Studi : Es Laut Arktik Menipis Lebih Cepat

id Kutub, pemanasan global, Samudra Arktik

Studi : Es Laut Arktik Menipis Lebih Cepat

Seekor beruang muda yang penasaran, mengelilingi kapal riset CCGS Louis S St-Laurent di selat Franklin, Arktik. (Adrienne Tivy/cnsm.uaf.edu/)

Calgary, Alberta (Antara/Reuters) - Es laut kutub mungkin menipis lebih cepat dari yang diperkirakan, karena salju asin permukaan es menghalangi akurasi pengukuran satelit, demikian studi baru dari University of Calgary pada Selasa.
        
Laporan dari Kelompok Riset Iklim Kriosfer Kanada yang dipublikasikan di jurnal akademis Geophysical Research Letters menemukan perkiraan satelit untuk ketebalan es laut musiman telah dilebihkan hingga 25 persen.
        
Itu berarti Samudra Arktik dapat kehilangan es lebih cepat dibandingkan beberapa prediksi ilmiah sebelumnya, yang memperkirakan es laut akan hilang sama sekali pada bulan-bulan musim panas antara 2040 dan 2050, menurut penulis utama studi tersebut, Vishnu Nandan.
        
Musim panas tanpa es di Samudra Arktik akan mempengaruhi pola cuaca global dengan meningkatkan besaran dan frekuensi badai besar, dan mengubah ekosistem laut Arktik, sehingga membuat hewan seperti beruang kutub lebih sulit untuk berburu.
        
Ada berbagai proyeksi mengenai kapan es laut Arktik akan mulai menghilang di musim panas sebagai akibat dari pemanasan suhu global, dan studi University of Calgary mempertanyakan pengukuran satelit yang diberikan sejauh ini.
        
"Masalahnya, pengukuran gelombang mikro dari satelit tidak menembus salju asin dengan sangat baik, jadi satelit tersebut tidak mengukur lambung bebas es laut yang tepat serta pembacaan satelit yang melebih-lebihkan ketebalan es," ujar Nandan.
        
Lambung bebas es laut mengacu pada lapisan es yang dapat dilihat di atas permukaan laut, dan rekan peneliti John Yackel mengatakan bahwa hasil penelitan mereka menunjukkan bahwa kadar garam salju harus dipertimbangkan dalam semua perkiraan mendatang tentang lambung bebas es musiman Arktik yang dibuat oleh satelit.

ANTARA/REUTERS
Devi/A Ahdiat