Butuh Kerja Keras untuk Kembalikan Kejayaan Rempah Indonesia

id rempah indonesia

Butuh Kerja Keras untuk Kembalikan Kejayaan Rempah Indonesia

Rempah Indonesia yang dipamerkan dalam International Forum on Spice Route (IFSR) 2019 di Museum Nasional, Jakarta. (ANTARA/Ade Irma Junida)

Butuh regulasi dan yang penting itu 'political will', kita mau kembali ke rempah atau tidak
Jakarta (ANTARA) - Perlu kemauan politik yang keras dari pemerintah untuk bisa mengembalikan kejayaan rempah di Indonesia, kata pembina Yayasan Negeri Rempah Bram Kushardjanto. 

"Butuh regulasi dan yang penting itu 'political will', kita mau kembali ke rempah atau tidak," katanya di Jakarta, Selasa (19/3).

Bram menyebut Indonesia berjaya dengan rempahnya sebelum mengenal komoditas tambang dan migas. Dengan rempah, nama Indonesia harum ke penjuru dunia sampai akhirnya dijajah Eropa.

Hingga saat ini, meski bukan menjadi negara pengekspor rempah terbesar dunia, Indonesia masih tercatat sebagai negara produsen rempah terbesar dunia.

"Kita masih yang terbesar sampai saat ini. Masalah penjualan saja yang harus lewat Vietnam atau India, tapi kita tetap produsen terbesar," katanya.

Potensi untuk bisa memegang pasar rempah dunia, menurut Bram, masih sangat besar. Terlebih di Asia masih banyak masyarakat yang melakukan ritual sembahyang dengan wewangian aromatik dari rempah.

"Lada, misalnya, kita nomor tiga setelah Vietnam dan India, tapi produsen terbesar tetap Indonesia. Vietnam ladanya sedikit tapi dia ambil dari kita yang harganya tidak bersaing di luar negeri. Padahal kalau mau, kita bisa kontrol harga," tuturnya.

Bram menambahkan, mengembalikan kejayaan rempah akan juga mengembalikan kejayaan maritim nasional. Pasalnya, perdagangan besar tentunya membutuhkan angkutan laut sebagai alat pendukung logistik.

Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo Adi mengatakan rempah telah menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi maupun sosial budaya dalam skala global di masa lalu.

Indonesia memiliki posisi strategis sebagai poros yang menghubungkan Tiongkok, India, Timur Tengah hingga Eropa. Terletak di sepanjang jalur maritim tersibuk di dunia, Indonesia menjadi daerah strategis dan tujuan perdagangan selama ribuan tahun sehingga kejayaannya perlu dibangkitkan kembali.

"Kita tidak mau membangkitkan rempah sebagai sumber daya saja tetapi kita lanjutkan sampai komoditas/produk/jasa/pengalaman termasuk pariwisata. Itu akan kita gali," tuturnya.