Menanam Bakau Jaga Pelestarian Satwa Langka Hutan Way Kambas Lampung

id Way Kambas,Tanam Bakau, mangrove,bakau, bakau lestari

Menanam Bakau Jaga Pelestarian Satwa Langka Hutan Way Kambas Lampung

Gerakan tanam bibit pohon bakau di sekitar kawasan hutan Way Kambas Lampung Timur. (FOTO: ANTARA Lampung/Muklasin)

Manfaat adanya hutan bakau selain untuk menjaga lahan dari abrasi, juga sangat mendukung kelestarian satwa-satwa liar yang hidup di sekitarnya.
Lampung Timur (ANTARA) - Tanaman bakau (mangrove) di tepian pantai tak hanya berfungsi menjadi penghalang dan pencegah abrasi, sekaligus menjadi benteng pengaman dari ancaman bencana gelombang pasang (tsunami) dan pendukung kehidupan biota laut dan tetumbuhan di sekitarnya.

Pada kawasan pantai sekitar hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur, Provinsi Lampung, gerakan penanaman bakau diharapkan mendukung pelestarian hutan dan perlindungan bagi satwa liar langka masih terjaga kehidupannya di dalam kawasan hutan hujan tropis di Sumatera masih tersisa ini.

Sekumpulan tanaman mangrove yang tumbuh dan disebut sebagai hutan mangrove umumnya tumbuh di lumpur pasir di kawasan pantai.

Tanaman bakau itu berfungsi utama sebagai pencegah abrasi dan erosi (pengikisan tanah) kawasan pantai dimaksud. Hutan bakau juga menjadi tempat hidup biota laut dan satwa-satwa penjaga ekosistem di pantai itu lainnya.

Hutan bakau bermanfaat pula bagi manusia sebagai tempat penghalang gempuran ombak tsunami, paling tidak mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkannya karena terhalang pohon bakau rang rimbun dan menghijau.

Upaya menghijaukan kembali kawasan pantai yang gundul telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak dengan melakukan gerakan menanam bibit mangrove. Tujuannya untuk memperbaiki lahan dan wilayah kawasan pesisir yang rusak agar hijau dan menghutan bakau kembali.

Dampak yang diharapkan dari lahan yang hijau akan memberi manfaat kehidupan kepada lingkungan sekitarnya termasuk bagi manusia.

Di Kabupaten Lampung Timur, gerakan menanam bibit mangrove beberapa kali telah dilakukan yang dikemas dalam bentuk kegiatan festival tanam mangrove.

Dua festival tanam mangrove digelar beberapa kali, yaitu di Desa Labuhan Ratu, Kecamatan Pasir Sakti pada tahun 2017 dan 2018.

Pada Festival Mangrove yang diselenggarakan pada objek wisata Pandan Alas, Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 26 Februari 2019 dilaksanakan tanam bibit pohon mangrove pula.

Sedikitnya 2.000 batang bibit pohon mangrove ditanam di kawasan pantai Desa Sriminosari itu.

Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim mengatakan lahan pantai wilayah kabupaten ini yang kondisinya masih kritis dan belum ditanami mangrove seluas sekitar 450-an hektare, daru 150 hektare yang sudah ditanami mangrove. Masih ada sekitar 300 hektare yang harus ditanami bibit bakau lagi.

Chusnunia mengatakan, rehabilitasi lahan kritis di kawasan pantai Lampung Timur tersebut merupakan pekerjaan rumah bersama.

Dia mengingatkan kembali manfaat adanya hutan mangrove untuk mencegah abrasi dan penangkis alami dari ancaman bencana tsunami.

Karena itu, dia mengajak untuk menjaga wilayah kabupaten yang elok ini menjadi lebih asri, lestari, dan aman dari bencana.

              Tanam Bakau Hari Bakti Rimbawan
Bertepatan dengan peringatan Hari Bakti Rimbawan setiap tanggal 16 Maret, Balai Pengembangan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Way Seputih-Way Sekampung Lampung bersama Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, LSM mitra TNWK, polisi hutan (polhut), aparat TNI, Polri dan warga serta pelajar di Lampung Timur menanam sebanyak 12.000 bibit pohon bakau (mangrove) jenis rhizophora.

Penanaman bibit bakau itu dilaksanakan di kawasan pantai areal hutan TNWK di Kabupaten Lampung Timur, tepatnya di Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai, Sabtu (16/3) pagi. Kegiatan itu dilanjutkan pada Minggu (17/3) selama seharian.

Idi Bantara, Kepala BPDAS Way Seputih-Way Sekampung Lampung mengatakan semangat yang diusung pada kegiatan ini, yakni menjaga lingkungan dan alam sekitar kita, untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang rusak dengan cara penghijauan.

Pada hari Minggu itu, sebanyak 300 pelajar, anggota pramuka terdiri dari siswa-siswi SMP dan SMA sederajat, ditambah komunitas pencinta alam dan sejumlah warga melanjutkan menanam 12.000 batang bibit pohon mangrove tersebut.

Para siswa anggota pramuka itu pun terlihat antusias menanam pohon mangrove di tanah pasir yang berlumpur itu.

Palupi Nur Widiarno, Penyuluh Kehutanan TNWK mengatakan pelibatan 300 pelajar tersebut dalam rangka memberikan kesadaran tentang lingkungan dan konservasi.

Menurut Palupi, dengan melibatkan siswa secara langsung maka diharapkan mereka akan sadar arti penting penghijauan itu.

Dana Witara, siswa Madrasah Aliah Miftahul Huda, Bumi Agung,Sukadana, Lampung Timur menyatakan setelah ikut menanam mangrove, dia sadar lahan yang kritis setelah dihijaukan akan memberi mafaat bagi biota laut seperti kepiting dan udang.

Dia mengakui masih banyak yang tidak sadar arti penting penghijauan di kawasan pantai setempat.

Sumari, warga setempat mengatakan perlu terus dilakukan kegiatan tanam mangrove secara berkesinambungan.

Sembari berharap, BPDAS dan Balai TNWK terus konsisten membuat kegiatan semacam ini, mengingat masih banyak lahan kosong dan gundul serta kritis di kawasan pantai desanya yang belum ditanami mangrove.

Sekretaris Camat Labuhan Maringgai Agustinus Tri Handoko menyambut baik kegiatan tanam mangrove tersebut di wilayahnya.

Menurut Agustinus, semakin banyak pohon mangrove ditanam dan hidup berkembang, akan memberi dampak positif bagi warganya, salah satunya di sektor pariwisata, mengingat sudah ada beberapa objek wisata di tempatnya yang dibuat oleh warga dengan memanfaatkan hutan mangrove yang tumbuh dan berkembang di wilayah itu.

              Mangrove Mendukung  Konservasi
Kepala Balai TNWK Subakir menyebutkan sepanjang 75 kilometer lahan kawasan pantai sekitar TNWK kini masih dalam kondisi gundul dan kritis.

Subakir menyatakan pula, manfaat adanya hutan bakau selain untuk menjaga lahan dari abrasi, juga sangat mendukung kelestarian satwa-satwa liar yang hidup di sekitarnya.

Menurut Subakir, hutan Way Kambas memiliki lima satwa kunci spesies langka di dunia yang harus terus dilestarikan, yaitu badak, harimau, gajah, tapir, dan beruang. Satwa-satwa liar besar tersebut sering keluar ke hutan bakau manakala kondisi hutan bakaunya tumbuh rimbun dan rindang.

Ia mengataka, keberadaan hutan bakau ini sangat bagus untuk kelestarian ekosistem sekitarnya, terutama mendukung bagi penghidupan satwa-satwa liar besar itu, sehingga kalau kondisi pantainya tertutup oleh hutan bakau, satwa liar itu akan datang untuk mencari makan dan minum. Tapi kalau lahan pantainya terbuka, gundul dan kritis tanpa hutan mangrove, satwa liar langka dan dilindungi di dunia itu tidak akan mau ke pantai.

Ke depan, kata Subakir lagi, kawasan pantai TNWK seluruhnya bakal dihijaukan supaya hutannya terlindungi berikut satwa di dalamnya agar terjaga kelestariannya.

Nur Alim, dari Yayasan Penyelamat dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) Wilayah Lampung dan Riau mengatakan, diperkirakan sebanyak 27 ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) hidup di dalam kawasan hutan Way Kambas.

Nur Alim menegaskan, keberadaan hutan mangrove ikut mendukung kelestarian harimau sumatera, meskipun tidak secara langsung, mengingat adanya batas pantai berupa hutan mangrove akan hidup pula satwa liar yang menjadi sumber makanan alami bagi harimau.

Sugiyo, aktivis Wildlife Conservation Socities (WCS) Lampung menyatakan dukungannya terhadap gerakan tanam mangrove karena jelas akan mendukung kelestarian satwa liar langka dan dilidungi di hutan Way Kambas.

Karena itu, dia pun membaur bersama para aktivis pencinta lingkungan lainnya, bersama para pelajar, mahasiswa, pengelola Balai TNWK, BPDAS Way Seputih-Way Sekampung Lampung bersama aparat berwenang lainnya antusias menanami bibit pohon bakau di sekitar pantai kawasan hutan Way Kambas, demi upaya pelestarian salah satu areal hutan hujan tropis masih tersisa di dunia ini.