Di Aleppo yang hancur lebur, musik tradisional kembali bergema

id Perang Suriah dan Irak, Perang Kurdi dan Turki, Aleppo, Suriah

Di Aleppo yang hancur lebur, musik tradisional kembali bergema

Penduduk menyelamatkan diri dari pertempuram di Aleppo bagian timur/file ( AFP/Getty Images/thestar.com)

"Bom menghujani kita, tapi meski begitu para siswa tidak terlambat datang untuk berlatih," katanya sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara dari Kantor Berita Reuters.
Aleppo, Suriah (Antara/Reuters) - Musisi tradisional di Aleppo, Suriah, mengatakan bahwa seni mereka berkembang lagi 13 bulan setelah pertempuran di kota itu berakhir, saat siswa baru mempelajari teknik nyanyian "Qoudud".

        
Di Institut Nasional Seni Suara di Aleppo, pelatih olah vokal Ahmed Kedah mengatakan bahwa ia memiliki murid antara 30 sampai 50 orang, termasuk anak-anak sekolah dan mahasiswa. Gaya Qoudud memiliki sejarah panjang di Aleppo dan terkenal di seluruh Suriah,
   
Kedah kehilangan satu anak laki-laki dalam perang. Anak laki-lakinya yang lain yang berusia 10 tahun, Aiham, dengan penuh semangat menunjukkan kemampuan musiknya sendiri pada lagu "You Have died".

        
Konflik Suriah, yang dimulai pada tahun 2011, telah membunuh ratusan ribu orang dan mengusir jutaan orang dari rumah mereka.

        
Aleppo terbagi selama bertahun-tahun di antara zona-zona yang dikendalikan oleh pemerintah dan pemberontak, dan wilayah pusat sejarahnya hancur.

        
Pertempuran di Aleppo berakhir pada bulan Desember 2017 ketika tentara, yang didukung oleh jet Rusia dan milisi Syiah yang didukung oleh Iran, menguasai sektor pemberontak setelah berbulan-bulan pengepungan dan melakukan pemboman.

        
Meski begitu, sepanjang konflik di sana tradisi musik Aleppo terus berlanjut, kata Kedah.

        
"Bom menghujani kita, tapi meski begitu para siswa tidak terlambat datang untuk berlatih," katanya sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara dari Kantor Berita Reuters.

        
Beberapa musisi harus lari dari perang. Ahmed Khayata, yang mengenakan pakaian tradisional untuk sebuah konser di sebuah hotel besar di Aleppo, mengatakan bahwa dia telah mengungsi sembilan kali selama pertempuran dan harus bekerja sebagai supir taksi dan penjual sayuran di pasar.

        
"Rumah saya telah hilang... semua yang saya miliki. Dan saya bersumpah kepada Tuhan bahwa akan ada siswa yang kami didik secara gratis meski berada dalam keadaan suram, "katanya.

        
Sebelumnya sejumlah lembaga bantuan mengkhawatirkan nasib para pengungsi Suriah.

        
Ratusan ribu pengungsi Suriah mungkin ditekan untuk kembali ke tanah air mereka yang dilanda perang tahun ini, meski kekerasan terus berlanjut, kata badan bantuan terkemuka.

       
Mereka mengatakan retorika yang menyesatkan di negara-negara pengungsian menciptakan kesan salah bahwa negara itu aman bagi orang untuk kembali, meskipun tetap sangat berbahaya.

       
Dengan perang itu mendekati tahun kedelapan, lebih dari 6 juta orang mengungsi dari Suriah dan lebih dari 5 juta menjadi pengungsi di negara-negara tetangga - kebanyakan di Lebanon, Turki, dan Yordania - dan juga di seluruh Eropa.

       
Ketegangan merebak baik di kawasan dan Eropa karena negara tuan rumah berjuang mengatasi beban sosial dan keuangan dari arus pengungsi, dengan banyak pengungsi datang dari Suriah.

       
Lembaga bantuan tersebut mengatakan bahwa keadaan memburuk di negara itu dan pilihan terbatas bagi orang Suriah untuk bermukim di tempat lain dapat membuat banyak orang pulang meski terancam bahaya.


Penerjemah : GNC Aryani