Semarang (Antara Lampung) - "Biaya siluman" menyebabkan penyerapan anggaran daerah, khususnya di bidang infrastruktur, menjadi seret, kata analis politik Universitas Diponegoro Semarang M. Yulianto.
"'Biaya siluman' ini justru menyebabkan terjadinya birokrasi biaya tinggi," katanya di Semarang, Selasa.
Ia menjelaskan "biaya siluman" yang muncul telah menyebabkan keengganan penyedia jasa konstruksi untuk ikut serta dalam pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur pemerintah daerah.
Menurut dia, "biaya siluman" yang sudah lama terjadi tersebut muncul saat pelaksanaan tender berbagai proyek yang dibiayai dengan uang rakyat.
"Ada 'fee' tersembunyi bagi oknum birokrasi dalam proyek-proyek infrastruktur tersebut," katanya.
Hal tersebut, kata dia, sering kali menyebabkan penyedia jasa konstruksi tidak mau berhubungan dengan proyek pemerintah.
"Dampaknya bisa berakhir dipidana," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, untuk kembali mendorong penyerapan anggaran maka harus ada kepastian dihapuskannya perilaku birokrasi yang menghambat serta deregulasi yang berkaitan dengan penyedia jasa konstruksi serta PNS yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek.
"Harus ada kebijakan yang melindungi pelaksana proyek agar tidak dengan mudah dipidana," katanya.
Berita Terkait
Pakar keuangan beri kiat membagi anggaran mudik Lebaran
Rabu, 3 April 2024 17:45 Wib
Menkeu sebut realisasi anggaran pemilu 2024 capai Rp23,1 triliun
Senin, 25 Maret 2024 13:25 Wib
Gelar pasar murah, Pemkot Bandarlampung alokasikan anggaran Rp450 juta
Kamis, 21 Maret 2024 23:42 Wib
Pupuk Indonesia sebut anggaran subsidi pupuk naik jadi Rp54 triliun
Selasa, 19 Maret 2024 9:27 Wib
DJPb salurkan anggaran Papua Sehat senilai Rp232 miliar
Rabu, 6 Maret 2024 7:15 Wib
P2G: Program makan siang gratis jangan gunakan anggaran pendidikan dan BOS
Minggu, 3 Maret 2024 10:25 Wib
Rutan Kotabumi ikuti penyegaran regulasi revisi anggaran di Kanwil DJPN Lampung
Kamis, 29 Februari 2024 11:16 Wib
Lampung sudah terapkan anggaran berbasis ramah lingkungan
Kamis, 8 Februari 2024 5:22 Wib