Tampang dan Tajir Capres Bukan Pilihan

id Tampang dan Tajir Capres Bukan Pilihan

Jakarta (ANTARA LAMPUNG) - Hasil survei tim majalah Youth, Urban, Fasion & Attitude Universitas Bakrie pada 10 universitas mendapati faktor kegantengan (tampang) dan kekayaan (tajir) bukan faktor utama mahasiswa atau anak muda menjatuhkan pilihan.

"Tampang dan tajir ternyata justru berada pada urutan akhir pertimbangan memilih, keduanya hanya mendapat 2 persen, ini artinya anak kampus sangat melek politik, mereka gaul tapi tidak abai dengan perkembangan politik," kata Pemimpin Redaksi YUFA Nadia Nur Isfiana di Jakarta, Jumat (10/1).

Menurut dia, tampang dan tajir selama ini dipercaya sebagai pemikat seseorang memilih presiden, tetapi ternyata hasil survei itu menunjukkan bahwa preferensi utama memilih justru terletak pada jejak rekam (track record) sebesar 43 persen disusul visi dan misi (27 persen) dan kesan di publik (24 persen).

Menurut Koordinator jajak pendapat YUFA Megumi Gunawan hasil ini menempatkan sosok Gubernur DKI yang juga kader Partai PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres idaman dengan meraih 39 persen dari total suara.

Sementara di posisi selanjutnya diisi tiga peserta konvensi Partai Demokrat yaitu mantan Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan (9 persen. Dua menteri di kabinet saat ini yakni Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan sama-sama meraih 7 persen.

"Stok tokoh lama seperti capres Partai Gerindra Prabowo Subianto hanya meraih 6 persen suara disusul tokoh Partai Golkar yaitu Capres Golkar Aburizal Bakrie dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang masing-masing meraih 5 persen suara," papar Megumi.

Dalam hal partai idaman, anak-anak kampus yang dinilai apatis ternyata memantau kiprah partai-partai peserta pemilu. Hasilnya cukup menarik karena PDI Perjuangan yang konsisten menempatkan diri sebagai oposisi pemerintahan justru menempati posisi pertama dengan meraih 41 persen suara.

Partai Golkar, meskipun tidak memiliki figur kuat capres ternyata masih memiliki elektabilitas yang tinggi (18 persen). Sedangkan pemenang Pemilu Legislatif tahun 2009, Partai Demokrat hanya meraih 12 persen suara disusul Partai Gerindra dengan 10 persen.

Nadia Nur Isfiana menegaskan jajak pendapat tim YUFA merupakan project ujian akhir semester (UAS) yang dilakukan secara independen pada 10 universitas di Jakarta dan Yogyakarta. Ide dasar jajak pendapat ini adalah mencari indikasi awal, bukan sebagai temuan yang telah teruji secara metodologi.

Mahasiswa sebagai objek jajak pendapat menjadi pertimbangan karena besarnya jumlah pemilih pemula yang dikhawatirkan bersikap pasif terhadap politik dan tidak menggunakan hak suara mereka sebagai "agent of change".

"Kami melakukan jajak pendapat mengenai calon presiden, partai politik dan alasan memilih yang diinginkan anak muda dengan menyebarkan kuisioner kepada 100 mahasiswa di 10 Universitas," ujar Nadia.

Sepuluh universitas tersebut yaitu Universitas Indonesia, Universitas Bakrie, Universitas Bina Nusantara, Universitas Pelita Harapan, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Interstudy, Universitas Islam Negeri, Universitas Gadjah Mada, Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Nasional Jakarta dan Universitas Al-Azhar Indonesia.

Penyebaran kuisioner dilakukan melalui layanan pesan BBM, e-mail dan SMS. Jajak pendapat dilakukan selama satu bulan. Dimulai dari pertengahan November sampai dengan akhir Desember 2013.