Waykanan Butuh Modal Kembangkan Perkopian

id lampung kopi festival, lakofest, festival kopi lampung, mbk, kopi luak, lampung barat

Waykanan Butuh Modal Kembangkan Perkopian

Ilustrasi Petani kopi (ist)

Waykanan (ANTARA Lampung) - Pemerintah Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung mengaku mutu kopi yang dihasilkan petani setempat tidak kalah dengan dua daerah penghasil kopi utama yakni Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat.

Namun, kesempatan pengembangan perkebunan kopi serta pengolahan hasil produksi di sana terkendala dengan permodalan sehingga kurang mendapat permintaan dari pihak luar terutama yang sudah diolah.

Sukardi dari Indikasi Geografis Kopi Robusta Lampung Waykanan, mengatakan sudah berapa tahun ini belum ada bantuan modal dari pemerintah kabupaten maupun provinsi kepada petani kopi yang ada di Waykanan. Hal itu yang membuat hasil panen kopi kurang maksimal dan perlu perhatian khusus dari pemerintah.

Dia mengatakan bantuan yang diterima terakhir pada 2012, yaitu mesin penggiling kopi dari Pemerintah Provinsi Lampung.

Selama lima tahun terakhir, katanya, belum ada lagi perhatian khusus kepada petani kopi di Kabupaten Waykanan, baik dari pemerintah provinsi maupun pemkab setempat.

Ia menjelaskan hasil pengolahan biji kopi juga tidak optimal karena kurangnya peralatan memadai yang diperlukan para petani, seperti lahan jemur kopi permanen dan alat penggiling kopi. Semua masih dilakukan secara tradisional karena keterbatasan alat.

Jadi bila hasilnya kurang maksimal, lanjut dia, ya jangan salahkan petani kopi, karena kebutuhan para petani juga masih meggunakan cara-cara tradisional, seperti menjemur di atas tanah atau aspal.

Sukardi juga menjelaskan pada tahun ini Dinas Perkebunan Waykanan telah mendata semua petani kopi, khususnya di Kecamatan Banjit, karena di daerah itu jumlah lahan terbesar di antara 14 kecamatan lainnya yang mencapai 1.500 hektare.

Selain jumlah lahannya yang luas, di kecamatan itu juga paling besar penghasil kopi. Dalam satu hektare mencapai satu hingga dua ton per tahun.

Petani kopi asal Kampung Rantau Tumiang Kecamatan Banjit itu, menuturkan hasil panen yang cukup tinggi harus diimbangi perlengkapan para petani kopi, seperti tempat jemur yang permanen agar hasilnya tidak diletakkan di tanah dan aspal. Cara seperti itu dapat membuat aroma kopi berubah.

Setiap kopi yang baru saja dipetik oleh petani, kata dia, dapat langsung dijemur untuk mengurangi kadar airnya. Dengan kadar air 25 persen, harga kopi per satu kilogram mencapai Ro23 ribu, sedangkan kopi kering dengan kadar air 18 persen dihargai Rp25 ribu.

Perbedaan itu harus dapat dicermati oleh seluruh petani kopi karena dengan menjual kopi kadar air tinggi dapat membuat petani kopi merugi atau hasil jualnya tidak seperti diharapkan.

"Yang pasti harga jual kopi di Waykanan tinggi, hanya saja proses yang masih panjang agar harga jual tersebut tinggi dan mahal di pengumpul," kata dia yang juga ketua kelompok tani kopi tersebut.

Bupati Waykanan Raden Adipati Surya mengatakan Pemkab Waykanan akan menggandeng perbankan untuk membantu permodalan para petani kopi di daerah itu.

Selain itu, orang nomor satu di "Bumi Ramik Ragom" itu, juga mengharapkan bantuan pihak lain, baik dari pemerintah, BUMN, maupun swasta, untuk bisa membantu serta memberikan modal kepada para petani kopi.

"Agar terus bersaing di dunia perkopian serta memberikan peningkatan perekonomian para petani kopi. Kita akan gandeng perusahaan, bila perlu kita bawa para petani, pengrajin, atau pengolah kopi ke pemerintah pusat agar mengetahui kualitas kopi Waykanan yang tidak kalah baiknya dengan kopi milik Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat," kata dia.



Tingkatkan Produksi



Pemerintah Kabupaten Waykanan menargetkan peningkatkan produksi kopi pada tahun ini sebesar lima hingga 10 persen.

Kepala Dinas Perkebunan Waykanan, Bani Aras mengatakan luas lahan Kopi di Waykanan pada tahun 2016 mencapai 19.591 hektare dan produksinya 7.824 ton. Produksi ini mengalami peningatan dari tahun 2015 lalu yang sebelumnya 7.588 ton. Pada tahun 2017 ini ditargetkan peningkatan lima hingga 10 persen.

Apalagi, lanjut dia, dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Waykanan, hanya ada tiga kecamatan yang tidak memiliki lahan perkebunan kopi. Masing-masing kecamatan memiliki penghasilan yang berbeda-beda, dari jumlah yang belum menghasilkan, menghasilkan dan tanaman rusak.

Untuk Kecamatan Banjit, lanjut dia, luas lahan perkebunan rakyat khususnya kopi mencapai 6.870 hektare, ini dibagi menjadi tiga yaitu belum menghasilkan (BM) 250 hektare, menghasilkan 6.520 hektare, dan tanaman rusak (TR) 100 hektare.

Produktivitas setiap hektare mencapai 0,45 dikalikan dengan luas areal yang menghasilan 6.520 hektare, sehingga 2.934 ton untuk sekali panen.

Sedangkan untuk panen yang kurang dari 1.000 ton yaitu Kecamatan Rebangtangkas 966 ton, Blambanganumpu 724 ton, Gununglabuhan 360 ton, Baradatu 148 ton, Way Tuba 56 ton, Negeri Agung 30 ton, Pakuonratu 27 ton, Negarabatin 11 ton dan Bumiagung 3 ton.

Pada tahun 2017 akan ditingkatkan hasil panen kopi di masing-masing kecamatan dengan terus melakukan sosialisasi kepada seluruh perkebunan rakyat yang ada.

Selain itu, jumlah hasil panen dari tahun 2007 hingga 2016 mengalami penurunan yang sangat drastis.

Lihat saja, kata dia, pada tahun 2007 hasil produksi 10.977.4 ton sekali panen sedangkan di tahun 2016 hanya 7.824 ton sekali panen. Penurunan ini dipengaruhi dari luas areal belum menghasilkan (BM) dan luas areal yang menghasilkan (M) ini sangat menurun setiap tahunnya. Kegiatan kita akan terus melakukan sosialisasi agar bisa tanaman kopi pada tahun 2017 kembali berjaya seperti 10 tahun silam.

Bani mengharapkan, para petani terus meningkatkan produksi kopi di masing-masing kecamatan. Karena kopi Waykanan merupakan salah satu kopi yang memiliki cita rasa tersendiri khususnya bagi pecinta kopi. "Ini dapat membuat Waykanan sebagai daerah yang memiliki kopi terbaik di Lampung setelah Kabupaten Lampung Barat," kata dia.

Wakil Bupati Waykanan, Edward Antony mengatakan kopi khas Waykanan ini berbeda dengan kopi yang lainnya apalagi bagi para pecinta kopi yang dapat membedakan kopi satu dengan lainnya.

"Walaupun kita kalah dari Kabupaten Lampung Barat yang telah memiliki kopi luwak tetapi kopi Waykanan tidak kalah dengan lainnya, sudah memproduksi dan diperjualbelikan untuk oleh-oleh khas Waykanan," kata dia.

Edward mengharapkan produktivitas kopi bisa terus ditingkatkan agar dapat dijualbelikan di kabupaten, kota bahkan sampai ke tingkat nasional.

"Karena kopi Waykanan cukup bersaing untuk menembus pasar ke tingkat provinsi dan nasional," kata dia.

Tinggal bagaimana pemerintah setempat mengoptimalkan potensi kopi yang ada serta mencarikan solusi terutama permodalan guna meningkatkan produksi serta mutu kopi yang digadang memiliki cita rasa tersendiri.  (Ant)