Sensasi melintasi Tol Sumatera di Lampung

id tol ke bakauheni,tol trans sumatera, ruas bakauheni

Sensasi melintasi Tol Sumatera di Lampung

Kondisi jalan Tol Trans Sumatera menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan (Foto: Antara Lampung/Hisar Sitanggang)

Tolnya bagus, menimbulkan rasa bangga. Begitu masuk tol, terasa lega karena kondisi jalan bagus, dan pemandangan alami, apalagi menjelang Pelabuhan Bakauheni terasa segar menyaksikan laut
Panjang jalan tol yang bisa dilintasi di wilayah Lampung hingga April 2018 memang masih "amat pendek" jika dibandingkan dengan jangkauan tol di Pulau Jawa.

Namun kondisi itu justru menumbuhkan sensasi ketika melintas di jalan bebas hambatan seksi Pelabuhan Bakauheni- Simpang Susun Bakauheni dan seksi Lematang-Kota Baru.

Panjang tol seksi Pelabuhan Bakauheni- Simpang Susun Bakauheni yang dioperasikan hanya 8,90 km, dan seksi Lematang-Kota Baru juga pendek atau hanya 5,64 km. Kedua seksi jalan tol itu merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera ruas Pelabuhan Bakauheni- Terbanggi Besar yang total panjangnya 140,94 km.

Peletakan batu pertama pembangunan Tol Trans Sumatera dilakukan Presiden Joko Widodo di Desa Sabahbalau Kabupaten Lampung Selatan pada 30 April 2015. Kurang dari tiga tahun atau pada 21 Januari 2018, Presiden telah meresmikan pengoperasian perdana jal tol itu itu di kawasan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan.

Meski panjang tol siap operasi hanya 14,54 km, hal itu menumbuhkan rasa bangga dan sensasi bagi warga Sumatera, terutama Lampung. Pembangunan jalan tol yang sudah lama diwacanakan, langsung diwujudkan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Bagi pengendara atau warga dari Sumatera ke Jawa, begitu kentara perbedaan saat berkendara di Jalan Lintas Sumatera dan jalan tol. Kondisi Jalan Lintas Sumatera umumnya rusak atau berlobang, sehingga pengemudi kendaraan harus konsentrasi melakukan "zig-zag" menghindari lobang jalan, yang berdampak tak bisa menikmati panorama dan keindahan wilayah Lampung.

Begitu masuk tol dari Simpang Susun menuju Pelabuhan Bakauheni, maka pemandangan kawasan perbukitan dan pelabuhan terpampang. Karena kondisi jalan dari Simpang Susun ke Pelabuhan Bakauheni menurun, menjelang Pelabuhan Bakauheni akan terlihat pemandangan dengan nuansa laut, dan aktivitas kapal penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni.

Bagi penumpang dan pengendara dari Jawa ke Sumatera, mereka bisa langsung menikmati sensasi Tol Trans Sumatera. Ketika keluar dari kapal feri, pengendara bisa langsung masuk ke jalan tol dan menikmati kondisi tol yang "lengang" atau tak macet seperti di Pulau Jawa, dengan sajian panorama yang eksotis .

Pengendara yang mencoba tol seksi Lematang-Kota Baru, mereka akan diperhadapkan dengan kondisi alam yang masih hijau, karena di kedua sisi jalan tol itu merupakan areal luas perkebunan atau lahan pertanian.

Kedua ruas tol itu masih gratis hingga angkutan Lebaran 2018, namun harus menggunakan kartu "e-toll" untuk bisa menikmatinya. Sehubungan itu, hanya sebagian kendaraan yang melintasinya, dan sebagian lainnya tetap menggunakan Jalan Lintas Sumatera.

Beberapa warga Lampung menyatakan rasa bangga dan terharu bisa melintasi Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung, meski panjangnya relatif pendek.

"Tolnya bagus, menimbulkan rasa bangga. Begitu masuk tol, terasa lega karena kondisi jalan bagus, dan pemandangan alami, apalagi menjelang Pelabuhan Bakauheni terasa segar menyaksikan laut," kata Edy, salah satu warga Bandarlampung yang telah beberapa kali melintasi Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung.

Sementara pengendara yang melintasi Tol Lematang-Kota Baru akan menyaksikan kawasan perkebunan dan pertanian, dan kondisi itu juga menumbuhkan sensasi berkendara di Tol Trans Sumatera. "Kiri-kanan jalan hijau sehingga menyejukkan suasana," kata Duan, pengendara lainnya.

Setelah diresmikan, Jalan Tol Trans Sumatera juga mulai ramai dilintasi truk, bus dan kendaraan pribadi. Namun, truk yang melintas dari Bakauheni umumnya melaju lambat, karena kondisi jalan menanjak dan kendaraan itu sarat dengan muatan yang beratnya melebihi daya angkut truk tersebut.

Meski demikian, beberapa pengendara juga menyampaikan harapannya agar lampu penerangan dan papan petunjuk diperbanyak, serta pembangunannya dipercepat agar tersambung dengan ruas jalan tol lainnya di Lampung dan Sumatera.

Keuntungan kecil atau besar Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera jika dilihat dari kerangka bisnis, tentu hanya berprospek keuntungan yang kecil dengan tingkat pengembalian modal yang panjang. Volume kendaraan pribadi yang melintasinya tak sebanyak di Pulau Jawa, dan truk-truk yang melintas umumnya membawa beban berlebih sehingga memperberat biaya pemeliharaan jalan bebas hambatan itu.

Namun jika dilihat dari rasa keadilan dan mempererat persatuan dan kesatuan NKRI, maka keuntungan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera itu justru sangat besar.

Meski keuntungan finansialnya kecil karena tingkat pengembalian investasi yang lama, keberadaaan Tol Trans Sumatera merupakan kebutuhan untuk bersaing dengan negara-begara lain, seperti Malaysia yang sudah terkoneksi tol mulai dari kawasan Johor hingga perbatasan dengan Thailand.

Sumatera dan Jawa merupakan daerah berpenduduk terbesar dengan infrastruktur dan kandungan sumber daya alamnya yang besar pula, sehingga keberadaan tol tentu akan menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia.

Dibutuhkan biaya besar mencapai ratusan triliun rupiah untuk membangun Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Lampung hingga Aceh yang panjangnya 2.825 km. Sebagai gambaran, biaya pembangunan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140,90 km mencapai Rp16,8 triliun.

Karena berbiaya sangat besar, dilakukan kiat-kiat mengatasi pembiayaannya. Misalnya untuk ruas Pelabuhan Bakauheni-Terbanggu Besar, BUMN PT Hutama Karya yang mendapatkan penugasan pembangunan Tol Trans Sumatera, melakukan sinergi BUMN, yakni antara Hutama Karya dengan empat BUMN konstruksi lainnya, yaitu PP, WIKA, Waskita Karya, dan Adhi Karya. Untuk ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140,938 km, dibagi dalam empat paket yang dikerjakan PT PP (Persero) Tbk untuk paket 1 dari Bakauheni ke Sidomulyo sepanjang 39,40 km; PT Waskita Karya (Persero) Tbk membangun paket 2 dari Sidomulyo ke Kotabaru sepanjang 40,6 km; PT AdhiKarya (Persero) Tbk menggarap Paket 3 dari Kotabaru ke Metro sepanjang 29 km dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mengerjakan paket empat dari Metro ke Terbanggi Besar sepanjang 31,93 km.

Tol Trans Sumatera di wilayah Lampung akan terkoneksi dengan Pelabuhan Bakauheni dan Bandara Radin Inten II. Selain itu, tol itu juga mudah terjangkau dari Pelabuhan Panjang, yang merupakan pelabuhan ekspor-impor utama di wilayah Sumatera bagian selatan.

Biaya pembangunan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar mencapai Rp16,8 triliun, dan porsi modal atau ekuitasnya sudah tercapai 52 persen, yakni melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2015/2016 sebesar Rp2,2 triliun, serta melalui penerbitan obligasi Hutama Karya secara bertahap sebesar Rp6,5 triliun.

Sementara sisanya sebesar 48 persen dipenuhi melalui skema pinjaman investasi dari tujuh bank (Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BCA, Bank CIMB Niaga, Bank Maybank Indonesia, Bank ICBC Indonesia, dan Bank Permata) sekitar Rp8 triliun dan PT Sarana Multi Infrastruktur menyediakan 'stand-by loan' untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya apabila terjadi defisit 'cash flow' selama masa operasi tol.

Melalui Peraturan Presiden Nomor 100/2014, Hutama Karya awalnya mendapatkan tugas untuk membangun Jalan Tol Trans Sumatera sebanyak empat ruas. Perpres tersebut kemudian direvisi ke dalam Peraturan Presiden Nomor 117/2015 dengan mandat baru yaitu mengembangkan keseluruhan 24 ruas dengan delapan ruas prioritas yang ditargetkan selesai pada tahun 2019.

Sehubungan itu, perlu banyak terobosan biaya pembangunan dan operasional Tol Trans Sumatera. Untuk menekan biaya operasionalnya, Hutama Karya menjalin kerja sama dengan PT Len Industri membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lokasi Jalan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar untuk memasok listrik ke gerbang tol dan kantor pengelola jalan tol.

Meski berbiaya besar dan keuntungan dari sisi finansialnya diperkirakan kecil, Presiden Joko Widodo tetap menjadikan pembangunan Tol Trans Sumatera sebagai salah satu prioritas dari proyek strategis nasional, dan kebijakan itu mendapatkan dukungan luas dari banyak kalangan.