Mendongkrak Partisipasi Pemilih di Kampung Nelayan Lampung Timur

id Lampung timur, nelayan, kpu lampung timur

Mendongkrak Partisipasi Pemilih di Kampung Nelayan Lampung Timur

Nelayan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur sedang menambal kapal untuk persiapan melaut. (Foto: Antaralampung/Muklasin)

Sukadana, Lampung Timur (ANTARA) - Pelaksanaan Pemilu 2019 pada 17 April kian dekat, sehingga berbagai persiapan makin dimatangkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia dan jajaran termasuk KPU di Provinsi Lampung.

Provinsi Lampung memiliki 15 kabupaten dan kota yang semuanya tengah menyiapkan diri menyambut pemilu serentak 2019, untuk sekaligus memilih calon presiden dan wakil presiden, calon anggota legislatif DPR, DPRD provinsi dan kabupaten/kota, dan memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Kabupaten Lampung Timur merupakan satu dari 15 kabupaten/kota di Lampung tengah menyiapkan segala sesuatu menjelang Pemilu 2019 nanti, termasuk di perkampungan nelayan kawasan pesisir daerah ini.

KPU Kabupaten Lampung Timur menyampaikan Daftar Pemilih Tetap (DPT Pemilu 2019 di daerah ini sebanyak 790.149 orang. Jumlah tempat pemungutan suara (TPS) sebanyak 3.440 yang tersebar pada 264 desa di 24 kecamatan.

Kebutuhan surat suara pemilu di wilayah ini sebanyak 4.037.763 lembar, terdiri dari lembar surat suara calon presiden-wakil presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten.

Ketua KPU Lampung Timur Andri Oktavia menyatakan partisipasi pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bupati Lampung Timur tahun 2015 sebanyak 63 persen, lalu pada Pilgub Lampung 2018 naik menjadi 69 persen, dan pada Pemilu 2019 ditargetkan naik lagi menjadi 75 persen. "Kami berharap naik lagi, targetnya 75 persen," kata Andri  Oktavia pula.

KPU Lampung Timur terus melakukan sosialisasi sejak tahapan awal pemilu dimulai, agar masyarakat tidak banyak yang golput atau meminimalkan warga yang tidak memilih, sehingga target partisipasi yang diharapkan dapat tercapai.

Sasaran sosialisasi adalah warga yang sudah punya hak pilih dengan beragam segmen. Materi yang disampaikan seperti pelaksanaan pemilu, jenis surat suara yang akan dicoblos dan hal terkait lainnya.

Menurut Andri, terdapat sejumlah tempat di daerah ini dengan partisipasi pemilihnya tergolong rendah, di antaranya Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Labuhan Maringgai, dan Braja Selebah.

Andri mengungkapkan, alasan warga tidak memilih bermacam-macam, seperti tidak berada di tempat pada hari H dan berpandangan pesimistis terhadap pemimpin, ada juga karena hari pelaksanaan pemilu bertepatan dengan hari pasaran.

Terkait partisipasi pemilih di kampung nelayan, di Kecamatan Labuhan Maringgai, Andri Oktavia mengakui partisipasi pemilih di desa-desa nelayan tergolong masih rendah.

Kebiasaan para nelayan pergi melaut berhari-hari dan tidak pulang bertepatan hari pencoblosan, sehingga nelayan tidak bisa mencoblos merupakan salah satu alasan yang diutarakan oleh nelayan, kata Andri Oktavia.

"Kami beberapa waktu lalu sosialisasi ke Labuhan Maringai mendorong agar nelayan sebelum melaut sebaiknya mencoblos dulu," ujar dia pula.

Komisioner KPU Lampung Timur Wasiyat Jarwo Asmoro menambahkan, meskipun rendah partisipasi pemilih di kampung nelayan umumnya di daerah ini, namun partisipasi pada Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Lampung 2018 masih di atas angka 50 persen.

Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai di Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 11 desa, yaitu Desa Sukorahayu, Margasari, Karang Anyar, Srigading, Sriminosari, Labuhan Maringgai, Maringgai, Muara Gading Mas, Bandar Negeri, Karya Makmur, dan Karyatani. 

Desa Margasari dan Muara Gading Mas merupakan kampung nelayan, karena sebagian besar warganya bermata pencarian sebagai nelayan.

Sentra perikanan di Kabupaten Lampung Timur adalah di Kecamatan Labuhan Maringgai. Desa Margasari dan Muara Gading Mas adalah penghasil utama hasil perikanan laut di sini. Terdapat ribun nelayan dari dua desa itu.

Para nelayan setempat mempergunakan bermacam-macam alat tangkap. Jenis alat tangkap yang dipakai seperti jaring dogol atau trawl, jaring ikan, jaring rajungan, jaring sero, pancing, bagan, dan jaring bubu.

Komoditas perikanan yang dihasilkan antara lain kepiting rajungan, ikan berbagai jenis ukuran besar dan kecil, teri, kerang laut, udang laut, dan sebagainya.

Komoditas perikanan nelayan ini dipasarkan ke sejumlah wilayah, baik di Lampung maupun ke luar daerah, ibu kota Jakarta dan beberapa tempat di Pulau Sumatera.

Pada kedua desa ini terdapat tempat pendaratan ikan (TPI) sebagai pusat transaksi jual beli ikan, kendati belum berfungsi penuh secara ideal sesuai keberadaannya.

Pada saat melaut, para nelayan ada yang pergi hingga berhari-hari menginap di atas kapal di tengah laut. Lama mereka melaut bisa satu minggu lebih, sehingga disebut sebagai nelayan babangan. 

Adapun nelayan yang melaut harian, biasanya sehari pulang melaut, dan disebut sebagai nelayan harian.

Aktivitas di kampung nelayan adalah tempat yang selalu sibuk, karena kegiatan mereka tidak berhenti dari aktivitas melaut dan turunannya..Nelayan baru berhenti melaut sementara waktu pada umumnya ketika perayaan hari besar keagamaan, seperti saat lebaran.

Pada pelaksanaan pemungutan suara pemilu,kebanyakan nelayan pun masih memilih tetap melaut ketimbang ke TPS untuk mencoblos.

               Partisipasi Pemilih

Pada Rabu tanggal 17 April 2019 akan dilaksanakan hajat pemilu serentak untuk memilih calon presiden-wakil presiden, anggota DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

Salah satu nelayan di Desa Margasari, Lampung Timur, Jupri mengaku mengetahui pelaksanaan pemilu pada Rabu 17 April nanti. Jupri pun menyambut antusias hajat pemilihan umum itu.

Pada pilpres lima tahun silam, Jupri menyatakan hadir ke TPS untuk mencoblos calon presiden-wakil presiden pilihannya. Pada pemilu tahun ini, dia juga menyatakan akan datang ke TPS untuk menyalurkan kembali hak suaranya.

Namun, kata Jupri lagi, banyak pula nelayan di sekitar tempat tinggalnya yang memutuskan tidak memilih, malah berencana melaut pada pelaksanaan hajat Pemilu 2019, termasuk sebelumnya pada pilkada, pemilu legislatif dan pilpres, meskipun tahu hari pelaksanaannya.

Faktor pemimpin atau wakil rakyat yang akan mereka pilih belum memberikan dampak nyata kepada mereka sebagai daya tarik dan motivasi mencoblos dan menggunakan hak pilih mereka. 

Pada pemilu tahun ini, Jupri berharap tidak terlalu muluk kepada pemimpin yang terpilih, dia hanya berharap calon presiden atau wakil rakyat yang terpilih nanti bisa membuat wilayah laut daerah ini bebas dari alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Mujiono, nelayan tradisional lainnya menyatakan tahu jadwal pelaksanaan Pemilu 2019 pada 17 April. Pada Pilpres lima tahun lalu dia juga mengaku menyalurkan suaranya di TPS sekitar tempat tinggalnya.

Saat ditanya terkait antusiasme dan partisipasi pemilih setiap hajat pemilu di desanya di Margasari, Mujiono mengatakan sebagian besar nelayan mencoblos, tapi ada pula yang tidak atau memilih menjadi golput.

"Kalau saya dulu nyoblos, nelayan lainnya sebagian ada yang nyoblos ada juga yang tidak karena harus tetap melaut," katanya lagi.

Mujiono meyakini pada Pemilu 2019 nanti tetap akan banyak nelayan di daerah ini yang peduli pemilu, karena berbarengan dan serentak pemilihan calon presiden-wakil presiden dan pemilu legislatif.

"Kami harus memilih karena masing-masing sudah punya jagoan, ingin jagonya menang," katanya pula.

Mengenai harapan kepada pemimpin yang terpilih dan akan memimpin, dia menginginkan pemimpin yang bisa bertindak adil dan mampu menyejahterakan para nelayan.

Harapan para nelayan di Lampung Timur ini memang tidaklah muluk-muluk.

Mereka berharap keinginan tersebut dapat diwujudkan, agar nelayan lain yang masih enggan menggunakan hak pilihnya karena lebih mengutamakan tetap melaut, pada saatnya akan menyadari bahwa memilih itu adalah hak yang seharusnya digunakan.

Para nelayan dengan memilih berarti ikut menentukan kepemimpinan nasional maupun memberi mandat kepada para wakil rakyat agar setelah terpilih benar-benar memperjuangkan nasib para nelayan di sini.