Nelayan Lampung Timur kembali melaut

id nelayan lampung timur, kembali melaut, pasca bentrok, nelayan, lampung timur, cuaca buruk, tidak melaut

Nelayan Lampung Timur kembali melaut

Ilustrasi Perahu-perahu nelayan berjajar siap melaut (ANTARA Lampung.com)

...Usai kejadian itu, kini hampir semua nelayan di sini sudah normal beraktivitas ke laut lagi, kata Kartono...
Lampung Timur  (ANTARA Lampung) - Para nelayan di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung kembali melaut, setelah kejadian rusuh pada Kamis (11/8) dua pekan lalu karena menolak keberadaan tambang pasir laut di wilayah mereka.

"Usai kejadian itu, kini hampir semua nelayan di sini sudah normal beraktivitas ke laut lagi," kata Kartono (50), nelayan di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Selasa.

Bahkan, menurutnya, sebenarnya dua hari setelah kejadian penolakan keberadaan tambang pasir laut itu, sebagian nelayan setempat mulai beraktivitas melaut kembali. "Dan sekarang semua nelayan sudah bekerja ke laut seperti biasanya," katanya lagi.

Dia pun berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.

Selain itu, Kartono juga mengatakan saat ini adalah musim timur saat para nelayan kecil di daerahnya hanya khusus menangkap jenis ikan kembung dan udang jerbung.

"Kalau musim timur nelayan kecil hanya menangkap jenis ikan kembung dan udang jerbung, sedangkan musim barat berbagai jenis tangkapan laut nelayan bermacam-macam, seperti berbagai jenis ikan, udang, kepiting, ikan teri, dan lain-lain biasanya jumlahnya melimpah," ujarnya lagi.

Pada saat musim timur nelayan kecil pun khusus memakai alat tangkap jaring udang dan jaring rampus (jaring ikan kembung).

Sedangkan pada musim barat nelayan menggunakan alat tangkap jaring kepiting rajungan, bagan tancap, bagan perahu, sondong, pancing, dan berbagai alat tangkap lainnya.

"Kalau nelayan besarnya menggunakan jaring dogol dan jaring play, hasil tangkapanya lebih banyak dan jenis ikannya bermacam-macam pula," katanya.

Menurut Kamal, pengepul daging gurita di daerah ini membenarkan bahwa semua nelayan telah normal bekerja seperti sedia kala termasuk dirinya.

Pada musim timur tahun ini dia mengaku bekerja memasok daging gurita ke luar daerah terutama Jakarta dan Bandarlampung.

Menurutnya, gurita di daerahnya sangat digemari para pembeli, tapi dia mengaku tidak mengetahui daging itu dimanfaatkan untuk apa. "Kalau buat apanya saya tidak tahu, tapi katanya bisa dikonsumsi dan dagingnya juga diekspor," ujar dia pula.

Kamal menyatakan saat musim timur jumlah gurita yang didapat tidaklah terlalu banyak.

Dia mengatakan hanya mampu mengumpulkan 150 hingga 200 kg gurita dalam sehari dari para nelayan setempat, dan dijualnya kembali ke pengepul yang lebih besar.

"Nanti gurita-gurita itu dikirim ke Jakarta dan pembeli lainnya di daerah Telukbetung di Kota Bandarlampung," katanya lagi.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Lampung Timur menyatakan ribuan nelayan kecil dengan berbagai alat tangkap menggantungkan hidup di wilayah laut Kecamatan Labuhan Maringgai.

Johan, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kelautan di Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Timur merincikan ribuan nelayan itu terdiri dari nelayan bagan sebanyak 1.929 rumah tangga perikanan (RTP) dengan jumlah alat tangkap bagan sebanyak 1.929 unit.

Lalu nelayan jaring rajungan 1.786 rumah tangga perikanan, dengan jumlah alat tangkap jaring rajungannya 993 unit, nelayan jaring payang 1.323 RTP dengan jumlah alat tangkap payang 441 unit.

Kemudian nelayan dengan jaring tramel net atau jaring udang sebanyak 924 RTP, dengan alat tangkap 463 unit, dan nelayan jaring sondong 1.215 RTP dengan jumlah alat tangkap 405 unit.

Johan menjelaskan jumlah nelayan yang disebutkan itu sebagian besar nelayan yang melakukan aktivitas tangkap pada wilayah laut Sekopong dan Gosong Syahbandar di wilayah laut Kecamatan Labuhan Maringgai.

Para nelayan dan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Labuhan Maringgai itu sebelumnya menolak keberadaan tambang pasir laut di wilayah setempat, karena mengkhawatirkan dampaknya akan merusak lingkungan laut sekitar dan mengakibatkan hasil tangkapan ikan dan lainnya menjadi berkurang.(Ant)