Harga Getah Karet Di Mesuji Lampung Turun

id harga getah karet di mesuji turun

Harga Getah Karet Di Mesuji Lampung Turun

Ilustrasi Seorang petani karet di Kabupaten Lampung Selatan sedang menyadap getah karet.(FOTO ANTARA LAMPUNG/Hisar Sitanggang)

Penurunan harga karet ini sudah terjadi Mesuji dua pekan terakhir
Mesuji, Lampung (ANTARA Lampung) - Harga getah karet di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, turun menjadi Rp3.500 setelah sebelumnya bertahan Rp5.000 perkilogram.

"Penurunan harga karet ini sudah terjadi Mesuji dua pekan terakhir," kata Masro, seorang petani karet di Kelurahan Pancajaya, Mesuji, Lampung, Minggu.

Menurut Masro, penurunan harga karet tersebut membuat petani di Kabupaten Mesuji itu kembali terpukul, sehingga ada petani yang tidak mau menjual getah karetnya karena menunggu harga membaik.

Penurunan harga karet itu diduga akibat permainan para tengkulak yang menguasai penjualan karet di daerah tersebut dengan menyesuaikan kondisi harga pasar di Bandarlampung dan Sumatera Selatan.

"Masalahnya para petani di sini masih bergantung kepada para tengkulak, karena di daerah ini tidak ada pabrik karet, padahal hasil panen karet cukup banyak," katanya.

Wanda, petani setempat mengatakan bahwa penurunan harga karet itu, sesuai dengan pengakuan para spekulan karena pihak pabrik di Provinsi Sumatera Selatan juga menurunkan harga karet hasil panen pekebun rakyat tersebut.

"Kami berharap harga karet kembali naik nanti, sehingga dapat membantu petani. Apalagi saat ini harga barang kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan ditambah saat kemarau ini getah karet yang dihasilkan berkurang atau sedikit," katanya yang dibenarkan oleh para petani lainnya.

Getah karet merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Mesuji, mengingat sebagian besar masyarakat mengusahakan perkebunan karet, baik bibit lokal maupun unggul.

Para pedagang pengumpul karet juga mengaku kesulitan mendapatkan pasokan getah karet dari petani dalam jumlah besar selama musim kemarau ini.

Warga Mesuji berharap, harga getah karet dapat bertahan tinggi di pabrik agar pembelian kepada petani juga tinggi, mengingat banyak petani yang enggan menyadap karet saat kemarau akibat harga yang sangat rendah.