Psikolog: Perilaku signifikan jadi indikator anak trauma

id Psikolog dari Universitas Indonesia, Nathanael E.J. Sumampouw,perilaku signifikan indikator anak trauma

Psikolog: Perilaku signifikan jadi indikator anak trauma

Psikolog dari Universitas Indonesia Nathanael E.J. Sumampouw (www.perspektifbaru.com)

...Ketika menunjukkan perilaku yang regresi atau menurun, misalnya, yang tadinya anak tidak mengompol sekarang mengompol atau biasa tidak takut sendiri sekarang takut, itu bisa menjadi tanda anak kemungkinan ada trauma, kata Nael...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Psikolog dari Universitas Indonesia Nathanael E.J. Sumampouw mengatakan perilaku signifikan atau perilaku yang nyata pada anak dapat menjadi indikator seorang anak mengalami kejadian trauma, baik itu pengalaman akan bencana alam maupun aksi terorisme.

"Ketika menunjukkan perilaku yang regresi atau menurun, misalnya, yang tadinya anak tidak mengompol sekarang mengompol atau biasa tidak takut sendiri sekarang takut, itu bisa menjadi tanda anak kemungkinan ada trauma," kata Nathanael dalam Forum Ngobras "Lindungi Anak dari Terorisme" di Jakarta, Selasa.

Dosen yang akrab disapa Nael tersebut mengatakan bahwa perilaku sederhana pada anak seharusnya bisa diperhatikan orang tua untuk mengetahui kondisi traumatik yang kemungkinan mereka alami tanpa disadari.

Reaksi anak yang mengalami trauma juga berbeda-beda, yakni agresif dan pasif atau menarik diri.

Nael menjelaskan ada tiga gejala utama reaksi anak trauma, yakni "avoidance" penghindaran, "re-experiencing" pengalaman terulang, dan "post traumatic stress disorder" atau reaksi berlebihan usai trauma.

Pada gejala pertama, lanjut Nael, anak sebisa mungkin akan menghindari apa pun yang mendekati kejadian yang membuatnya trauma. Misalnya kalau ada ledakan di dekat sekolahnya, anak tidak mau lewat jalan dekat daerah bom.

Sementara itu, pada gejala kedua biasanya anak selalu bermimpi buruk meskipun peristiwa yang membuatnya trauma sudah lewat.

Gejala ketiga, anak akan mengeluarkan reaksi-reaksi trauma, seperti teriak atau kaget histeris saat mendengar suara balon meletus akibat trauma pada ledakan bom.

Nael menjelaskan bahwa ingatan anak akan peristiwa memang tidak bisa dihilangkan. Namun, orang tua dapat memaknai kejadian tersebut sebagai sesuatu yang positif.

Dalam ledakan bom di Kawasan Sarinah, Nael mencontohkan orang tua bisa menjelaskan pada anak bahwa teroris bisa bertindak di luar kemampuan orang biasa dan merasa tidak ada pilihan untuk menyuarakan keinginan selain dengan kekerasan. (Ant)