Direktorat KPLP Kemenhub gelar latihan penyelamatan gabungan

id Direktorat KPLP Kemenhub gelar latihan penyelamatan gabungan

Merak (ANTARA Lampung) - Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menggelar latihan penyelamatan gabungan antara kru KN Trisula P-111 dengan Tim "Rescue" Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Kelas I Tanjung Priok.

Komandan Kapal KN Trisula Handry Sulfian di sela-sela latihan di Dermaga Golden Key, Merak, Selasa mengatakan latihan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas personel serta meningkatkan pelayanan terhadap penjagaan laut dan pantai.

"Latihan ini untuk lebih mempersiapkan kru kapal kita agar siap menghadapi segala kemungkinan terburuk yang terjadi, serta peningkatan kualitas penyelamatan atau 'rescue'," katanya.

Selain itu, dia mengatakan agar terjalin koordinasi antara tim "rescue" di darat dan yang sedang beroperasi di laut.

Handry mengatakan latihan gabungan tersebut, berupa latihan penyelaman, pemadaman kebakaran ringan meminta bantuan pertolongan dan pemadaman kebakaran kapal lain dengan jarak jauh.

Penyelamanan dimulai dari pengenalan peralatan selam, baik untuk di perairan suhu normal, maupun suhu esktrim atau dingin, seperti baju menyelam, tabung oksigen, pemberat, snorkel, kirby (alat snorkel yang bisa digunakan untuk komunikasi dua arah) dan lainnya.

"Peralatan ini pula yang dipakai untuk pencarian korban dan bangkai pesawat AirAsia QZ8501," katanya.

Penyelaman dimulai dari haluan ke buritan untuk mengecek baling-baling kapal dan bergiliran setiap dua orang melakukan penyelaman.

Pada sisi darat, juga dilakukan pelatihan pemadaman kebakaran dengan berbagai macam alat, seperti "dry powder", CO2 dan "foam".

Anggota Tim "Rescue" Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Kelas I Tanjung Priok Waluyo menjelaskan kegunaan alat pemadam tersebut berbeda, seperti CO2 yang khusus untuk pemdaman yang ditimbulkan oleh arus listrik.

"Terbuat dari bahan kayu yang multipurpose, sehingga tidak menimbulkan bekas, berbeda dengan 'dry powder' dan 'foam' (busa)," katanya.

Pelatihan dilanjutkan dengan cara meminta bantuan pertolongan dengan berbagai alat, seperti "hand flare" atau obor tangan, "parachute signal", "smoke signal" dan "line throwing aparatus".

Obor tangan tersebut awalnya dipegang, hingga terasa panas kemudian baru dilemparkan ke air, tetapi masih menyala dan bertahan hingga beberapa saat, meski sudah berada di dalam air.

"Line throwing aparatus ini digunakan untuk menyelamatkan korban jarak jauh karena ada tali di dalamnya atau untuk merapatkan kapal," katanya.

Latihan selanjutnya, yakni memadamkan kebakaran besar, contohnya kebakaran kapal dengan "fire gun".

Meskipun namanya "fire gun", tetapi alat tersebut memanfaatkan air laut dan semburannya bisa mencapai jarak 100 meter dan 200 meter jika dibantu angin.

"Kekuatannya ini bisa memecahkan kaca kapal," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Seksi Operasi Tim "Rescue" Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Kelas I Tanjung Priok Syahrul Wardi mengatakan latihan tersebut sangat diperlukan untuk setiap anak buah kapal (ABK) agar bisa mengambil alih penyelamatan sendiri.

"Kami melakukan ini agar masing-masing personel bisa melakukannya sendiri, seperti penyelaman untuk memeriksa kapal yang bocor atau melakukan pemadaman," katanya.

Dia berharap latihan serupa akan dilakukan secara berkala dan lebih intens agar kapasita dan kualitas personel meningkat.

"Ini baru permulaan, kita harapkan akan berkelanjutan, jadi kalau ada masalah di kapal sudah tahu tempatnya, tidak kaget lagi," katanya.

Namun, Syahrul mengakui saat ini kegiatan patroli masih terkendala terbatasnya anggaran dan minimnya personel.

Selain itu, ia juga mengeluhkan perhatian pemerintah yang seringkali luput terhadap kinerja KPLP dalam menjalankan tugasnya.

"Kapal kita yang seringkali menemukan pertama entah kasus AirAsia atau apa, namun sering ditahan di tengah dan disuruh pulang dan akhirnya yang dapat 'namanya' pihak lain," katanya.