Masyarakat Ikhlas Membantu Korban Tsunami Selat Sunda

id Tsunami Selat Sunda, pengungsi, dapur umum,Gubernur Lampung Kunjungi pengungsi

Masyarakat Ikhlas Membantu Korban Tsunami Selat Sunda

Dua orang driver online sedang membantu membungkus nasi di posko pengungsi Pemprov Lampung, Rabu, (26/12/2018), (Antaranews Lampung/Emir Fajar Saputra)

membantu sesama manusia tidak harus diperintah atau diminta, tetapi cukup dengan perasaan hati
Bandarlampung (Antaranews Lampung) - Bencana tsunami yang menimbulkan korban baik jiwa maupun materi telah membangkitkan rasa solidaritas tinggi bagi warga, khususnya penduduk Provinsi Lampung, untuk membantu mereka yang terdampak.

 Beragam kegiatan untuk mengumpulkan bantuan pun banyak dilakukan, seperti dari pengajian, alumni beragam institusi, kelompok UKM, hingga remaja yang membawa kardus di sejumlah perempatan lampu merah.

Ny Hartini, warga Kota Bandarlampung mengatakan dirinya dihubungi rekan pengajiannya untuk menyalurkan sejumlah pakaian layak guna dan barang tersebut sudah dibawa ke Kalianda.

Dia mengatakan, kebetulan dua hari ini sedang beres-beres lemari pakaian dan telah memilah pakainnya dan milik suaminya yang sudah lama tidak dikenakan serta masih layak.
Himpunan Mahasiswa Islam (HM) Cabang Bandarlampung menggalang bantuan untuk korban tsunami, Senin (24/12/2018) (Antaranews Lampung/Dian Hadiyatna) (Antaranews Lampung/Dian Hadiyatna/)

Tadinya, lanjut dia, akan diberikan kepada beberapa tukang taman yang membersihkan pekarangannya. Namun, karena ada permintaan dari rekan pengajiannya, nampaknya mereka yang terdampak tsunami lebih membutuhkan.

Dia pun menambahkan, untuk korban bencana di daerah lain, ikut membantu dan kini saudara di depan mata yang sangat membutuhkan bantuan itu.

Warga lainnya, Lukman H mengaku sudah menyalurkan bantuan berupa pakaian layak melalui rekan sekerja dan berencana ke lokasi terdampak tsunami guna membantu secara langsung.

Sementara sejumlah pelajar dan mahasiswa serta Pramuka mengumpulkan sumbangan dari pengendara di Kota Bandarlampung. Mereka berada hampir di setiap rambu pengatur lalu lintas atau lampu merah dengan membawa kardus bertuliskan di antaranya "donasi untuk korban tsunami Selat Sunda" dan lainnya.

Rania, salah satu mahasiswa yang ditemui mengatakan dirinya terpanggil untuk membantu para korban tsunami secara ikhlas dengan mengumpulkan dari warga yang ingin menyalurkan walaupun hanya beberapa ribu. Kemudian, donasi tersebut akan disalurkan ke panitia pengumpul.

Di Dapur Pengungsian di dapur umum pengungsian Kantor Gubernur Lampung, terdapat sejumlah orang yang memasak atau menyiapkan makanan bagi pengungsi. Bahkan di antaranya sejumlah perempuan pengendara ojek online atau "ojol" pun terlihat sigap membantu memasak di dapur umum pengungsian di Kantor Gubernur Lampung itu.

 
Tim relawan sedang meracik masakan untuk pengungsi di Posko Pengungsian Pemprov Lampung, Kamis, (27/12/2018) (Antaranews Lampung/HO)



Meri, salah satu pengendara Ojol terlihat berada di sana. Ia menuturkan, sebagai perempuan pengendara ojol, dijalankannya dengan penuh semangat dan tidak merasa canggung atau risih. Apalagi, ini merupakan salah satu?profesi yang memiliki risiko seperti penjambretan, penodongan, pelecehan seksual dan lainnya.

Ia pun merupakan ibu dari dua anak yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online di Bandarlampung sejak pertama kali perusahaan ojek online tersebut membuka cabang di Provinsi Lampung.

Tidak pernah merasa malu atau risih, kata dia. Sebagai seorang wanita harus bisa menjadi wanita yang kuat dan hebat serta berguna bagi sesama.

Ia mengatakan, menjadi seorang pengemudi ojek online merupakan suatu tuntutan pekerjaan yang harus ditekuni dan digeluti untuk menghidupi kedua putra-putrinya.

Kegiatan itu ia lakukan setiap hari, dimulai dari pagi hari pukul 08.00 wib sampai 17.00 wib (atau jam lima sore) sedangkan bila lembur paling malam pulang ke rumah pukul 20.00 wib.

Sebelum berangkat kerja, Meri menyempatkan memasak sarapan untuk orang tua dan kedua anaknya begitu juga pada sore tiba, usai bekerja. Sebagai salah satu pengemudi ojek online perempuan yang ada di Kota Bandarlampung itu, Meri mengaku memiliki motivasi yang tinggi yaitu ingin menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Sementara terkait dengan bencana tsunami, Meri mengaku sangat prihatin dan ingin sekali membantu. Namun, dengan hasil yang pas-pasan ia tidak mungkin membantu secara materi, dan yang dilakukannya yakni memanfaatkan keahliannya yakni memasak di dapur umum pengungsian Kantor Gubernur Lampung.

Selain memasak, ia bersama rekan pengojek online perempuan lainnya, membungkus nasi beserta lauk pauknya.
Meri yang tergabung di Gabungan Ojek Online Shelter Lampung (Gaspol), tidak sungkan membantu para relawan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) untuk memasak dan membungkus nasi untuk para pengungsi.

Ia mengatakan, membantu kegiatan sosial ini bukan hanya sekali. Pada saat gempa bumi dan tsunami di Palu dan Pidie Aceh, juga ikut membantu mengumpulkan dana.

Selain itu, ini merupakan bentuk kegiatan kemanusian dan kepedulian antarsesama dan semua dilakukannya secara ikhlas.

Dirinya pun mengaku tidak keget lagi untuk membantu, karena sudah sejak dahulu suka membantu dan sampai saat ini terus dilakukannya sepanjang ada waktu dan kesempatan.

Menurutnya, untuk membantu sesama manusia tidak harus diperintah atau diminta, tetapi cukup dengan perasaan hati.

Kegiatan Meri bersama dengan seluruh anggota Gaspol dan ojek Online lainnya juga menggalang bantuan dengan cara mengumpulkan dana, baju layak pakai, makanan atau apa pun yang bisa dimanfaatkan untuk korban tsunami.

Dan, apa yang telah dilakukan sebagian besar warga baik yang terekam media maupun tidak untuk membantu para korban tsunami baik berupa materi dan tenaga, semua dilakukan untuk kepedulian sesama dan pasti secara iklhas.

Hingga kini, para pengungsi terdampak tsunami masih menanti apa yang akan dilakukan kemudian hari. Mereka masih sangat membutuhkan bantuan dari semua pihak berupa kebutuhan sehari-hari hingga waktu untuk berdikari tiba.

Mari kita bantu sesama!