Singapura (Antaranews Lampun) Para peneliti di Bernstein Energy mengatakan pengurangan pasokan yang dipimpin oleh OPEC "akan memindahkan pasar kembali ke defisit pasokan" untuk sebagian besar 2019 dan bahwa "ini akan memungkinkan harga minyak naik menjadi 70 dolar AS per barel sebelum akhir tahun dari level saat ini 60 dolar AS per barel."
Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi mengurangi 21 rig pengeboran minyak dalam seminggu yang berakhir 18 Januari, menjadikan total riga yang beroperasi hanya 852 rig, terendah sejak Mei 2018, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam sebuah laporan mingguan pada Jumat (18/1).
Itu adalah penurunan terbesar sejak Februari 2016, karena pengebor bereaksi terhadap penurunan 40 persen pada harga minyak mentah AS akhir tahun lalu.
Namun, produksi minyak mentah AS masih naik lebih dari dua juta barel per hari (bph) pada 2018, ke rekor 11,9 juta barel per hari.
Dengan jumlah rig satgnan, tingkat pertumbuhan tahun lalu tidak mungkin terulang pada 2019, meskipun sebagian besar analis memperkirakan produksi tahunan rata-rata jauh di atas 12 juta barel per hari, menjadikan Amerika Serikat produsen minyak terbesar dunia di depan Rusia dan Arab Saudi.
Berita Terkait
Kementerian ESDM: Indonesia tak impor migas dari Iran
Senin, 15 April 2024 13:39 Wib
BRIN sebut produksi singkong nasional untuk energi belum memadai
Minggu, 3 Maret 2024 6:07 Wib
PLP sebut limbah minyak hitam kotori kawasan pesisir Bintan
Sabtu, 24 Februari 2024 17:20 Wib
Sumur minyak ilegal terbakar
Minggu, 11 Februari 2024 9:10 Wib
Harga CPO naik 3,78 persen pada periode 16-31 Januari 2024
Selasa, 16 Januari 2024 12:07 Wib
Polda Jambi tangkap pelaku penambangan minyak ilegal
Kamis, 4 Januari 2024 19:45 Wib
Tim Gabungan TNI-Polri di Jambi tertibkan sumur minyak ilegal
Sabtu, 23 Desember 2023 22:06 Wib
Polda Jambi lakukan razia sumur minyak ilegal di Batanghari
Rabu, 29 November 2023 17:40 Wib