Mengubah sekam padi jadi sumber energi listrik

id Kemenko maritim,Sekam padi, energi listrik

Mengubah sekam padi jadi sumber energi listrik

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam (SDA) dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono. (Dokumentasi Kemenko Maritim)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mendorong sekam padi untuk bisa menjadi sumber energi listrik potensial sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam (SDA) dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, mengatakan sebagai negara maritim yang 76 persennya berupa lautan, daerah-daerah di Indonesia tidak bisa seluruhnya mendapat pasokan listrik secara konvensional dengan menggunakan kabel.

"Harus ada pemikiran tentang listrik Indonesia di mana sumber daya alam yang ada dimanfaatkan sesuai karakteristik geografis Indonesia," katanya dalam rapat koordinasi mengenai Kaji Banding Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) & Pembangkit Listrik tenaga Biomassa (PLTBm) Sekam Padi di Palembang, Selasa (23/4).

Turut hadir dalam kegiatan ini, Direktur Utama Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) Sumsel-PLTS Jakabaring Arif Kadarsyah, Perwakilan PT Sky Energi Indonesia Anang Imam, Wakil Bupati Sidrap Mahmud Yusuf dan Manager Utility PT Buyung Putra Sembada yang juga pelopor Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sekam Padi Rudy Rinaldy.

Agung menyebut sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan potensinya sebagai sumber energi diantaranya matahari, angin, arus laut hingga sekam padi yang banyak terdapat di Indonesia.

Salah satu wilayah yang telah memanfaatkan potensi sumber energi baru itu yakni Sumatera Selatan yang telah memiliki PLTS Jakabaring dan PLTBm Sekam Padi di Ogan Ilir.

"Sumatera Selatan patut dicontoh karena telah berhasil memanfaatkan matahari dan limbah sekam padi menjadi pembangkit listrik," ujarnya.

Agung berharap daerah-daerah lain khususnya yang memiliki sawah-sawah luas, dapat meniru Sumatera Selatan. Selain Sumatera Selatan, ia yakin, daerah-daerah lain bisa mandiri di bidang energi karena dapat memanfaatkan potensi EBT didaerahnya.

"Jika kita menginginkan penghematan secara finansial, lingkungan yang lebih bersih, kita bisa membangun pembangkit listrik EBT. Apa yang telah dibangun di Sumatera Selatan, dapat saja diduplikasi di daerah lain. Semoga bermanfaat, tidak hanya demi memenuhi target bauran energi terbarukan, tapi juga untuk menjadikan masyarakat Indonesia, kian produktif, kian maju dan sejahtera," katanya.

Pemerintah telah menyusun target bauran EBT dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yakni 23 persen pada tahun 2025 dan paling sedikit 31 persen pada tahun 2050.

Untuk mencapai bauran 23 persen pada tahun 2025 dibutuhkan sekitar 45.000 megawatt (MW) listrik berbasis EBT. Sebagaimana diketahui bahwa kontribusi EBT dalam bauran energi nasional pada saat ini baru mencapai sekitar 12 persen.