Membangkitkan kejayaan "Emas Hitam" Lampung Barat

id kopi robusta, festival kopi lampung barat, parosil mabsus

Membangkitkan kejayaan "Emas Hitam" Lampung Barat

Kopi robusta asal Lampung yang menjadi andalan bahan baku produk Nescafe dari PT Nestle Indonesia. (Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)

Festival Kopi merupakan salah satu wujud komitmen Pemkab Lampung Barat mengangkat kesejahteraan petani kopi, ujar Parosil
Lampung Barat  (Antaranews Lampung) - Kabupaten Lampung Barat merupakan daerah penghasil utama kopi robusta di Provinsi Lampung sekaligus pemasok utama produksi kopi untuk ekspor nasional.

Kopi robusta menjadi komoditas andalan Lampung Barat dan diusahakan sedikitnya oleh 70 persen petani di daerah ini. Komoditas "emas hitam" ini juga terbukti menjadi sandaran utama pendapatan mereka selama ini.

Namun belakangan tingkat produktivitas hasil panen kopi petani di daerah ini terus merosot. Salah satu penyebabnya adalah usia tanaman kopi yang rata-rata sudah tua, antara 20-40 tahun. Praktis pendapatan yang diterima petani kopi juga kian menyusut.

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Bupati H Parosil Mabsus membuat terobosan dengan menggelar Festival Kopi Lampung Barat 2018. Event yang memadukan kekuatan ekonomi produksi kopi robusta Lampung Barat sekaligus mengangkat potensi agrowisata dan ekowisatanya.

Festival Kopi Lampung Barat dengan slogan "Indonesia Negeriku Lampung Barat Kopiku" berlangsung 21-23 Juli 2018 dipusatkan di Pekon Gunung Terang dan Rigis Jaya, Kecamatan Air Hitam.

Bupati Parosil Mabsus menegaskan Festival Kopi Lampung Barat 2018 ini bertujuan terus mempromosikan komoditas unggulan kopi robusta, sekaligus mengenalkan lebih luas potensi kopi dan objek pariwisata di Kabupaten Lampung Barat.

Festival Kopi Lampung Barat 2018 dibuka Sabtu (21/7) pukul 19.00 WIB di Pekon Gunung Terang, Kecamatan Air Hitam. Rangkaian kegiatan festival kopi ini berupa seminar kopi, pameran dan bazar, panen raya kopi, lomba melukis dari ampas kopi, lomba fotografi, barista competition dan uji cita rasa, dan klinik kopi.

Pada Minggu (22/7) dilakukan panen raya kopi dan peluncuran Kampung Kopi Rigis Jaya di Rigis Jaya, Kecamatan Air Hitam, pukul 09.00 WIB serta pengiriman 20 ton kopi untuk ekspor.

Festival kopi ini ditutup pada Senin (23/7) malam di Pekon Gunung Terang, Kecamatan Air Hitam.

Ketua MPR Zulkifli Hasan hadir dalam rangkaian festival kopi itu, antara lain melakukan petik buah merah kopi robusta, dan penanaman untuk program peremajaan tanaman kopi bersama pejabat lainnya.
 
Ketua MPR Zulkifli Hasan saat melakukan tanam kopi di Pekon Rigis Jaya Kecamatan Air Hitam, Lampung Barat Minggu, (22/7/18) (Foto: Antaralampung.com/Emir Fajar Saputra)  


Zulkifli Hasan mengingatkan pemerintah harus memberikan perhatian pada nasib petani termasuk petani kopi, agar kehidupannya menjadi lebih baik serta berkemampuan menyekolahkan anak-anak mereka lebih baik.

"Tanah subur yang kita miliki harus bermanfaat. Petani kita juga sebenarnya tidak kalah dengan petani negara lain. Karena itu, jangan sampai nasib petani tetap gelap," ujarnya, saat melakukan panen raya kopi robusta sekaligus penanaman untuk peremajaan tanaman kopi di Pekon Rigis Jaya, Minggu (22/7).

Ketua Umum PAN tersebut menyebutkan jangan sampai nasib petani di Indonesia, termasuk petani kopi terus saja didera kemiskinan. "Jangan sampai nasib petani gelap terus. Berangkat saat masih gelap, badan menjadi gelap dan menghitam karena selalu di lahan kebun, dan pulang dalam kondisi sudah gelap," ujarnya lagi.

Menurutnya, bila nasib petani tidak diperhatikan pemerintah pusat maupun daerah dan para pihak lainnya, nasibnya akan tetap menjadi gelap, di antaranya terus terlilit kemiskinan selanjutnya.

Karena itu, dia secara khusus menitipkan anak-anak para petani kopi di Lampung Barat agar mendapatkan pendidikan secara layak untuk memutus rantai kemiskinan dialami keluarga mereka.

"Kemiskinan berantai masih dialami para petani itu dan tidak akan bisa dengan mudah diputus.Tapi, salah satu caranya adalah dengan memenuhi pendidikan anak-anak petani kopi secara memadai," ujarnya.

Ia juga minta para petani tidak perlu merasa minder atau rendah diri, tapi terus bekerja keras terlebih harus memajukan pendidikan anak-anak mereka, agar mendapatkan kesempatan menjalani kehidupan yang lebih baik ke depannya. Dia pun mengajak untuk membantu para petani kopi khususnya di Lampung Barat.

Zulkifli juga menyatakan, tanaman kopi di Lampung Barat perlu diremajakan, mengingat usianya sudah tua, berkisar 20-30 tahun, bahkan lebih, sehingga tidak produktif lagi.

Potensi produksi kopi bisa mencapai hingga 3 ton per hektare, namun umumnya petani di Lampung Barat memproduksi kopi masih di bawah 1 ton/ha, bahkan dalam kondisi tertentu merosot hanya berkisar 600 kuintal hingga 700 kuintal per hektare.

"Kita perlu lakukan peremajaan tanaman kopi ini agar bisa meningkat lagi produksinya, untuk mengganti tanaman kopi yang sudah mulai tua, karena dengan peremajaan ini bisa menambah produksi kopi lebih meningkat walaupun masih perlu menunggu waktu panen sampai 2 tahun terlebih dahulu," katanya pula.

"Walaupun masih harus menunggu hampir dua tahun untuk berbuah, tetapi dengan peremajaan ini bisa menambah produksi kopi selanjutnya," katanya pula.

Penanaman dan peremajaan kopi robusta ini dipusatkan di Pekon Rigis Jaya, Kecamatan Air Hitam karena di sini hampir 70 persen komoditas perkebunan berupa tanaman kopi.

"Sangat cocok untuk ditanam di lokasi ini, karena 70 persen areal kebun di sini dipenuhi oleh tanaman kopi," ujar Zulkifli yang juga kelahiran Lampung dan kemudian merantau ke Jakarta itu pula.

Ia menambahkan, bila melihat hasil produksi kopi di Lampung, sebagai masyarakatnya harus berbangga karena lebih baik dari berbagai negara di Asia. Tetapi beberapa tahun belakangan ini, hasil kopi di Lampung Barat mengalami penurunan, sehingga harus dicarikan penyebabnya kenapa dan bagaimana mengatasinya.

Dia mengingatkan, salah satu negara di Asia yaitu Vietnam saat ini mampu memproduksi kopi dengan kualitas kopi terbaik, padahal beberapa tahun sebelumnya belajar cara penanaman, pengolahan, dan pemasarannya di Lampung Barat.

"Ini suatu pekerjaan rumah yang harus dicari akar permasalahannya kenapa hasil produksi dan pengelolaan kopi di Lampung lebih rendah dari Vietnam," katanya pula. Dia mengajak semua pihak harus carikan solusi akar permasalahannya, sehingga setelah ini bisa ditingkatkan lagi produksi dan produktivitas tanaman kopi robusta di sini.



Sensasi Rasa Kopi

Selama berlangsung festival kopi, Bupati Parosil Mabsus mengajak untuk merasakan sensasi menikmati cita rasa kopi robusta khas Lampung Barat di tempatnya yang asli, dengan alam dan lingkungan Lampung Barat yang dingin tapi sejuk menghijau serta keramahtamahan masyarakatnya.

"Saat ini banyak cara menikmati kopi, bertumbuh usaha olah kopi. Kita ingin sejahterakan pelaku usaha kopi termasuk petani yang banyak digeluti warga Lampung Barat," kata Parosil.

Lampung Barat selama ini dikenal sebagai kabupaten yang memasok produksi kopi robusta nasional. Kopi robusta adalah komoditas andalan petani di Lampung Barat. "Lampung Barat adalah penghasil kopi utama yang menyumbang produksi kopi Lampung bahkan nasional," kata Parosil.

Kabupaten Lampung Barat memiliki lahan kebun kopi seluas sekitar 55.000 ha dengam produksi kopi sebanyak 51.483 ton. Produksi kopi itu dihasilkan oleh 40.135 KK petani atau sekitar 1,5 ha lahan kopi tiap KK.

Dalam seminar pengembangan kopi robusta di Lampung Barat, di awal rangkaian festival kopi, terungkap tantangan pendapatan per tahun petani kopi di daerah ini dinilai belum memadai, dengan asumsi penjualan produksi kopi petani mencapai Rp25 juta/tahun, atau hanya Rp2 juta per bulan.

Padahal petani kopi bisa memetik hasil kebun kopinya berkisar 9 bulanan dalam setahun, sehingga perlu kerja keras untuk meningkatkan produktivitas hasil panen agar pendapatan meningkat sekaligus membuka peluang diversifikasi usaha pertanian dan perkebunan dengan komoditas lain yang juga menguntungkan.

Ditargetkan, petani kopi setidaknya bisa mendapatkan harga penjualan layak hingga Rp4,5 juta juta per bulan, agar kesejahteraannya meningkat.

"Melalui festival kopi, kita ingin angkat potensi produksi kopi di daerah agar lebih dikenal, dan mengangkat serta membangkitan kembali kejayaan kopi robusta Lampung Barat yang menjadi primadona petani di daerah ini," kata Parosil.

Sejumlah petani kopi di Lampung Barat mengeluhkan saat ini harga kopi cenderung stagnan bahkan turun, pada kisaran Rp20.000 hingga Rp21.000 per kg. Hasil kebun kopi yang diusahakan pun terus merosot, dari semula bisa mencapai di atas 2 ton per ha, kini rata-rata maksimal hanya mampu menghasilkan kurang dari 1 ton/ha. Padahal Vietnam yang petaninya pernah belajar ke Lampung sebelumnya, kini rata-rata mampu memproduksi kopi hingga 3 ton/ha.

Menurut Mahmudin, Kepala Kampung (Peratin) Gunungterang, Kecamatan Air Hitam, festival kopi ini menjadi titik harapan bagi petani kopi robusta agar ke depan bisa lebih dikenal dan mendorong mengatasi salah satu masalah yang kini dihadapi petani kopi sejak tiga tahun terakhir adalah belum bisa merasakan harga jual kopi yang baik.

Kondisi tanaman kopi umumnya berusia tua, karena sudah turun temurun diusahakan petani kopi di daerah ini, juga menjadi salah satu faktor produksi merosot. Kopi robusta ini umumnya mulai ditanam sejak 1970-an, sehingga perlu program peremajaan tanaman kopi dengan varietas unggul untuk dapat meningkatkan produksi kopi petani di daerah ini.

Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus mengajak seluruh komponen masyarakat, termasuk kalangan media massa untuk turut mempromosikan Lampung Barat sebagai penghasil komoditas kopi.

Namun pada sisi lain, dibutuhkan promosi dan peran pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat Lampung Barat.

"Festival Kopi merupakan salah satu wujud komitmen Pemkab Lampung Barat mengangkat kesejahteraan petani kopi," ujar Parosil. Petani masih perlu dukungan promosi dan bantuan pemasaran, serta ketersediaan pupuk agar bisa meningkatkan produksi kopi.



Genjot Produksi

Stephen Lo dari Dewan Kopi Indonesia mengingatkan upaya menggenjot peningkatan produksi kopi itu harus seimbang dalam pemberian pupuk, ketepatan waktu dan perbaikan unsur hara tanahnya. "Selain pupuk NPK, harus diperhatikan pula kebutuhan pupuk yang berimbang, agar bisa meningkatkan produksi kopi di Lampung Barat dengan potensi besar yang dimiliki bakal memenuhi kebutuhan pasokan kopi nasional untuk ekspor," kata Stephen Lo pula.

Dia mengingatkan pula, saat ini beragam tantangan pengembangan kopi di Tanah Air, sehingga perlu dilakukan peremajaan tanaman selain pola pemupukan yang baik. Jika tidak, dengan tingginya permintaan kopi, maka tiga tahun ke depan Indonesia bisa jadi importir kopi.

Apalagi, jika dibandingkan dengan Vietnam yang petaninya bisa mencapai produksi kopi 3 ton per hektare, petani kopi Indonesia dan Lampung akan makin tertinggal.

Anak-anak muda juga harus diajak tetap tertarik membudiyakan kopi, bukan meninggalkannya. "Kita dorong anak muda Lampung Barat mau juga jadi petani kopi. Tapi perlu sentuhan teknologi, seperti aplikasi untuk berjualan kopi, kalau anak muda mau merawat kebunnya, hasilnya akan lebih baik, semua ini perlu kita dorong," katanya pula.

Kopi robusta telah resmi menjadi produk unggulan daerah (PUD) Lampung Barat sejak 2014. Perkebunan kopi robusta Lampung Barat juga ditetapkan menjadi salah satu kawasan perkebunan nasional oleh Menteri Pertanian pada 2016 tentang penetapan kawasan perkebunan nasional.

Bahkan kopi robusta Lampung Barat telah mendapat Sertifikasi Indikasi Geografis dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan 13 Mei 2014 dengan nama Kopi Robusta Lampung bersama dengan Kabupaten Way Kanan dan Tanggamus di Lampung.

Lampung Barat merupakan produsen kopi robusta terbesar di Provinsi Lampung. Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat menyatakan usaha kopi robusta menjadi kekuatan ekonomi di kabupaten ini (Kontribusi PDRB subsektor perkebunan terhadap sektor pertanian sebesar 29 persen), usaha tani kopi robusta telah dilakukan masyarakat secara turun temurun dan menyerap sekitar 70 persen dari jumlah penduduk usia kerja di sini.

Ciri khas kopi robusta Lampung Barat yaitu perkebunan kopi rakyat yang dibudidayakan pada ketinggian 600 hingga 1.200 meter dari permukaan laut (m dpl). Kondisi iklim relatif basah dengan bulan kering hanya 2-3 bulan dan curah hujan 2.000-3.000 mm per tahun, kondisi tanah mendukung cita rasa yang khas, kategori very good sampai excellent, pola penanganan yang dikelola oleh rakyat merupakan pola tradisional dengan ikatan emosional terhadap sosial dan budaya sangat melekat di masyrakat.

Potensi perkebunan kopi robusta di kabupaten ini dari luas komoditas perkebunan secara keseluruhan 65.125 ha, luas perkebunan kopi robusta 53.606 ha (82 persen dari total luas komoditas perkebunan), jumlah petani kopi 35.737 KK, jumlah kelompok tani 995 kelompok (355 kelompok telah bermitra dengan eksportir).

Produktivitas rata-rata kopi tahun 2014 sebesar 853 kg/ha/tahun, tahun 2015 meningkat menjadi 1.050 ton/ha, namun beberapa petani dapat mencapai 3,5 ton/ha.

Diverifikasi lahan perkebunan kopi dan integerasi dengan ternak dapat terus dikembangkan untuk dapat meningkatkan pendapatan dan perbaikan fungsi lahan, diverifikasi produk olahan kopi berupa industri kopi bubuk dan kopi luwak telah berkembang. Sejumlah pengusaha kopi luwak berada di daerah ini.

Di Provinsi Lampung, luas areal kebun kopi tahun 2010 seluas 53.357 ha, tahun 2011 seluas 53.384 ha, tahun 2012 seluas 53.412 ha, tahun 2013 seluas 53.559 ha, tahun 2014 seluas 53.601 ha, dan tahun 2015 seluas 53.606 ha.

Perkembangan produksi kopi Lampung Barat pada tahun 2010 sebanyak 55.582 ton, tahun 2011 sebanyak 24.907 ton, tahun 2012 sebanyak 57.336 ton, tahun 2013 sebanyak 48.099 ton, tahun 2014 sebanyak 42.746 ton, dan tahun 2015 sebesar 52.645 ton.

Produktivitas kopi Lampung Barat tahun 2010 sebanyak 1.120 kg/ha/tahun, tahun 2011 sebanyak 500 kg/ha/th, 2012 sebanyak 1.150 kg/ha/th, tahun 2013 sebesar 965 kg/ha/th, tahun 2014 sebesar 853 kg/ha/th, dan tahun 2015 1.050 kg/ha/th.

Namun, petani kopi di daerah ini mengeluhkan, dalam beberapa tahun ini produksi kopi merosot jumlah dan kualitasnya, selain karena tanaman umumnya berusia tua, juga karena cuaca ekstrem curah hujan tinggi menyebabkan kerontokan bakal buah, karena sebagian besar tanaman kopi sudah berumur tua. Penghasilan diperoleh pun ikut turun.

Topografi tigkat kelerengan lahan kebun kopi di sini juga cukup tinggi, sementara tinggi degragasi lahan belum seimbang dengan perbaikan fungsi lahan, dan serangan hama penyakit tanaman kopi (terutama penggerek buah), serta pola budi daya petani belum sepenuhnya menerapkan GAP (Good Agricultural Practices).

Kesemua itu berdampak pada mutu produksi kopi sebagian besar masih rendah (baik dari segi grading maupun cita rasa), sehingga mempengaruhi pendapatan petani kopi sebagian besar masih rendah.

Produktivitas masih rendah dan kurang optimal pemanfaatan lahan (penerapan diversifikasi komoditas dan integrasi dengan ternak), mata rantai pemasaran sebagian besar masih panjang dan pemasaran produk olahan kopi belum optimal, minim modal usaha yang dimiliki petani, dan sarana prasarana pendukung perkebunan serta kelembagaan petani kopi belum kuat, memberi kontribusi kurang baik bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi daerah ini.

Karena itu, Festival Kopi Lampung Barat yang mulai dicanangkan tahun 2018 ini, dan akan menjadi kalender rutin setiap tahun, diharapkan dapat mendorong solusi permasalahan pelik masih dihadapi petani "emas hitam" pekebun kopi robusta di Lampung Barat untuk dapat kembali bangkit meraih kejayaan pernah diraih dan dirasakan sebelumnya.

Petani kopi Lampung Barat masih harus berjuang meraih lagi kejayaan komoditas `emas hitam` ini, dengan dukungan pemerintah, kalangan dunia usaha/swasta maupun para pihak lainnya.