KKP Bangun 675 Hektare Klaster Udang

id KKP Bangun 675 Hektare Klaster Udang, ikan, tambak, Perikanan, Laut, Pantai, PPI, Lemapsing, Nelayan

KKP Bangun 675 Hektare Klaster Udang

Area Tambak Udang Eks Dipasena. (Foto Dok/Istimewa).

Jakarta, 27 Desember 2013 (ANTARA) -- Program revitalisasi tambak udang yang digulirkan Kementerian  Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak tahun 2012, berhasil meningkatkan produksi udang secara signifikan. Untuk menggenjot produksi udang nasional, KKP melalui program revitalisasi berhasil mengoptimalkan lahan tambak dengan membuat model percontohan berupa demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September 2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi tahun 2012 yang mencapai 457.600 ton. Demikian ditegaskan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, di Jakarta, Jumat (27/12).
    
Sharif menjelaskan, program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek luar biasa bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak demfarm. Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini mulai produksi. Bahkan, peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm. Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. ¿Program revitalisasi tambak juga mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130 ribu orang,¿ katanya. Menurut Sharif, perikanan budidaya saat ini menjadi barometer utama dalam menopang pembangunan perikanan nasional. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi Ditjen Perikanan Budidaya dalam mewujudkan Perikanan Budidaya sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan ketahanan pangan masyarakat. Dalam upaya mewujudkan harapan besar tersebut, maka diperlukan sebuah kebijakan strategis yang terimplementasi secara nyata melalui kerjasama sinergi dari seluruh stakeholders pelaku perikanan budidaya. "Langkah nyata yang sedang ditempuh adalah melalui implementasi kebijakan industrialisasi perikanan budidaya. Program ini merupakan kebijakan strategis dalam menggerakan seluruh potensi melalui pengelolaan yang arif dan bertanggungjawab, sehingga secara langsung akan berdampak terhadap peningkatan produksi dan produktivitas serta nilai tambah,¿ tegasnya.
    
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, khusus untuk kegiatan revitalisasi tambak udang, KKP  melakukan perbaikan infrastruktur berupa saluran primer, sekunder dan tersier. Program ini diharapkan dapat meningkatkan performance kawasan pertambakan. Contohnya, tambak Pantai Utara Jawa, yang saat ini masih banyak mengalami kerusakan. Untuk lebih mengoptimalkan lahan pertambakan tersebut, KKP berupaya mengajak keterlibatan masyarakat pembudidaya, swasta dibidang perikanan budidaya, perbankan serta stakeholders lain untuk dapat bersinergi dalam upaya peningkatan produksi perikanan dengan nilai tambah dan mempunyai daya saing. ¿Program demfarm, sifatnya hanya stimulan dengan luasan yang sangat terbatas dibanding luasan lahan pertambakan yang ada, namun program ini dapat menunjukkan bahwa usaha budidaya udang di Indonesia bila diterapkan sesuai dengan teknologi masih dapat dijadikan sebagai peluang usaha yang menguntungkan,¿ ujarnya.
    
Menurut Slamet, keberhasilan program revitalisasi tambak juga didukung kesuksesan Indonesia menangani serangan penyakit udang mematikan EMS (Early mortality Stage) dan bebas residu. Keberhasilan ini mendukung posisi tawar udang Indonesia di pasar udang dunia, cukup tinggi. Hasilnya adalah peningkatan permintaan udang Indonesia terus mengalami peningkatan, sehingga harganya pun juga meningkat. Sudah barang tentu, kondisi ini mampu memberikan keuntungan usaha yang signifikan bagi petambak udang dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Hal ini berkat kerja keras dan disiplin semua stakeholders usaha budidaya udang dalam menerapkan standard prosedur sesuai ketentuian yang ditetapkan KKP,¿ jelasnya.

Sukses Berkat Demfarm

Dampak positif program revitalisasi tambak model demfarm telah banyak dirasakan petambak. Diantaranya, H. Bidin, salah satu petambak di tambak demfarm Kec. Pasekan, Kab. Indramayu. Berkat tambak demfarm, H Bidin telah mengubah pola tradisional dengan produksi 1 ton per 1 ha, menjadi pola intensif dengan produksi menjadi sepuluh kali lipat atau 10 ton per ha. Ketua kelompok Vaname Jaya 2 ini juga berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar tambak yang bekerja di lokasi tambak udang. Disamping gaji bulanan, mereka sekarang ini bisa menikmati bonus hasil panen 2% dari hasil panen udang ¿Paling kecil mereka dapat bonus sebesar Rp 2 juta hingga Rp 4 juta,¿ katanya.
 
Tambak model demfarm, juga telah mendorong masyarakat sekitar untuk berbudidaya udang dengan mencontoh system budidaya tersebut. Contohnya, Carkimudin, Ketua KUD Karya Bukti Sejati Kec. Blanakan Kab. Subang. Kini, di Kecamatan Balanakan sudah hampir mencapai 100 ha tambak dengan pola mandiri. Sebelumnya masyarakat takut untuk buka usaha tambak, tapi sekarang mereka sangat antusias. Apalagi dengan produksi 10 ton per ha dan harga Rp. 90 ribu dengan size 50¿60, menjadi pemicu semangat masyarakat menekuni tambak udang. ¿Apalagi, ditambah pasar yang gampang untuk menjual udang, semangat berbudidaya udang jadi meningkat¿, ujar Carkimudin. Bergairahnya usaha budidaya udang juga menggerakkan roda ekonomi di sekitarnya. Seperti ynag diungkapkan Budiono, ketua kelompok Vaname Jaya 1 di Kec. Sindang Kab. Indramayu. Warung-warung banyak dibuka untuk memenuhi kebutuhan para pekerja tambak. Termasuk, toko material bangunan, listrik dan toko makanan dan minuman. Bahkan, sekarang ini banyak orang yang berbondong-bondong mencari bahan¿bahan bangunan untuk kebutuhan tambak. ¿Di tambak luasan 4000 m2 memerlukan tenaga sebanyak 50 orang dan bisa dikerjakan dalam waktu 2 hari saja dan mereka bisa mengantongi Rp 100.000/orang/hari. Selain itu untuk produksi, saya membutuhkan orang sebanyak 3 orang/Ha dan untuk tenaga sortir dan mikul diperlukan 90 orang per hektar,¿ ujarnya.
    
(W.Indrawan).