Bagi Pengusaha Mesir, Pertemuan Trump-Kim Buka Peluang Bisnis di Korea

id Pertemuan Kim Jong Un dan Donald Trump bulan ini berjalan lancar.,Kim Jong Un,Donald Trump

Bagi Pengusaha Mesir, Pertemuan Trump-Kim Buka Peluang Bisnis di Korea

Aktivitas perekonomian di Korea Utara seperti biasa ketika perhatian dunia ditujukan pada pertemuan pertama Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim JongUn di Singapura pada 11 Juni 2018 lalu. Pertemuan kedua Trump-Kim akan digelar di Hanoi Vietnam 27-28 Februari 2019 (pbs.org).

Bandarlampung (Antara/Reuters) - Pebisnis miliarder Mesir Naguib Sawiris, Selasa, mengatakan bahwa dia melihat sejumlah peluang di Korea Utara bila pertemuan puncak antara Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bulan ini berjalan lancar.
        
Menurut Sawiris, peluang itu antara lain di pertambangan, telekomunikasi, dan perhotelan.
        
Pekan lalu, Trump mengatakan dia berniat menggelar pertemuan kedua dengan Kim di Ibu Kota Vietnam Hanoi pada 27-28 Februari. Pertemuan itu digelar setelah pertemuan puncak yang tidak diduga sebelumnya antara kedua pemimpin tersebut pada 11 Juni lalu di Singapura.
        
Sawiris adalah pebisnis telekomunikasi dan memiliki usaha patungan jaringan telepon selular Koryolink di Korea Utara. Menurutnya, negara itu membutuhkan investasi di berbagai sektor, dari perhotelan, jalan, hingga metode pertanian.
        
"Itu (Korea Utara) adalah negara yang penuh peluang jika terbuka," kata Sawiri, yang juga Kepala Eksekutif Orascom Investment Holding di sela-sela konferesi di Abu Dhabi.
        
"Saya menanti peluang di sektor-sektor lain seperti pertambangan, pariwisata, pertanian, industri pertanian. Tapi, pertambangan sangat mengagumkan - mereka memiliki banyak sumber daya tapi tidak memiliki dana untuk melakukan eksplorasi," kata Sawiri.
        
Pekan lalu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa topik yang akan di bahas di pertemuan puncak itu meliputi denuklirisasi menyeluruh, perubahan hubungan AS-Korea Utara, dan pembentukan mekanisme perdamaian abadi di Semenanjung Korea.
        
"Saya sangat bersemangat terhadap pertemuan (Trump) itu karena menurut saya kita bisa mencapai perdamaian di pertemuan itu. Saya rasa yang seluruh rakyat Korea Utara inginkan adalah pengakuan, penghormatan, dialog, dan mereka mendapatkannya sekarang," kata Sawiri.
        
Menurutnya, penetrasi telepon selular di Korea Utara sekitar 15 persen dari populasi atau sekitar tiga juga pengguna. Sawiri juga menambahkan bahwa pangsa pasarnya terbatas karena telepon selular yang mahal dibeli menggunakan mata uang asing.
        
Pada September, Orascom Investment Holdings mengatakan pihaknya telah mendapat pengecualian dari PBB untuk mengoperasikan Koryolink. Koryolink merupakan usaha patungan yang bekerja sama dengan Perusahaan Pos dan Telekomunikasi Korea Utara.
        
Pengumuman itu dikeluarkan setelah Dewan Keamanan PBB memperketat sanksi yang membuat perusahaan asing dilarang membuat usaha patungan komersial dengan entitas Korea Utara.