Bupati Lampung Timur Kutuk Kekejaman Militer Myanmar

id rohingya, bupati lampung timur, chusnunia chalim

Bupati Lampung Timur Kutuk Kekejaman Militer Myanmar

Bupati Lamtim Chusnunia Chalim berdoa untuk warga Rohingya. (ANTARA Lampung/Muklasin)

Saya sebagai Bupati mengutuk tindakan kejam dilakukan pihak militer Myanmar terhadap warga muslim Rohingnya
Lampung Timur,  (ANTARA Lampung) - Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim mengutuk tindakan militer Myanmar yang dituding telah melakukan tindakan tidak berperikemanusiaan secara massal terhadap warga muslim Rohingya.

"Saya sebagai Bupati mengutuk tindakan kejam dilakukan pihak militer Myanmar terhadap warga muslim Rohingnya," kata Chusnunia Chalim, saat memimpin apel rutin pegawai pemkab setempat, di kompleks kantor Pemkab Lampung Timur, di Sukadana, Senin.

Menurut Bupati Chusnunia Chalim, kekejaman dialami warga muslim Rohingya oleh militer Myanmar tidak terkait dengan agama, namun tindakan itu adalah sebuah tragedi kemanusiaan. Sebagai sesama manusia, katanya lagi, sewajarnya berempati atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar.

Bupati Lampung Timur itu pun mengajak pegawainya mendoakan warga Rohingya, sekaligus menggalang bantuan dana untuk disalurkan kepada warga muslim Rohingya.

Setelah menggelar apel pagi, Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim dan para pegawai setempat menggelar Salat Gaib dan doa bersama di musala kompleks kantor pemkab setempat dipimpin ustaz Samsudin dari Pondok Pesantren Al Inabah, Sukadana.

Selanjutnya dilakukan penggalangan dana oleh para pegawai pemkab itu.

"Semoga dana yang dikumpulkan bisa bermanfaat bagi warga muslim Rohingya," kata Chusnunia lagi.

Diketahui pada Jumat (25/8), sekelompok gerilyawan Rohingya yang bersenjatakan pisau dan bom buatan, menurut pemerintah setempat, menyerang lebih dari 30 pos polisi di Rakhine Utara hingga menewaskan 12 orang. Puluhan militan dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut dan bentrokan lain sesudahnya.

Bentrokan itu membuat ribuan warga sipil dari kedua komunitas tersebut terusir. Dilaporkan bahwa sejumlah warga sipil juga meninggal dunia.

Organisasi "Human Rights Watch" mengatakan berdasarkan data satelit menunjukkan kebakaran terjadi setidaknya pada 10 wilayah. Pemerintah di sana mengatakan bahwa militan membakar desa-desa kaum minoritas, sementara para gerilyawan mengaitkan kebakaran tersebut dengan pasukan keamanan dan umat Buddha setempat.

Jumlah warga Rohingya yang berupaya menyelamatkan diri ke Bangladesh terus meningkat. Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM mengatakan hingga Rabu (30/8), sekitar 18.500 orang Rohingya, kebanyakan perempuan dan anak-anak, melarikan diri ke Bangladesh. Namun pasukan Bangladesh disebut menghalangi para penduduk Rohingya itu menyeberang ke Bangladesh

Aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar meledak pada 2012 yang dipicu kebijakan Pemerintah Myanmar. Pemerintah Myanmar yang dikuasai junta militer lalu membuat sensus penduduk mulai 30 Maret 2014 dan berlangsung selama 12 hari, namun ternyata tidak mendata masyarakat etnis muslim Rohingya. Dalam sensus itu, dicantumkan kode nomor etnis yang resmi diakui pemerintah tanpa etnis Rohingya.

Penduduk Myanmar dalam sensus menyebutkan bahwa masyarakat beragama Islam berjumlah 2,3 persen dari total penduduk Myanmar dan tersebar di seluruh negara bagian. Namun mereka bukan berasal dari warga muslim Rohingya, karena Pemerintah Myanmar tidak mendata etnis muslim Rohingya itu.

Pemerintah Myanmar kerap berkilah bahwa penduduk Rohingya adalah imigran gelap dari Bangladesh dan mengingkari hak kewarganegaraan mereka, walaupun banyak etnis Rohingya yang mengatakan bahwa mereka telah menetap di Myanmar selama beberapa generasi.

Mereka pun tinggal pada salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan serta akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi.*