Promosikan Way Kambas Destinasi Wisata Andalan Lampung

id Menjual Potensi Way Kambas Lampung, Potensi Way Kambas, Taman Nasional Way Kambas, TNWK Lampung

Promosikan Way Kambas Destinasi Wisata Andalan Lampung

Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim (kiri) sedang berbincang membahas pengembangan wisata alam Way Kambas bersama sejumlah pihak berkompeten. (FOTO: ANTARA Lampung/Ist-Diskominfo Lampung)

TNWK merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.
Lampung Timur, 14/3 (Antara) - Siapa tak tahu hutan Taman Nasional Way Kambas di Kabupaten Lampung Timur yang terkenal dengan atraksi gajah pintar bermain sepak bola?

Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim mengaku sempat tercenung dan tak habis pikir melihat potensi kabupaten ini, termasuk hutan Way Kambas yang disebutnya sebagai daerah kaya, cantik, dan menarik, serta masyarakatnya ramah-tamah.

Kenyataannya, menurut mantan anggota DPR dari Fraksi PKB itu, hingga saat ini Kabupaten Lampung Timur masih menyimpan persoalan kemiskinan yang dialami sebagian warganya.

"Lampung Timur itu `image-nya` adalah daerah miskin, buruk rupa, pusatnya tindak kriminalitas atau terkenal sebagai kabupaten begal," ujar Chusnunia pula.

Padahal, menurutnya, Lampung Timur yang kaya memiliki banyak potensi wisata dan daya tarik investasi sehingga diharapkan dengan dukungan perangkat birokrasi yang proaktif dan komunikatif, akan dapat melangkah lebih maju lagi.

Salah satu potensi wisata alam andalan Lampung Timur adalah kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), salah satu hutan hujan tropis yang masih terpelihara di dunia berada di daerah ini.

Bupati Chusnunia bertekad menjadikan TNWK sebagai destinasi wisata unggulan, baik nasional maupun internasional, mengingat selama ini telah terkenal dan banyak pengunjungnya.

"Kami ingin membangun Way Kambas, ingin membuatnya menjadi destinasi wisata nasional dan internasional, dan kami akan melakukan perbaikan-perbaikan, akan mengurai masalah-masalah yang ada di dalamnya," ujar Chusnunia lagi.

Menurutnya, TNWK merupakan ikon Kabupaten Lampung Timur yang selama ini telah ramai dikunjungi serta dikenal luas oleh masyarakat, baik nasional maupun internasional.

Pemkab Lampung Timur menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan TNWK sebagai tujuan wisata andalan nasional dan internasional itu.

Sukatmoko, Koordinator Humas Balai Besar TNWK mengatakan pihaknya bersama Pemkab Lampung Timur dan Pemprov Lampung telah bertemu dan membahas pengelolaann ekowisata di TNWK.

Dia menyatakan dalam pengembangan ekowisata tersebut memungkinkan diizinkan kembali hiburan atraksi gajah jinak di Pusat Konservasi Gajah TNWK yang sempat menjadi daya tarik pengunjung berdatangan ke tempat itu, namun telah dihentikan beberapa waktu lalu.

"Sebagai tindak lanjutnya hari Sabtu (12/3) ini hingga Minggu (13/3) ada diskusi terfokus atau focus group discussion dan peninjauan oleh Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri dan Bupati Lampung Timur ke TNWK untuk merancang desain ekowisata Way Kambas," ujarnya pula.

Balai Besar Taman Nasional Way Kambas juga tengah menyusun strategi pemanfaatan gajah jinak terlatih di Pusat Konservasi Gajah dalam areal hutan ini, sehingga selain berfungsi sebagai pusat konservasi juga dapat dimanfaatkan sebagai destinasi wisata andalan untuk diminati.

Pihaknya sedang menunggu perangkat aturan dari pemerintah pusat mengenai pemanfaatan Pusat Konservasi Gajah (PKG) sebagai sebuah destinasi wisata.

"Kami masih menunggu aturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pemanfaatan gajah itu, sehingga dapat dinikmati lagi oleh pengunjung seperti biasanya," ujarnya.

Menurut dia, dari segi pemanfaatan PKG yang sebelumnya dikenal sebagai Pusat Latihan Gajah (PLG) di TNWK itu, bisa sebagai destinasi wisata meskipun PKG merupakan zona konservasi gajah.

Berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan destinasi wisata di TNWK itu, pihaknya telah menggelar rapat dengan instansi terkait, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengelolaan, Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Lampung Timur, guna menyusun strategi pengelolaan jangka panjang wisata di TNWK.

Taman Nasional Way Kambas di Kabupaten Lampung Timur memiliki potensi wisata yang besar sehingga perlu dikembangkan secara optimal agar menjadi destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Setiap tahun, ribuan pengunjung baik dari Provinsi Lampung maupun luar daerah Lampung serta wisatawan asing mengunjungi TNWK di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, sayang jika potensi wisata yang begitu besar ini tidak dimanfaatkan secara optimal," katanya pula.

Pada 2013, jumlah pengunjung yang datang ke TNWK mencapai 13.302 orang, dengan rincian 12.936 orang dari berbagai daerah di Indonesia, dan warga negara asing mencapai 339 pengunjung.

Pada 2014, jumlah pengunjung mencapai 24.001 orang, dengan rincian pengunjung dari Indonesia 23.798 orang dan wisatawan asing mencapai 203 pengunjung.

Guna mengoptimalkan potensi kunjungan wisatawan yang besar itu, menurut Sukatmoko, Balai Besar Taman Nasional Way Kambas sedang menyusun strategi pengelolaan kawasan hutan ini secara lebih efektif dengan tetap menjamin pelestariannya.

Pihak Balai Besar TNWK menyatakan atraksi gajah jinak di Pusat Konservasi Gajah TNWK itu dihentikan sejak Juli 2015.

Penutupan dan penghentian atraksi gajah itu karena penerimaan dana dari atraksi gajah tersebut belum diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Peraturan itu tentang tarif masuk pengunjung dan tarif kendaraan. sedangkan tarif hiburan gajah belum diatur dalam PP tersebut.

Balai Besar TNWK masih menunggu perangkat aturan dari pemerintah mengenai pemanfaatan Pusat Konservasi Gajah (PKG) sebagai sebuah destinasi wisata.

Selama ini, wisata Lampung antara lain identik dengan gajah jinak terdidik dan terlatih yang juga bisa bermain sepak bola dan berada di Way Kambas, sehingga tempat itu menjadi objek kunjungan wisatawan dari berbagai tempat di dalam dan luar negeri.

"Potensi wisata itulah yang akan dikembangkan lebih optimal," ujar Sukatmoko lagi.

Kawasan hutan TNWK dinyatakan Menteri Pertanian Tahun 1982, dan ditunjuk Menteri Kehutanan dengan SK Nomor 14/Menhut-II/1989 dengan luas 130.000 hektare. TNWK kemudian ditetapkan Menteri Kehutanan dengan SK Nomor 670/Kpts-II/1999 dengan luas 125.621,3 hektare, berada di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

TNWK merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri atas hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional ini, antara lain api-api (Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron), salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).

TNWK memiliki 50 jenis mamalia, di antaranya badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus).

Selain itu, 406 jenis burung, di antaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster), serta berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.

Gajah-gajah liar dilatih di Pusat Latihan Gajah Way Kambas ini (sembilan kilometer dari pintu gerbang Plang Ijo), menjadi gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu, dan bajak sawah.

Di pusat latihan gajah tersebut dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya.

Namun atraksi itu belakangan dihentikan oleh pengelola Balai Besar TNWK.

Pusat latihan gajah itu didirikan pada 1985, dan sampai saat ini telah berhasil mendidik dan menjinakkan gajah sekitar 290 ekor. Beberapa ekor gajah jinak itu dikirim ke berbagai daerah di Indonesia maupun dipertukarkan dengan perjanjian kerja sama dengan beberapa pihak di luar negeri.

Belakangan di TNWK juga didirikan satu-satunya Rumah Sakit Gajah yang ada di Indonesia.

Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi di TNWK, antara lain Pusat Latihan Gajah Karangsari, dan untuk kegiatan berkemah, di area Way Kanan, penelitian dan penangkaran badak sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti, juga Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas.

Pengunjung juga dapat menelusuri Sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove.

Hutan Way Kambas juga menjadi pusat penyelamatan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan pusat penangkaran badak dunia untuk spesies badak bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis)

          Pembunuhan Gajah Liar
Karena semua itu, Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim lantas mengecam telah terjadi lagi pembunuhan seekor gajah sumatera liar yang ditemukan terpenggal kepalanya tanpa gigi dan gading di Rawabundar Area Seksi II Way Kanan Taman Nasional Way Kambas, beberapa waktu lalu.

"Yang ingin saya sampaikan, pertama atas nama masyarakat Lampung Timur dan atas nama makhluk Tuhan, kita harus menjaga alam ini, saya mengetuk hati para pemburu itu tolong jadi manusia, jangan hilang perasaan hatinya," ujar Chusnunia mengungkapkan kegelisahannya atas marak perburuan gajah liar di dalam hutan TNWK itu.

Menurut dia, keberlangsungan hidup gajah adalah tanggung jawab semua pihak untuk menjaga dan memeliharanya.

"Kita harus bertanggung jawab menjaga dan memeliharanya," ujarnya lagi.

Chusnunia juga menyatakan akan segera berkoordinasi dengan pihak Balai Besar TNWK untuk mencari solusi dalam menangani marak perburuan gajah liar di hutan TNWK yang menjadi bagian dari daerah Lampung Timur.

"Kami akan ke TNWK untuk melihat lebih dalam dan berdialog dengan TNWK untuk mengurai masalah-masalahnya dan mencari solusinya," ujarnya.

Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) liar ditemukan telah mati dengan kondisi mengenaskan di Rawabundar Area Seksi II Way Kanan hutan TNWK di Lampung Timur, Kamis (25/2).

Kematian gajah, salah satu satwa liar jenis langka dan dilindungi di dunia yang populasinya kian menyusut itu, diduga akibat dibunuh kawanan pemburu liar, mengingat gigi beserta gadingnya telah hilang.

Aktivis lingkungan Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia pun mensinyalir perburuan gading dan gigi gajah liar marak terjadi di dalam kawasan hutan TNWK di Kabupaten Lampung Timur.

Menurut Sugiyo, aktivis WCS Indonesia di Lampung, WCS mencatat pada 2015 sedikitnya lima hingga tujuh ekor gajah di TNWK mati terbunuh dengan kondisi gigi dan gadingnya hilang.

Dari kasus gajah yang ditemukan mati itu, rata-rata kondisi kepalanya sudah terpotong dari badannya.

"Rata-rata gajah yang mati itu kepala dan badannya terpisah, dengan kondisi belalai terpotong dan gadingnya hilang, sedangkan di bagian mulutnya rusak serta giginya pun hilang," ujarnya.

Menurut dia, dengan melihat kondisi gajah yang mati hampir serupa tersebut, besar kemungkinan disebabkan oleh ulah para pemburu liar yang mengincar gigi dan gading untuk diperjualbelikan.

Dia menyatakan penyebab marak perburuan gajah itu karena faktor kemudahan akses manusia masuk ke hutan taman nasional itu, selain karena keterbatasan jumlah pengawas TNWK.

Diduga, gajah liar yang mati di kawasan hutan di Lampung, baik di TNWK maupun Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kabupaten Lampung Barat dan Bengkulu Selatan, terus bertambah karena menjadi incaran kawanan pemburu liar.

Berbagai pihak mendesak pula kasus pembunuhan gajah liar maupun satwa langka lainnya di TNWK harus dituntaskan dan ditangkap pelakunya agar pelestarian hutan, flora dan fauna, serta ekosistem alami hutan ini tetap terjaga dengan baik.

Potensi wisata alam hutan TNWK yang akan dikelola dan dikembangkan lebih lanjut pasti laku terjual, sedangkan para wisatawan dalam maupun luar negeri akan banyak berdatangan.

Hutan Way Kambas layak dipromosikan bila pelestariannya juga terjaga.