Delapan tahun 26 gajah Way Kambas mati diburu

id 26 gajah mati diburu,aktivis wcs lampung timur,sugio, perburuan liar gajah

Delapan tahun 26 gajah Way Kambas mati diburu

Tim Patroli Polisi Hutan dan Rhino Protection Unit (RPU) Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), mengukur besar gajah mati berjenis kelamin betina yang ditemukan di Wilayah III Kuala Penet, Kecamatan Braja Sebelah, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi L

Kalau melihat gajah yang ditemukan mati umumnya rusak di bagian kepalanya, hilang gigi dan gadingnya. Kuat dugaan gajah-gajah ini mati karena diburu, katanya
Lampung Timur (Antaranews Lampung) - Lembaga Swadaya Masyarakat Wildlife Conservation Societies (WCS) mencatat selama delapan tahun terakhir (2011-2018) sebanyak 26 ekor gajah ditemukan mati di dalam kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas Lampung Timur.

WCS menduga kematian gajah-gajah yang sangat dilindungi ini akibat ulah pemburu liar yang mengincar gading dan giginya, kata aktivis WCS Lampung Timur Sugio saat dtemui di Lampung Timur, Rabu.

Ia merinci, pada tahun 2011 sebanyak enam ekor gajah terdiri dari lima jantan dan satu betina ditemukan mati, tahun 2012 satu ekor gajah betina, tahun 2013 tiga ekor gajah (satu jantan dan satu betina).  "Satunya tidak teridentifikasi jenis kelaminnya karena saat ditemukan tinggal tulang belulang," kata Sugio.

Kemudian 2014 dua ekor gajah ditemukan mati (satu jantan dan satu betina). Tahun 2015 enam ekor gajah mati terdiri lima betina dan satu jantan. Tahun 2016 tiga ekor gajah mati, satu jantan dan satu betina yang satunya adalah bayi gajah yang mati karena sakit.

Tahun 2017 empat ekor gajah mati, satu gajah betina dan tiga ekor tidak diketahui jenis kelaminnya karena tersisa tulangnya. Terbaru di tahun 2018 ini satu ekor gajah betina berusia sekitar 20 tahun ditemukan mati di wilayah resor III Kuala Penet TNWK pada Senin (12/2) pagi.

Saat ditemukan gigi dan caling (gading gajah betina) gajah ini hilang. Di bagian kepala dan dada gajah liar ini ditemukan beberapa bekas luka tembak.

"Kalau melihat gajah yang ditemukan mati umumnya rusak di bagian kepalanya,  hilang gigi dan gadingnya. Kuat dugaan gajah-gajah ini mati karena diburu. Dari jumlah gajah yang mati itu kebanyakan betina," katanya.

Sugio tidak memungkiri perburuan gajah di TNWK masih sering terjadi jika melihat banyaknya gajah yang ditemukan mati secara tidak wajar setiap tahunnya di kawasan hutan TNWK.  Motif pemburu itu bisa karena ekonomi dan hobi.

Bahkan, menurut dia tidak hanya satwa gajah yang diburu, tapi satwa kunci lainnya seperti harimau, badak, beruang dan tapir juga terancam diburu, termasuk rusa dan burung juga menjadi incaran pemburu.

Aktivis Wildlife Conservation Sosieties (WCS) Lampung Timur Sugio (Foto : Antaralampung.com/Muklasin)

"Penyebap maraknya perburuan itu karena banyaknya celah masuk bagi para pemburu ke dalam hutan TMWK mengingat topografi hutan Way Kambas yang datar, berdampingan dengan pemukiman penduduk dan berbatasan dengan laut sehingga petugas kesulitan mengawasinya," jelasnya.
    
Ditambah lagi faktor mimimnya petugas Polisi Hutan atau Polhut Balai TNWK yang tidak sebanding dengan luas hutannya.

Sugio menyatakan perlu koordinasi yang kuat antar semua instansi, peningkatan patroli bersama, penegakan hukum yang tegas kepada para pelaku agar peristiwa perburuan gajah dan satwa lain di Way Kambas tidak terulang kembali.