Waykanan, Lampung (Antaranews Lampung) - Pemerintah Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung meningkatkan sosialisasi untuk mengurangi angka stunting dan gizi buruk di daerah ini.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Waykanan Farida Aryani, di Waykanan, Kamis, pihaknya meningkatkan sosialisasi untuk mendorong masyarakat menjaga pola hidup sehat.
"Gizi buruk dan stunting atau kekerdilan masih menjadi topik utama di dunia kesehatan. Kita harus bisa mengurangi angkanya setiap tahun dengan cara menyosialisasikan kepada masyarakat untuk hidup sehat," katanya.
Dia menjelaskan, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak berusia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) jika diukur berdasarkan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan WHO.
Selain pertumbuhan tinggi badan yang terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, sehingga menyebabkan kemampuan mental dan belajar kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
"Dengan alasan tersebut, kita harus bisa memperhatikan balita sejak masih dalam kandungan dari 0 sampai 59 bulan," katanya pula.
Ia menegaskan, untuk mencegah stunting maka harus diperhatikan pola hidup sehat selama kehamilan dan dua tahun pertama usia anak.
"Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa," katanya pula.
Selain itu, ia menyebutkan cara yang dilakukan Dinas Kesehatan Waykanan untuk mengurangi stunting dan gizi buruk adalah dengan memberikan makanan tambahan pada ibu hamil, mengatasi kekurangan zat besi dan asal folat, mengatasi kekurangan yodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil, melindungi ibu hamil dari malaria, mendorong inisiasi menyusui dini, dan mendorong pemberian ASI eksklusif.
"Cara ini dinilai efektif untuk bisa mengurangi stunting di Kabupaten Waykanan," katanya lagi.
Prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,5 persen, dan di Provinsi Lampung mencapai 24,8 persen.
Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG) tahun 2016, di Kabupaten Waykanan prevalensi balita berbobot rendah sebesar 8,2 persen, balita kurus sebesar 8,8 persen, dan balita stunting (kerdil) mencapai 23,3 persen.
Meski prevalensi stunting di Kabupaten Waykanan lebih rendah dibandingkan angka provinsi dan nasional, namun cenderung mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang hanya 17,3 persen.
"Hal tersebut menghambat upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan pembangunan kualitas sumber daya manusia. Kita semua harus bekerja sama agar angka stunting bisa terus menurun, khususnya tahun 2018 ini," kata Farida.
Upaya menurunkan prevalensi stunting, kata Farida lagi, membutuhkan sinergi program kementerian dan lembaga.
"Program tersebut meliputi peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, sosialisasi dan edukasi untuk pemberian air susu ibu secara eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga usia dua tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI, dan mengupayakan peningkatan usia pernikahan di atas 19 tahun untuk perempuan," katanya.
Farida mengharapkan, semua pihak khususnya tenaga kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter bersama-sama untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Waykanan, dengan memberikan sosialisasi dan pengarahan kepada masyarakat khususnya kaum ibu, agar bisa memberikan nutrisi yang baik pada usia balita sejak dalam kandungan hingga anak tersebut berusia tiga tahun.
Pemkab Waykanan Tingkatkan Sosialisasi Kurangi Stunting
Gizi buruk dan stunting atau kekerdilan masih menjadi topik utama di dunia kesehatan. Kita harus bisa mengurangi angkanya setiap tahun dengan cara menyosialisasikan kepada masyarakat untuk hidup sehat, kata Farida