Lampung Berduka Tsunami Selat Sunda Renggut Ratusan Jiwai

id Tsunami Selat Sunda

Lampung Berduka Tsunami Selat Sunda Renggut Ratusan Jiwai

Seorang warga sedang mneyaksikan bangunan yang hancur terkena hantaman tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam (Antaranews Lampung/Damiri).

Mereka seolah tidak mempercayai bencana tiba-tiba yang musti dihadapi dan dirasakan pilu saat ini
Bandarlampung (Antaranews Lampung ) - Tsunami Selat Sunda menghantam kawasan pesisir Provinsi Lampung dan Banten, dipicu erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam.

Lebih dari 400 jiwa hingga kini tercatat menjadi korban tewas, ribuan orang terluka, dan puluhan ribu harus mengungsi sebagai dampak bencana alam itu.

Luka mendalam akibat bencana tsunami Selat Sunda ini sangat memukul jiwa ribuan warga kawasan perairan pesisir pantai di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, salah satu wilayah terdampak tsunami, selain Provinsi Banten.

Mereka seolah tidak mempercayai bencana tiba-tiba yang musti dihadapi dan dirasakan pilu saat ini.

"Mengapa ini terjadi. Kenapa bisa seperti ini. Saya tidak percaya bisa seperti ini," ujar salah satu korban tsunami, warga Lampung Selatan yang berkeluh kesah. Beberapa korban bencana tsunami itu pun hanya bisa menangisi anggota keluarga yang telah tiada, beserta harta benda susah payah diperoleh, telah hilang begitu saja dihantam gelombang tsunami.

Pada Kamis (27/12), tepatnya empat hari setelah bencana tsunami Selat Sunda di Lampung Selatan terjadi, kondisi di sepanjang pantai pesisir Kabupaten Lampung Selatan masih nampak berserakan reruntuhan, seperti kapal nelayan, rumah warga yang permanen maupun semipermanen, musala, sekolah, pondok pesantren hingga bangunan milik pribadi maupun sarana dan fasilitas umum lainnya.

Namun, di tengah duka, lara, dan kepiluan akibat bencana tsunami ini, semangat kebangkitan mulai muncul, mulai dari Pantai Dermaga Bom hingga pantai ujung yakni Pantai Kunjir ketika pagi datang, warga sekitar bersama seluruh elemen bergotong royong membersihkan puing-puing hingga memasuki sore.

Meskipun setelah itu, mereka harus kembali bergegas menuju ke pengungsian masing-masing di dataran tinggi kawasan pegunungan untuk menyelamatkan keluarganya.

Bantuan logistik bermacam-macam rupa terus berdatangan untuk menyuplai ke ratusan posko di lokasi bencana ini, untuk memenuhi kebutuhan pengungsi dan warga sekitar korban tsunami.

Tak hanya itu, pemerintah setempat juga terus menyuplai obat-obatan bagi korban yang mulai terserang penyakit hingga terluka akibat menghindari gelombang tsunami yang terjadi pertama kalinya.

Gelombang tsunami yang terjadi di perairan pesisir Lampung Selatan diperkirakan mencapai hingga tujuh meter sampai di Dermaga Bom, Kalianda, Lampung Selatan ini.
 
Kapal nelayan di Desa Dermaga Bom Yang hancur terdampak tsunami di Lampung Selatan (Antaranews Lampung/Dian Hadiyatna) (Antaranews Lampung/Dian Hadiyatna/)

Akibat gelombang itu, ratusan rumah di sisi kanan membelakangi laut tergenang luapan air laut menghempas hingga mencapai dua meter, sedangkan rumah di bagian sisi kiri tergenang air laut mencapai setengah meter. Bahkan, ratusan kapal nelayan juga rusak dan setengahnya terpental hingga ke badan jalan.

Mayoritas rumah yang rusak dampak dari tsunami terbanyak di bagian sebelah sisi kanan menghadap laut. Kecuali tiga pantai di perairan Sukaraja, Way Muli, dan Kunjir rata-rata sisi kanan maupun kiri yang membelakangi gunung hampir rata akibat gelombang tsunami dengan ketinggian puluhan meter itu.

Dapur-dapur umum mulai didirikan satu demi satu di posko sekitar. Para pengungsi tidak bisa terus menerus mengkonsumsi mi instan, mereka juga memerlukan pasokan makanan bergizi dan sehar untuk keperluan melanjutkan hidup mereka.

Posko-posko di sekitar lokasi bencana tsunami meminta agar pemerintah maupun relawan menyalurkan bantuan berupa makanan yang bergizi. Mereka menyarankan agar pengiriman bahan pangan seperti mi instan dialihkan menjadi daging, ikan maupun abon.

"Kalau bisa diganti saja atau diseling pengiriman mi diubah menjadi daging, ikan atau abon begitu. Kasihan sejak pertama bencana pengungsi makannya mi saja," kata salah satu relawan di Posko Aksi Cepat Tanggap (ACT) Provinsi Lampung Ade Irawan pula.



Belum Tersentuh Bantuan

Meskipun bantuan logistik terus mengalir, namun masih ada ribuan warga yang mengungsi di pegunungan belum terjamah bantuan. Para pengungsi enggan turun ke posko untuk mengambil makanan dengan alasan kejauhan, takut, hingga beralasan tidak ada yang menjaga anak-anaknya yang musti ditinggalkan sementara.

Relawan Posko Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pusat mendata ada ribuan warga di Pantai Kunjir dan Way Muli yang mengungsi ke pegunungan belum terjamah bantuan. Belum didistribusikan bantuannya dikarenakan warga dan relawan posko `tarik ulur`.

"Tarik ulur maksudnya, kadang warganya tidak mau turun untuk mengambil makanan, begitu juga dengan relawannya tidak mau mengantarkan bantuan ke atas pegunungan," kata Tim Respons Lapangan Baznas Pusat Gunawan menjelaskan.

Selain itu, ada sebanyak 64 warga yang terdata terkena penyakit mulai dari gatal-gatal, cacar hingga Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Tim itu pun nampak kelelahan, mengingat hanya memiliki satu tim medis dokter, dua perawat, dan satu mobil ambulans.

"Sebenarnya penyakit lainnya juga menyerang warga seperti sakit pada kaki, batuk-batuk, panas dingin dan penyakit ringan lainnya. Tapi kalau tidak diobati bisa berat," kata dia pula.

Bencana tsunami yang menghantam puluhan kawasan pantai, ratusan kapal nelayan, hingga menyebabkan ratusan korban jiwa dan ratusan korban luka-luka berat maupun ringan, antara lain karena sesaat sebelum bencana terjadi mereka sama sekali tidak mengetahui ada tanda-tanda terjadi tsunami. Gempa yang biasanya menjadi pertanda akan ada tsunami pun tidak dirasakan oleh warga Lamsel.

Salah satu warga Pantai Kunjir mengaku sama sekali tidak merasakan gempa. Saat itu, yang dilihatnya malam itu hanya Gunung Anak Krakatau (GAK) menyemburkan lava lebih dahsyat dari biasanya.

Malam itu, dirinya bersama warga yang lain sedang bersantai di rumah. Mereka tidak merasa panik, hingga akhirnya tiba-tiba benar-benar terjadi tsunami.

"Nggak merasakan apa-apa, posisi lagi bersantai saja nonton teve sambil rebahan," kata Sugiarto, salah satu warga setempat.

Sedikitnya bencana tsunami Selat Sunda di Lampung Selatan ini telah merenggut nyawa sebanyak 112 jiwa--diperkirakan korban tewas masih bisa bertambah lagi--yang terdiri atas anak-anak hingga dewasa.

Perosnel TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, dan elemen organisasi sosial kemasyarakatan dan LSM di lokasi terus berupaya mengevakuasi reruntuhan bangunan antisipasi masih bisa menemukan korban jiwa akibat tsunami.

Bahkan, Polda Lampung sempat mengerahkan anjing pelacak untuk mencari korban tsunami tersebut. Anjing pelacak dapat menemukan korban jiwa dari bau korban.

Berdasarkan data dari Polda Lampung, dari 112 korban jiwa, sebanyak 111 telah teridentifikasi. Satu di antaranya belum teridentifikasi. Korban tersebut rata-rata ditemukan dalam keadaan tertimbun reruntuhan bangunan.

Polda Lampung bersama instansi terkait terus melakukan evakuasi warga yang berada di pulau-pulau di Selat Sunda. Sejak kemarin, ribuan warga di dua pulau yaitu Sebesi dan Sebuku telah dievakuasi. Jumlah penduduk pada dua pulau tersebut mencapai 3.000-an jiwa, setengah di antaranya masih bertahan menetap dengan alasan mempertahankan harta benda mereka dan enggan meninggalkan rumah masing-masing.

"Tapi kami terus berupaya membawa warga yang enggan dievakuasi itu. Kami juga sudah mendapatkan petunjuk dari Sekdes Pulau Sebesi untuk mengevakuasi warga di sana," kata Kepala BPBD Lamsel I Ketut Sukerta pula.

Puluhan kawasan pantai di perairan pesisir selatan Lampung Selatan, juga dikelilingi oleh pegunungan.

Pantai Dermaga Bom dan Pantai Kunjir menjadi penyambung pertemuan beberapa dusun/desa pesisir terdampak tsunami sebut, di antara pantai tersebut, hanya Pantai Sukaraja, Way Muli, dan Kunjir yang berhadapan dengan laut lepas dan GAK.

Selain pantai di pesisir selatan Lampung Selatan, tujuh pantai di Dusun Merak Belantung juga ditutup sementara iakibat terjangan tsunami yang melanda lokasi tersebut. Dari tujuh kawasan wisata pantai setempat, kerusakan yang terparah adalah di Pantai Embe. Bangunan maupun pondok dan fasilitas lainnya seperti musala hancur berantakan.

Tsunami Selat Sunda benar-benar telah meluluhlantakkan harta benda, dan mengorbankan ratusan jiwa warga pesisir di Lampung Selatan--dan juga di pesisir Provinsi Banten--menyisakan duka mendalam serta trauma tak mudah dihilangkan bagi para korban.
 
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memberikan keterangan kepada wartawan saat mengunjungi korban tsunami di Kabupaten Lamung Selatan, Selasa (25/12 (Antaranews Lampung/Muklasin). 

Pemerintah bersama para pihak perlu segera berjibaku melakukan aksi bersama tanggap darurat mencari para korban masih belum ditemukan, membantu korban yang mengalami sakit, dan mengungsikan warga masih tinggal di tempat yang membahayakan jiwa mereka, mengingat kondisi aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda telah ditingkatkan statusnya dari waspada menjadi siaga, sehingga diminta semua warga menjauh dari radius 5 km dari gunung api dalam laut ini.

Setelah itu, dukungan bantuan logistik dan medis, pemulihan kondisi permukiman dan rumah warga serta pemulihan mental warga korban tsunami penting untuk dilaksanakan bersama-sama pula, agar saudara-saudara kita semua ini kembali dapat bangkit bersemangat melanjutkan kehidupan mereka selanjutnya.