Dubai (ANTARA) - Uni Emirat Arab (UAE) pada Kamis mengatakan bahwa "milisi garis keras" mengendalikan Ibu Kota Tripoli, Libya.
Sementara itu Khalifa Haftar, sekutu UAE, sedang berusaha merebut Tripoli dari pasukan pemerintah Libya yang diakui internasional.
Uni Emirat Arab, bersama dengan Mesir mendukung Haftar yang mereka anggap sebagai benteng melawan milisi garis keras di Afrika Utara. Laporan PBB 2017 menyebutkan bahwa negara Teluk Arab memberikan dukungan militer dan logistik kepada Tentara Nasional Libya (LNA) yang bermarkas di wilayah timur.
Serangan Haftar, yang diluncurkan lebih dari tiga pekan lalu, untuk merebut Tripoli menghancurkan semua upaya yang didukung PBB atas kesepakatan damai antar faksi yang bermusuhan untuk mengakhiri konflik delapan tahun.
"Prioritas di Libya (yakni) melawan ekstremisme/terorisme dan mendukung stabilitas dalam krisis yang berkepanjangan," cuit Menteri Luar Negeri UAE Anwar Gargash di akun Twitter.
"Kesepakatan Abu Dhabi menawarkan peluang untuk mendukung proses yang dipimpin PBB. Sementara itu milisi garis keras terus mengendalikan ibu kota dan menggagalkan upaya penyelesaian konflik melalui jalur politik."
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Jenderal Haftar tinggalkan Moskow tanpa menyetujui kesepakatan gencatan senjata
Selasa, 14 Januari 2020 18:16 Wib
Pasukan Haftar Libya umumkan gencatan senjata
Minggu, 12 Januari 2020 12:21 Wib
Rusia tembak jatuh pesawat "drone" AS
Sabtu, 7 Desember 2019 19:12 Wib
AS minta LNA Haftar berhenti serang Tripoli
Sabtu, 16 November 2019 11:33 Wib
AS desak tentara Jenderal Haftar segera hentikan serangan atas Tripoli
Sabtu, 16 November 2019 11:09 Wib
Pusat tahanan migran di Tripoli diserang, 40 tewas
Rabu, 3 Juli 2019 21:44 Wib
Libya bebaskan enam warga negara Turki
Selasa, 2 Juli 2019 5:05 Wib
Pasukan Libya Timur : Pesawat Turki akan diperlakukan sebagai musuh
Sabtu, 29 Juni 2019 11:48 Wib