Agnes Mahasiswa Unila Berwirausha Terinspirasi dari Ayah

id agnes,Wirausaha, mahasiswa Unila

Agnes Mahasiswa Unila Berwirausha Terinspirasi dari Ayah

Suasana di lapak Agnes.. (antaralampung/ni luh savitri rahajeng)

Peluang bisnis bisa muncul dari mana pun. Begitu pula yang dilakukan Agnes Chrismonica Manik (21), mahasiswi  Universitas Lampung ini. Ia memanfaatkan tepi jalan menuju Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Wayhalim, Kota Bandarlampung untuk berjualan.
     
Ia memilih lokasi tersebut sebagai tempat berjualan aneka botol minum dan kaus kaki setiap hari Ahad, karena banyak orang yang datang baik berjalan kaki atau berkendara menuju pusat kegiatan olahraga tersebut.
     
Setiap Ahad, lanjutnya menerangkan, banyak pula orang datang membeli makanan di tenda atau gerobak di depan gerbang PKOR, selain yang berolahraga.
    
Ia juga mengatakan, saat ini, di tempat-tempat umum banyak mahasiswa berjualan menggunakan tenda atau mobil. Walaupun demikian, ia berjualan menggunakan terpal dan satu buah rak karena menurutnya dapat lebih menarik perhatian pembeli.
      
Memanfaatkan terpal untuk lesehan selain lebih merakyat juga lebih menarik pengunjung untuk datang karena tidak segan, berbeda ketika menggunakan kendaraan, calon pembeli terkadang berfikir dua kali.
    
Mahasiswi jurusan akuntansi ini mengaku tidak merasa malu dan kesulitan berjualan di tempat umum karena dibantu oleh tiga orang temannya.
    
Jualan di tempat umum itu, lanjutnya, tidak sulit kalau dianggap sebagai kegiatan yang seru. Sejak awal berjualan, ia dibantu oleh teman-teman kampus. Awalnya sepuluh orang, sekarang  hanya tiga orang. Bisa sekalian seru-seruan. Jadi, tidak ada rasa malu juga.
    
Mengenai kegiatan perkuliahannya, ia tidak merasa terganggu karena hanya berjualan di hari Ahad yakni pagi dan sore. Sedangkan siang harinya pulang untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.
        
Ide menjual botol minum muncul karena Agnes merasa mahasiswa perlu membawa botol minum ke manapun untuk menghemat pengeluaran. Ia pun memilih botol minum yang desainnya menarik agar mudah diterima kalangan mahasiswa.
       
Apalagi ia sering melihat mahasiswa membeli air mineral kemasan, padahal bisa membawa dari rumah. Bisa lebih hemat. Mungkin karena botol minum dinilai kurang trendi. Jadi sekalian saja menjual botol minum yang desainnya menarik.

Ia awalnya menjual dalam jumlah sedikit botol-botol yang dibelinya dari toko online.

Karena teman-temannya tertarik dan semua botol minumnya terjual, ia mencari toko online yang menjual botol serupa dengan harga lebih murah dan mulai menjual dalam jumlah banyak di instagram.

Mahasiswa ternyata banyak yang tertarik sama botol-botol itu, jadi ia memberanikan diri menjual dalam jumlah banyak di instagram, supaya lebih banyak yang mengetahuinya.

Mengenai produk kaus kaki, awalnya ia membeli sebanyak dua lusin di toko dekat rumahnya untuk koleksi sendiri. Namun, karena dalam dua lusin kaus kaki tersebut ada warna yang tidak ia sukai, ia menjualnya ke teman-teman di kampus, dan mereka menyukainya.
    
Melihat teman-temannya menyukai kaus kaki warna-warni, ia akhirnya memutuskan untuk berjualan kaus kaki di instagram.
    
Sejak merambah dunia instagram, penjualan botol minum dan kaus kakinya selalu meningkat. Pembelinya pun tidak hanya dari kalangan mahasiswa.

Karena itu, ia mencoba berjualan di tempat umum, yakni PKOR Wayhalim. Ia pertama kali berjualan PKOR saat Lampung Fair 2018 diselenggarakan.

Ia mendapat tawaran dari seorang teman untuk berjualan botol minum dan kaus kaki saat Lampung Fair dan mendapat bantuan dari teman-temannya.
    
Saat itu, Agnes menjual 200 buah botol dan 100 lusin kaus kaki dengan meminjam uang kakaknya untuk modal usaha.

Selama satu minggu berjualan, ia mendapat keuntungan cukup banyak. Ia akhirnya memutuskan untuk berjualan tetap di PKOR setiap hari Ahad.

Terinspirasi Ayah    

Kakak kandung Agnes, Lista (36), mengatakan Agnes sudah terbiasa berinteraksi dengan pembeli sejak SD. Agnes suka berjualan sejak masih SD. Dia sering membantu berjualan di toko ayahnya, jadi sudah terbiasa berinteraksi dengan pembeli.

Saat Agnes memutuskan membangun usaha sendiri, seluruh anggota keluarga memberikan dukungan penuh kepadanya.
    
Ayahnya punya toko alat-alat rumah tangga. Sebenarnya, Agnes bisa saja hanya menitipkan barangnya di toko ayahnya karena tokonya cukup besar, namun ia memutuskan berjualan sendiri selain menitipkan barangnya. Itu yang mendapat apresiasi dari keluarga.
    
Lista juga mengungkapkan, ayah mereka yang menjalankan berbagai usaha di kawasan Way Kandis menjadi inspirasi Agnes dalam menjalankan usaha.

Apalagi Agnes itu anak bungsu di keluarga dan paling dekat dengan ayahnya , jadi wajar dia banyak terinspirasi dari ayah yang merupakan wirausahawan.

Mengenai keperluan kuliah seperti buku, uang kegiatan, dan uang jajan sehari-hari, Lista mengaku Agnes tidak pernah mengalami kekurangan. Bahkan, belakangan semua keperluan kuliah dna pribadinya dapat ditanggulangi sendiri.
    
Menyinggung bagaimana memulai usaha bagi mahasiswa,  Agnes berharap semakin banyak mahasiswa tertarik berwirausaha dan tidak malu memulai dari awal.

Sebab, mahasiswa sekarang pintar membaca peluang, semoga semakin banyak yang tertarik berwirausaha, dan berharap mahasiswa di manapun tidak malu untuk berwirausaha, walaupun hanya di emper tempat umum atau pinggir jalan, asalkan tidak melanggar aturan.