Alumni GMNI Lampung Seminarkan Politik Identitas

id Seminar Politik Identitas. PA GMNI Lampung, GMNI Lampung

Alumni GMNI Lampung Seminarkan Politik Identitas

Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Provinsi Lampung bekerjasama dengan Fraksi PDI Perjuangan MPR RI mengadakan seminar mengangkat tema politik identitas di era milenial, dan dirangkai dengan rapat kerja daerah. (FOTO: ANTARA Lampung/Ist)


Bandarlampung (Antaranews Lampung) - Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Provinsi Lampung bekerjasama dengan Fraksi PDI Perjuangan MPR RI mengadakan seminar mengangkat tema politik identitas di era milenial, dan dirangkai dengan rapat kerja daerah.

Ketua Panitia Seminar dan Rakerda PA GMNI Lampung Zulfahmi Haz, di Bandarlampung, Rabu, didampingi Sekretaris Panitia Edy Berdiansyah dan Ketua PA GMNI Lampung Zulfahmi Haz beserta Sekretaris Ahmad Qohar menyebutkan, tujuan pertemuan ini diharapkan akan membuka wacana secara ilmiah dan akademik tentang Peran Alumni GMNI dalam Menguatkan Semangat Trisakti Menghadapi Tantangan Politik Identitas di Era Milenial.

Menurut Zulfahmi, sesungguhnya kehadiran organisasi Persatuan Alumni GMNI didorong oleh niat luhur untuk melanjutkan perjuangan GMNI dalam ruang lingkup yang lebih luas serta mencakup berbagai aspek dan dimensi kehidupan bangsa Indonesia.

Karena itu, prinsip dan nilai-nilai yang mendasari kelahiran GMNI juga senantiasa melekat pada organisasi Persatuan Alumni GMNI serta misi yang diperjuangkannya.

Ahmad Qohar menegaskan lagi bahwa prinsip dan nilai-nilai perjuangan terutama semangat dan ajaran Trisakti dicetuskan oleh Bung Karno tersebut telah teruji dalam perjalanan sejarah yang panjang dan karena itu perlu dipertahankan sebagai karakter dasar perjuangan Persatuan Alumni GMNI pada masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

H Abidin Fikri SH MH, Sekretaris FPDIP dan anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan menegaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibentuk dengan satu komitmen kesatuan untuk menyatukan segala perbedaan alamiah bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke dari Pulau Miangas  sampai Pulau Rote.

Dia menjelaskan bahwa dialektika tentang komitmen dasar berbangsa yang satu telah dilakukan secara elegan melalui pendekatan rasionalitas dan emosionalitas, bahkan spiritualitas bersama-sama para pemikir dan pejuang kemerdekaan.

"Keanekaragaman identitas suku bangsa, etnis, agama hingga adat istiadat adalah karunia Sang Pencipta, namun bisa menjadi potensi persoalan jika perbedaan di dalamnya tidak berhasil dikanalisasi dalam satu prinsip dasar kebangsaan yang mampu menjadi pijakan hidup bersama dalam satu negara bangsa yaitu NKRI," ujar Abidin lagi.

Ia menyatakan bahwa sebagai dasar negara, Pancasila lahir dan menjadi perekat kesatuan nasional dalam berpikir, timbang rasa sesama dan berkarya sesama anak bangsa.

Sedangkan menurut Ir Endro Suswantoro Yahman saatnya politik identitas dilebur menjad politik kebangsaan yang tidak lagi mengedepankan egoisme sektoral, egoisme kelompok dan egoisme partikularistik.

"Politik devide et impera (pecah belah) yang pernah digunakan oleh kaum kolonial Belanda pada sejarah perjuangan kemerdekaan tidak lain adalah menggunakan pola-pola politik identitas sebagai cara efektif melemahkan kekuatan nasional.

Potret sejarah konflik atas dasar identitas tersebut menjadi 'lesson learning' bagi bangsa Indonesia bahwa kesatuan nasional dapat terpecah belah ketika politik identitas tidak dapat dicegah atau pun ditangani secara efektif.

Afif Anshori menyatakan pula bahwa pada tahun 2019, Indonesia akan menghadapi pemilu untuk pertama kalinya dalam sejarah untuk memilih wakil rakyat (DPR RI, DPD RI, DPRD) dan Presiden secara bersamaan.

Dia menyatakan bahwa isu-isu partikularistik tentang pribumi dan nonpribumi, Islam dan non-Islam dan seterusnya merebak menjadi lumrah dibahas, digagas, diembuskan dalam kontestasi kekuasaan di daerah maupun nasional demi meraup sentimen pemilih.

"Pembenaran atas logika jalan berpikir identitas digunakan tanpa mengindahakan rasa 'tepo seliro' yang pernah dilakukan para pendahulu bangsa saat berjuang dan bekerja, berdialektika menemukan Pancasila.

Adapun narasumber seminar adalah Ir Endro Suswantoro Yahman (anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan) H Abidin Fikri SH MH (anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan], Karyono Wibowo ( Indonesia Public Institute IPI, Dr H M Afif Ansori MAg. (Akademisi UIN Raden Intan Lampung).