Pelajar Washington korban, korban tewas di Sri Lanka capai 321 orang

id Srilanka

Pelajar Washington korban, korban tewas di Sri Lanka capai 321 orang

Kerabat korban ledakan menangis histeris di depan kamar jenazah kantor kepolisian di Kolombo, Sri Lanka 21 April 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/aww.)

Washington (ANTARA) - Seorang pelajar kelas lima di satu sekolah swasta eksklusif di Washington DC, dan seorang lelaki Denver yang sedang melakukan perjlananan bisnis, termasuk di antara warga negara AS yang tewas dalam serangan bom saat Paskah di Sri Lanka.

Beberapa penyerang bunuh diri meledakkan bom di sedikitnya tujuh gereja dan hotel di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo, pada Paskah Ahad, sehingga menewaskan mencapai 321 orang, sedang aparat keamanan setempat telah menangkap 40 orang.

Korban luka diperkirakan lebih 500 orang.
 
Empat warga negara AS tewas dan beberapa lagi menderita luka parah dalam serangan tersebut, kata wanita juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Kieran Shafritz de Zoysa, pelajar kelas lima di Sidwell Friends, meninggal dalam salah satu ledakan, kata sekolah itu di dalam surel kepada teman dan keluarga korban, demikian laporan stasiusn televisi WJLA di Washington.

Kieran tinggal di Sri Lanka, saat cuti dari sekolah dan dijadwalkan kembali, kata surel itu, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Pelajar kelas lima tersebut berusia sekitar 10 tahun.

"Ia suka belajar, menyayangi teman-temannya, dan sangat ingin kembali ke Sidwell Friends pada tahun ajaran mendatang," kata Kepala Sekolah Mamadou Gueye di surel tersebut.

Kewarganegaraan anak lelaki itu tidak diketahui, dan staf sekolah tak menanggapi permintaan konfirmasi.

Putri mantan presiden Barack Obama, Sasha dan Malia, dan Chelsea Clinton --putri mantan presiden Bill Clinton, juga bersekolah di Sidwell Friends.

Dieter Kowalski, seorang warga Wisconsin yang tinggal di Denver, juga termasuk di antara korban tewas. Ia sedang melakukan perjalanan bisnis untuk perusahaan penerbitan pendidikan Inggris, Pearson, yang memiliki 800 pegawai di Sri Lanka.

"Deiter baru saja tiba di hotelnya, tempat banyak rekannya telah menginap selama bertahun-tahun, ketika ia tewas dalam satu ledakan," kata Kepala Pelaksana Pearson, John Fallon, di Likedln.

Semua pegawai Pearson di Sri Lanka telah diketahui, kata Scott Overland, juru bicara perusahaan, di salam satu surel.

Kowalski, pemimpin senior di tim layanan teknik, mendapat tugas untuk bekerja di tim teknik lokal Pearson, kata Fallon.

"Rekan-rekannya yang mengenal Dieter dengan baik berbicara mengenai betapa senangnya ia untuk berkeliling, betapa bangga dan penuh semangatnya dia. Mereka berbicara mengenai seorang pria yang ... mengetahui dengan baik apa yang akan dihadapi dan membantu kami memikirkannya," kata Fallon.

Kowalski sendiri kelihatan sangat berminat mengenai perjalanannya, tulisnya di laman Facebook pada Jumat, "Dan kegembiraan dimulai. Mencintai perjalanan kerja ini. 24 jam terbang. Sampai jumpa Sri Lanka!"

Sumber: Reuters