Bulog: Tidak akan ada lagi impor beras tahun ini

id Bulog,tidak ada impor beras, 2019

Bulog: Tidak akan ada lagi impor beras tahun ini

Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso dalam perayaan ulang tahun ke-52 Perum Bulog, di Jakarta, Sabtu (27/4/2019). (Foto: ANTARA/Indra Arief Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Budi Waseso mengatakan tidak akan lagi ada impor beras di sisa tahun sepanjang 2019, dan pihaknya sedang berupaya untuk meningkatkan ekspor beras.

Budi, dalam perayaan ulang tahun ke-52 Perum Bulog, di Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu malam, menjanjikan stok dan persediaan beras di dalam negeri akan mencukupi hingga akhir tahun.

"Kita akan memaksimalkan penyerapan gabah dan beras di dalam negeri. Saya yakin 2019 sampai akhir 2019 kita tidak perlu lagi impor beras," ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ini.

Budi mengatakan dirinya dan jajaran Bulog sedang membuktikan bahwa Indonesia akan surplus beras, dan bisa menjadikan beras sebagai komoditas ekspor unggulan.

"Kita punya kedaulatan pangan. Soal pangan, kita tidak boleh impor, tapi ekspor. Itu harga mati," ujar dia.

Buwas, sapaan akrab Budi, sempat bercerita bahwa saat awal menjabat sebagai Dirut Bulog, dirinya pernah dipaksa untuk melakukan impor. Namun, dia mengaku berusaha untuk tidak melakukan impor beras karena stok beras dalam negeri masih sangat mencukupi.

"Awal saya jadi Dirut, Bulog pernah dipaksa untuk impor. Harus impor. Makanya saya sedikit marah. Niat saya baik. Wajar saya akhirnya ditegur Presiden. Maka itu saya masih berusaha keras agar harga diri negara ini melalui pangan tetap menjadi perhatian," ujarnya.

Perum Bulog memiliki target untuk menyerap 1,8 juta ton gabah dan beras dari petani pada tahun ini.

Sebagai gambatan, pada 2018 Bulog diberikan izin impor beras dari Kementerian Perdagangan sebanyak 2,25 juta ton.

Alasan impor beras itu karena stok cadangan beras yang dimiliki Bulog hanya 900.000 ton. Rendahnya stok cadangan beras saat itu disebabkan karena panen yang sedikit dan mahalnya harga beli gabah.