Sekali "Match Fixing" klub dapat Ro400 juta

id mafia bola, pengaturan skor, isl divisi utama, timnas u-23

Sekali "Match Fixing" klub dapat Ro400 juta

Ilustrasi judi bola (ist)

Jakarta (ANTARA Lampung) - Klub yang melakukan praktik "match fixing" atau pengaturan skor bisa mendapat uang sebesar Rp400 juta rupiah per sekali pertandingan, kata mantan pelatih Persipur Purwodadi Gunawan di Jakarta, Rabu.

"Pada saat itu (Persipur) Purwodadi bisa mendapatkan Rp400 (juta) sekali pertandingan," kata Gunawan dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh Tim Advokasi #IndonesiaVsMafiaBola.

Mantan pelatih yang juga pernah menukangi klub Deltras Sidoarjo tersebut mengungkapkan bahwa pemberian uang tersebut diberikan secara tunai saat sebelum dan sesudah pertandingan.

"Sebelum pertandingan dibayar separuh, setelah selesai dikasih semuanya. Nggak ada transfer-transfer, cash," kata Gunawan.

Dari total uang bayaran sebesar Rp400 juta tersebut, lanjut Gunawan, tiap pemain yang terlibat praktik pengaturan skor bisa mendapatkan bagian Rp10 juta hingga Rp15 juta per pertandingan.

Gunawan menyebutkan bayaran tersebut dilakukan pada pertandingan klub Persipur Purwodadi yang berlaga di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia di tahun 2013. Lebih dari itu, bahkan klub-klub lain yang bermain di level kompetisi yang lebih tinggi dari Divisi Utama bisa mendapatkan uang lebih besar dari Rp400 juta.

"Oh iya jelas, (kalau ISL) lebih besar," kata dia. Namun Gunawan mengaku tidak tahu berapa nilai yang dibayarkan untuk pengaturan skor dalam klub ISL.

Pelatih yang menukangi Persipur Purwodadi sejak 2012 itu juga mengungkapkan bahwa hampir setengah dari klub yang berada di Divisi Utama terlibat praktik pengaturan skor.

Selain itu mantan pelatih Persigres Gresik dan Persidafon Jayapura Agus Yuwono juga mengakui adanya pengaturan skor di kompetisi sepak bola tanah air. "Selama saya menangani klub sepak bola pernah tiga kali mengalami penawaran pengaturan skor," kata Agus.

Ia pernah ditawari uang sebesar Rp150 juta hingga Rp200 juta untuk mengatur skor pertandingan yang akan dilakukan oleh klubnya. "Saya ditawarkan uang Rp150 juta, imbalannya meminta (kekalahan Persidafon) skor 3-0 atau 3-1. Saya tidak mau dan saya serahkan ke manajemen," kata Agus menceritakan pertandingan pada tahun 2012.

Agus mengatakan kembali ditawarkan tambahan uang sebesar Rp50 juta sebelum pertandingan dimulai, namum ia tetap menolaknya.

Seseorang berinisial BS yang mengaku sebagai pelaku "match fixing" melaporkan dugaan pengaturan skor pertandingan sepak bola Indonesia di ajang nasional dan internasional ke Bareskrim Mabes Polri pada Selasa (16/6) sore.

BS yang didampingi oleh sejumlah lembaga bantuan hukum tersebut melaporkan adanya tindak pidana penyuapan di beberapa kasus persepakbolaan Indonesia dalam kurun tahun 2000 hingga 2015.

Dalam laporan polisi yang dibuat pukul 15.00 WIB Selasa 16 Juni 2015 itu disebutkan penyuapan periode 2000-2010 menggunakan dana APBD. Sedangkan dana penyuapan periode 2010-2015 berasal dari investor Malaysia berinisial DAS.

BS melaporkan manajer klub, pemain, dan beberapa pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang diduga melakukan pengaturan skor.