Kisah Sri Astuti dan Paspor yang Tertukar

id Sri Astuti dan Paspor Tertukar, Sri Astuti Calon Haji

Kisah Sri Astuti dan Paspor yang Tertukar

Sri Astuti, jemaah SUB 52 menangis karena akhirnya kembali ke Tanah Suci setelah sempat dipulangkan ke Tanah Air. (FOTO: ANTARA Lampung/Dok. Kemenag)

"Saya menangis, bilang ke mereka saya mau haji, tidak mau pulang," katanya.
Mekkah (ANTARA Lampung) - Ketika Sri Astuti (56) mendarat untuk pertama kalinya di Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAAIA) Jeddah pada Selasa (30/8) bayangan Kakbah sudah ada di pelupuk mata ibu satu anak itu.

Bagi ibu rumah tangga asal Malang, Jawa Timur itu, pergi ke Tanah Suci adalah mimpi lama yang akhirnya terwujud.

Namun siapa sangka jika semua itu tak semulus yang dibayangkannya.

Langkahnya tertahan di pintu imigrasi Kota Jeddah, hanya satu jam jaraknya dari pintu kota kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pihak imigrasi Arab Saudi mendapati foto yang tertera pada paspor Sri Astuti berbeda dengan wajahnya, sehingga mereka tidak mengizinkannya masuk ke Arab Saudi.

"Kamu pencuri ya...kamu pencuri," kata Astuti menirukan perkataan petugas-petugas bandara itu.

Saat kondisi kebingungan itu, ia mengakui bahwa foto dan data dalam paspor yang dipegangnya memang bukan miliknya, hanya nama yang sama.

Ketakutan, ibu satu anak itu pun hanya bisa menyaksikan rekan-rekannya yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 52 Embarkasi Surabaya melewati gerbang imigrasi termasuk sang suami, Tugiman (64).

Ia kemudian mengaku diinterograsi di beberapa tempat selama berjam-jam.

Ketakutan dan kebingungan karena tak mengerti bahasa Arab, satu-satunya yang membuat Astuti tenang adalah adanya pendamping dari petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia.

Terbata-bata ia mengakui memang tak pernah memeriksa paspornya. Yang ia tahu, telah membayar kepada kelompok tertentu untuk diuruskan semua, termasuk dokumen yang diperlukan.

Jelang keberangkatan, dia mendapatkan paspornya yang tertempel foto dirinya pada bagian muka. "(paspor) tidak dibuka, langsung dimasukkan ke tas tentengan. Tidak saya buka karena di luar ada foto saya," ujar Sri Astuti.

Ketika negosiasi petugas PPIH Indonesia dengan aparat Arab Saudi gagal, Astuti pun terpaksa dipulangkan ke Tanah Air.

Namun hingga di tangga pesawat, ibu itu masih menolak untuk dipulangkan.

"Saya menangis, bilang ke mereka saya mau haji, tidak mau pulang," katanya.

Namun akhirnya ia luluh dengan penjelasan petugas yang mengatakan bahwa dokumennya harus diurus di Tanah Air bukan di Arab Saudi.

Sekitar pukul 20.00 waktu Arab Saudi, Sri Astuti diterbangkan kembali ke Tanah Air dan tiba di Jakarta Rabu (31/8) sekitar pukul 08.20 WIB, lalu ke Surabaya.

Di Kota Pahlawan itu, ia telah dinantikan oleh para petugas yang akan membantunya mengurus kelengkapan dokumennya.

Dua hari berselang, terdengar kabar kalau pengurusan dokumen sudah selesai.

Mulanya Sri Astuti akan diberangkatkan bersama Kloter 62. Namun, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil minta agar Sri Astuti diberangkatkan pada kesempatan pertama setelah selesai seluruh persyaratan.

Akhirnya, Sri Astuti diikutkan ke SUB 59, bersama rombongan asal Lumajang untuk memenuhi keinginannya menjadi dluyuufur rahman atau tamu Allah.

Jumat (2/9) pukul 14.50 waktu Arab Saudi, Sri Astuti terbang bersama SUB 59 dan mendarat di KAAIA Jeddah malam hari.

Ditemui di Mekkah, ibu yang malam itu mengenakan kerudung cokelat bunga-bunga putih mengaku bersyukur semua telah selesai.    

"Kepada semua pihak, saya berterima kasih. Lega bisa ketemu bapak lagi. Alhamdulillah bisa sampai di sini," kata Sri Astuti sambil menangis.

Sementara itu, Tugiman yang memiliki toko bahan bangunan di Malang mengaku tak henti doa terpanjat dari seluruh anggota rombongannya demi kelancaran urusan sang istri.

"Alhamdulillah ini kekuatan doa," ujarnya pula. Ia mengaku akan mendampingi sang istri menunaikan umrah wajib.

          Janji Mengusut
Sementara itu Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil yang menemui Sri Astuti di pemondokannya, Hotel Jauharat Al Syuruq di kawasan Jarwal, menjanjikan dan berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus itu.

Bagaimana mungkin paspor tertukar dengan seorang jemaah lain yang menurut kabar baru akan berangkat beberapa tahun lagi?

Kasus itu akan menjadi sebuah evaluasi penting bagi penyelenggaraan haji agar tidak terulang di masa depan.

Proses pemeriksaan dokumen di Tanah Air juga harus lebih detail.

Terkait siapa pihak yang salah, dia akan menelusurinya secara internal, termasuk bagaimana paspor Sri bisa lolos ke luar dari Indonesia.

"Para pihak akan dilakukan pemeriksaan. Hal-hal yang berkaitan dengan keteledoran ini akan semua diperiksa. Irjen juga sudah turun tangan," katanya, seraya menjelaskan bahwa menurut pemeriksaan Sri Astuti memang benar berhak berangkat tahun ini bersama sang suami.

Ia juga mengakui bahwa sosok Sri Astuti yang datanya ada di paspor telah ditemukan.

Menurut Abdul Djamil, fokus utama para petugas adalah mengembalikan Sri Astuti ke Arab Saudi secepatnya.

Kini setelah itu tercapai, dia dan jajarannya akan melakukan pengusutan tuntas kasus itu.

Kepada Sri Astuti yang terpaksa harus pulang pergi Indonesia-Arab Saudi dalam empat hari, ia menyampaikan harapan agar tercapai impian menjadi haji mabrur, mengingat Allah SWT menjanjikan surga untuk para haji mabrur.

Semoga pula pengusutan atas keteledoran telah dialami Sri Astuti, sehingga ibadah hajinya tahun ini nyaris gagal, segera terkuak dan dituntaskan oleh aparat berwenang di Tanah Air.