Mesir bantah campur tangan di Ethiopia

id Ethiopia, rusuh, Mesir

Mesir bantah campur tangan di Ethiopia

Foto 2 Oktober 2016 menunjukkan penduduk kota Bishoftu Ethiopia menyilangkan tangan di atas kepala sebagai simbol protes pergerakan anti pemerintah Oromo, saat berlangsungnya libur tahun baru Irreechaa. (AFP/presstv.ir)

Kairo (Antara/Xinhua-OANA) - Mesir tidak mencampuri urusan dalam negeri di negara mana pun, terutama negara sahabat seperti Ethiopia, kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam satu pernyataan pada Ahad (9/10).
        
pernyataan tersebut dikeluarkan setelah Kementerin Luar Negeri Ethiopia memanggil duta besar Mesir untuk negeri itu pekan lalu untuk membahas rekaman video yang beredar di Internet dan diduga memperlihatkan "seorang warga Mesir" ikut tampil di panggung bersama anggota kelompok terlarang Front Pembebasan Oromo (OLF).
        
"Pertemuan duta besar Mesir dengan menteri luar negeri Ethiopia memperlihatkan saling pengertian mengenai perlunya memelihara momentum hubungan positif antara kedua negara," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Ahmed Abu Zeid di dalam pernyataan itu.
        
OLF adalah organisasi Ethiopia yang didirikan pada 1973 oleh kaum nasionalis Oromo, kelompok etnik terbesar di Ethiopia, guna mendorong hak untuk menentukan nasib sendiri buat rakyat Oromo, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin. Organisasi tersebut telah dicap sebagai organisasi teroris oleh Pemerintah Ethiopia.
        
Ethiopia pada Ahad mengumumkan keadaan darurat enam-bulan sehubungan dengan dugaan ancaman "yang ditimbulkan oleh kekuatan yang bekerjasama dengan musuh asing untuk merusak keamanan rakyat dan keamanan serta kestabilan negara", kata Kantor Berita Ethiopia (ENA).
        
Zeid menambahkan video itu mungkin diedarkan "oleh pihak yang berusaha menyebar pertikaian dan perpecahan antara Mesir dan Ethiopia", serta memuji terbinanya saling kepercayaan belum lama ini.
        
Ketegangan membuat keruh hubungan Mesir-Ethiopia sejak Ethiopia pada 2013 mulai mengalihkan aliran Sungai Nil sebagai langkah persiapan awal untuk membuat Bendungan Besar Renaissance Ethiopia (GERD), di tengah keprihatinan Mesit bahwa bendungan itu mungkin mempengaruhi 55,5 miliar meter-kubik air sungai tersebut, bagian tahunan Mesir.
        
Namun, Mesit dan negara lain di hilir Lembah Nil, Sudan, secara bertahap memperlihatkan pengertian yang lebih besar mengenai aspirasi pembangunan Ethiopia dan pihak Ethiopia memperlihatkan kerja sama serta komitmen untuk mematuhi studi teknis saat membangun bendungan itu.
        
Pada 20 September, Sudan, Mesir dan Ethiopia menandatangani kontrak dengan dua kantor konsultan untuk melakukan studi teknis lebih lanjut mengenai GERD.
        
GERD, yang berada di daerah 1.800 kilometer persegi, dijadwalkan selesai dalam tiga tahun dengan biaya 4,7 miliar dolar AS.