasokan produksi dari PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang memproduksi Innova dan Fortuner relatif tidak terkendala.

Lebih jauh ia mengakui pada April 2019 penjualan Toyota mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya 4-5 persen, menjadi sekitar 29.400 unit secara wholesales. Namun menurut dia, penurunan penjualan Toyota itu, jauh lebih kecil dari penjualan mobil secara nasional yang diperkirakan turun 8-10 persen.

Diakui Soerjo, pemilu legislatif dan presiden pada 17 April lalu cukup mempengaruhi pasar, di mana konsumen menunggu dan melihat situasi keamanan pasca-pemilu.

“Namun makroekonomi, penurunan harga komoditas, dan kondisi manufaktur juga berpengaruh pada pasar bulan lalu,” katanya.