Ekspor China meningkat, nilai dolar AS justru menguat

id Dolar AS, rupiah, Yuan China, Yen Jepang, BBM

Ekspor China meningkat, nilai dolar AS justru menguat

Perang dagang AS vs China (fairobserver.com/)

New York  (Antaranews Lampung) - Kurs dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena harga ekuitas global "rebound" dari kemunduran pekan ini.

Mata uang AS juga ditopang oleh peningkatan angka ekspor China yang menenangkan kekhawatiran tentang ekonomi terbesar kedua di dunia itu serta perang dagangnya dengan Washington.

Euro dan sterling mengakhiri kenaikan beruntun tiga hari mereka menjelang KTT Uni Eropa minggu depan, di mana Inggris dan Uni Eropa dapat mencapai kesepakatan Brexit.

Ekspor China melonjak 14,5 persen pada September dari setahun sebelumnya, kenaikan terbesar tahun-ke-tahun dalam tujuh bulan dan menandai surplus perdagangan dengan Amerika Serikat.

Data tersebut menunjukkan bahwa tarif Presiden AS Donald Trump telah diterapkan kepada Beijing belum menekan dengan keras.

"Pasar menghembuskan napas lega dengan angka perdagangan China meskipun perang perdagangan saling balas dengan AS," kata Dean Popplewell, wakil presiden analisis pasar di Oanda di Toronto. "Orang-orang senang mengambil risiko."
   
Sebuah yuan yang lebih lemah kemungkinan mengurangi sengatan dari pengenaan tarif AS atas barang-barang produk China senilai 250 miliar dolar AS, kata para analis.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pada Jumat (12/10) bahwa dia mengatakan kepada gubernur bank sentral China bahwa masalah mata uang harus menjadi bagian dari pembicaraan perdagangan lebih lanjut AS-China.

Indeks yang melacak dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,23 persen menjadi 95.234, mengurangi kerugian mingguan menjadi 0,4 persen.

Indeks dolar AS menyentuh tertinggi tujuh minggu di 96,15 pada Selasa (9/10), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun mencapai tertinggi tujuh tahun akibat kekhawatiran tentang kenaikan inflasi dan pasokan utang pemerintah AS.

"Sentimen yang mendasari tetap positif untuk uang, tetapi kerentanan, karena minggu ini terpapar, tetap, terutama di bidang politik menjelang pemilihan paruh waktu AS bulan depan," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di
Washington.

Indeks MSCI All-Country World, yang melacak harga saham di 47
negara, naik 0,57 persen pada Jumat (12/10). Indeks turun 4,4 persen pada minggu ini, merupakan penurunan tertajam sejak setidaknya Maret.

Di Wall Street, nilai saham-saham naik didukung laba bank-bank yang kuat dan peningkatan saham-saham sektor teknologi.

Euro dan pound mundur, masing-masing dari tertinggi dua minggu dan tiga minggu terhadap greenback setelah negosiator Brexit Uni Eropa Michel Barnier dalam komentarnya pada Rabu (10/10) menyatakan kesepakatan untuk Inggris meninggalkan Uni Eropa dapat dicapai minggu depan.

Mata uang tunggal turun 0,27 persen menjadi 1,1562 dolar AS, sementara sterling melemah 0,59 persen menjadi 1,3157 dolar AS.

Mata uang bersama juga jatuh setelah Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi melemahkan pandangannya untuk kenaikan inflasi yang mendasarinya dari "relatif kuat" ke "bertahap."
   
Yuan China turun 0,65 persen menjadi 6,9227 per dolar AS dalam perdagangan luar negeri, karena angka ekspor China terbaru memicu kekhawatiran mereka akan meningkatkan ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.