Timur Tengah- Afrika bakal hadapi kekeringan buruk

id kemarau, Afrika

Timur Tengah- Afrika bakal hadapi kekeringan buruk

Ilustrasi/Wilayah Dataran Tinggi Amerika Serikat, termasuk Negara Bagian Montana, North Dakota dan South Dakota, juga mengalami kemarau terburuk dalam beberapa dasawarsa. (kfyrtv.com)

London (Antara/Thomson Reuters Foundation) - Dengan padang pasir berdebu melanda kawasan, negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah harus menyiapkan diri lebih baik menghadapi kekeringan karena kekurangan air diproyeksikan akan memburuk, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat.

Lebih 40 tahun terakhir, kekeringan telah berlangsung lebih lama dan relatif sering terjadi di kawasan itu, lokasi sumber air bersih termasuk di antara paling rendah di dunia, demikian Organisasi Pertanian dan Pangan (FAO) PBB.

Dikatakan, sepertinya keadaan akan memburuk akibat perubahan iklim.

Kawasan itu harus melaksanakan rencana-rencana kuat menghadapi keadaan terburuk, katanya.

 "Kami perlu mamandang dan mengelola kekeringan secara berbeda, dan beralih dari tanggap darurat ke kebijakan proaktif dan perencanaan berjangka panjang guna mengurangi risiko-risiko dan membangun ketahanan lebih besar," kata Rene Castro, wakil kepala kantor iklom FAO, dalam sebuah pernyataan.

 Laporan itu merekomendasikan menanam tumbuhan yang perlu sedikit air, dengan menggunakan sistem irigasi lebih efisien air, atau menurunkan jumlah ternak untuk mencegah banyak konsumsi rumput.

Sejumlah desa di bagian barat daya Maroko dekat gurun Sahara juga telah menggunakan proyek pengumpulan uap air yang diproses menjadi air guna mengatasi kekurangan air.

 Jumlah penduduk dan tuntutan pangan, ditambah lagi air dan sumber daya tanah yang makin langka, dapat mengakibatkan harga-harga makanan dua kali lipat dan memicu keresahan sipil di beberapa negara berkembang, kata PBB.

Kelangkaan air sudah mempengaruhi lebih 40 persen penduduk dunia, demikian laporan Pengembangan Air Dunia tahun 2018 yang dikeluarkan PBB.

 Angka itu bisa naik akibat pemasanan global, dengan satu di antara empat orang diproyeksikan menghadapi kekurangan kronis atau kekurangan lagi pada tahun 2050, tambahnya.

    
(M. Anthoni)