Upah Buruh Sadap Karet Di Waykanan Rendah

id karet, harga, getah

Upah Buruh Sadap Karet Di Waykanan Rendah

Buruh karet tengah menyadap pohon karet di Umpubhakti, Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung. Musim kemarau memicu penurunan produksi getah karet, satu hektare lahan yang setiap tiga hari mendapatkan 60 kilogram sekarang hanya mampu menghasilkan 50 kilo

Hasil sadap satu hektare lahan selama satu minggu itu terkumpul sekitar 30 kilogram. Adapun nilai jual karet kering dalam dua minggu ini juga hanya sekitar Rp5 ribu per kilogram."
Waykanan, Lampung, (ANTARA Lampung) - Upah tenaga buruh sadap karet di Kabupaten Waykanan Lampung rendah seiring turunnya nilai jual komoditas perkebunan tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

"Hasil sadap satu hektare lahan selama satu minggu itu terkumpul sekitar 30 kilogram. Adapun nilai jual karet kering dalam dua minggu ini juga hanya sekitar Rp5 ribu per kilogram," ujar Priyono, buruh sadap karet dari Kampung Karangumpu Kecamatan Blambangan Umpu di Waykanan, sekitar 220 km sebelah utara Kota Bandarlampung, Rabu.

Hasil penjualan tersebut dibagi dua, antara dirinya dengan pemilik kebun. "Hasil didapat tentu rendah sekali, Rp5 ribu dikali 30 sama dengan Rp150 ribu, jadi kerja selama satu minggu dengan waktu tiga jam setiap hari saya mendapatkan hasil Rp75 ribu. Karena itu, jika ada pekerjaan lain saya mau beralih lantaran pendapatan dj kebun ini kecil," kata Priyono.

Senada dengan Prioyono, Hasyim, warga Kampung Dewa Agung Kecamatan Bumiagung yang sebelumnya juga mengelola lahan karet milik tetangganya mengatakan sudah tidak lagi menyadap karet.

"Setelah Idul Fitri lalu saya ke Lampung Tengah, jadi buruh bangunan karena harga karet yang rendah. Dalam sehari, saya mendapatkan Rp60 ribu dari bekerja menjadi buruh bangunan," kata Hasyim menjelaskan.

Sama seperti Priyono, hasil yang didapatkan dari menyadap karet milik tetangga, dirinya hanya mendapatkan upah separuh dari hasil penjualan karet, misal dalam seminggu mendapat satu kuintal, maka hasil jual dibagi dua, antara dirinya dan pemilik kebun karet.

"Saya pamit pada pemilik kebun karet untuk tidak menyadap dulu akibat harga jual karet yang rendah. Tetapi memang banyak tetangga yang sebelumnya buruh sadap karet yang berhenti, tiga tetangga saya justru merantau ke Batam menjadi buruh bangunan di sana," ungkap Hasyim.

Berdasarkan data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Waykanan, Upah Minimum Kabupaten (UMK) di daerah yang dicanangkan sebagai "Bumi Petani" itu per Januari 2014 sebesar Rp1.408.000.

Sementara itu, General Affair PT Mardec Siger Waykanan Lampung Andrie Pandji Indra menjelaskan, penyebab harga getah karet terus mengalami penurunan ialah harga karet remah SIR 20 selalu turun di pasar internasional.

Kondisi tersebut, demikian Indra menambahkan, mengakibatkan penghasilan petani karet ikut turun. Karena itu, ia menilai pemerintah daerah yang mempunyai kebun karet rakyat yang luas harus ikut terlibat untuk mempertahankan kesejahteraan rakyatnya utamanya petani karet.

"Jika tidak dilakukan, berpotensi adanya kerawanan sosial dan dampak negatif lainnya. Dan jika itu terjadi, Pemerintah Daerah setempat akan dianggap tidak berhasil mempertahankan kesejahteraan rakyatnya apalagi membangun daerahnya," tambahnya.